Pertama kali lihat judul buku ini, yang terbesit di kepala ada dua: koma tanda baca atau koma dalam arti "mati suri". Aku beli buku ini di awal tahun dan sejauh ini, novel ini masih jadi favorit. Selain karena judul dan sinopsis yang menarik, aku kangen banget dengan tulisan Rachmania. Inget "Eiffel I'm in Love, kan?
Ternyata bukan novelnya aja yang menarik perhatian, novel ini merupakan sebuah simbol dari sebuah fase kehidupan Nia yang katanya stagnan dan penuh renungan. No wonder, waktu baca buku ini, aku kayak "kebawa" dalam cerita. Rasanya dunia "koma" itu memang benar-benar ada dan sesungguhnya manusia bisa belajar untuk lebih "hidup" dalam dunia "koma".
Hari ini aku mau share beberapa quotes yang sangat memikat hati dalam novel Koma. Kisah bagaimana seorang perempuan muda yang cukup naif dalam cerita cinta dan kehidupannya, Jani, bertemu dengan sosok yang merubah pandangan hidupnya di dunia "koma", Leo.
Ready to fall in love.
Ready to fall in love.
“Semua perasaan menular. Karena hati memancar. Dan, itu membuktikan bahwa kamu sama nyatanya dengan manusia yang memiliki raga dan berjalan,” kata Leo sambil menatap dalam ke mataku.
“Kok, kamu bisa tahu aku lagi mikir apa? Kok aku nggak bisa baca pikiran kamu, sih? Nyebelin!”“Kamu bisa, kok. Tapi kamu lebih mikir untuk ngedengerin isi pikiran kamu yang kusut dibanding isi pikiran orang lain.”
“Pola pikiran kita mencerminkan pandangan kita terhadap kehidupan. Kehidupan kita adalah ciptaan Yang Esa. Kalau kamu berpikir negatif, maka kamu punya pandangan negatif terhadap kehidupan, yang artinya kamu menganggap Tuhan telah menciptakan dunia yang penuh dengan kenegatifan untuk kamu tinggali...”
“... semua perempuan sama. Mereka punya hidung, mata, dan yang lainnya. Yang membuat beda adalah apa yang mereka rasakan. Kamu merasa nyaman dekat aku, tidak?” tanya Leo.
“Banget,” jawabku refleks.
“Itu karena aku merasa nyaman dengan diriku sendiri. Aku merasa bahwa Tuhan telah memberikan rupa yang sempurna dan tidak ada bandingannya. Itu sebabnya kamu melihat aku tampan.”
“Itu narsis bukan, sih?”
“Mencintai diri sendiri adalah menghargai diri sendiri. Merasa dirinya berbeda dengan cara yang baik, tapi tidak merasa orang lain berada di bawahnya.”
“Kamu bahagia karena kamu semangat. Kamu semangat karena kamu yakin. Kamu yakin karena kamu positif. Kami positif karena kamu bahagia. Itu sebuah lingkaran dan kamu boleh mulai dari mana saja yang kamu mau.”
“Kenapa orang senang menganggap bahwa Tuhan berada jauh di atas langit dan tidak di depan mereka?”
“Bagaimana mungkin kamu bisa memberikan sesuatu kepada orang lain jika kamu tidak pernah memberikan apa pun kepada dirimu sendiri. Bagaimana mungkin kamu menerima sesuatu dari orang lain jika kamu tidak tahu caranya menerima dari dan untuk dirimu sendiri? Bagaimana mungkin kamu bisa menerima pengampunan dari orang lain jika kamu tidak tahu caranya mengampuni dirimu sendiri?”
“Menjadi bahagia itu tidak perlu menunggu kondisi dan alasan. Just be happy.”
“Rasa takut adalah musuh terbesar semua orang. Rasa takut membuatmu menghindari banyak hal, padahal dalam hidup banyak sekali hal yang bisa kamu pelajari.”
“Aku sepertinya ingin menangis bahaga,”
“Lakukan saja. Lakukan dengan hatimu.”
“Pancaran aura dan perasaan Leo membuatku sangat nyaman... Ia terasa begitu dekat seakan-akan kami tidak memiliki rahasia apa pun dan tidak ada kepura-puraan.”
“Aku hanya yakin setiap orang akan dipertemukan dengan orang-orang yang ia butuhkan dalam hidupnya. Semua orang pasti mendapat seseorang dengan peran yang berbeda untuk mendapatkan semua pengalaman pahit dan manis dalam hidup supaya kamu benar-benar merasakan hidup.”
“Kamu merasa kalah, padahal tidak ada seorang pun yang merasa menang. Aneh. Bukannya harus ada yang menang supaya bisa ada yang kalah?”
Gemes banget ya si Jani dan Leo ini?
Dan masih banyak lagi sebenarnya yang pengen di-share, tapi kayaknya bakal jadi spoiler buat yang belum baca.
Just grab this novel, read it, feel it. Selesai baca, aku pengen banget belajar seperti Leo yang selalu positif dengan pandangannya tentang hidup, dan seperti Jani yang lugu, namun mau bangkit dan meneruskan perjuangannya dalam mencapai mimpi.
Koma, Rachmania Arunita, Bentang Pustaka, November 2013.
295 halaman
jadi penasaran ama bukunya nia yg ini deh ...
ReplyDelete^__^