Credit to Livello Asia for Andreas & Jane
Masih dalam suasana persiapan the wedding of Andreas and Jane, aku memutuskan untuk membuat blog post ini. Persiapan pernikahan ini udah berjalan selama setahun, dan sepanjang persiapan ini, nggak jarang kami menemukan beberapa hal yang sangat aku syukuri boleh terjadi. Ada beberapa hal penting yang menurut kami harus didiskusikan dengan pasangan sebelum menikah. Begitu mendapat ide untuk menulis ini, aku teringat Kak Alodita pernah menulis topik yang sama. If you're ready to get married, you also have to be ready to talk about this with your partner.
1. Tempat Tinggal
Menurutku pribadi, tempat tinggal setelah menikah adalah satu hal yang paling penting di luar persiapan pesta pernikahan. Pandangan setiap orang tentang tempat tinggal setelah menikah berbeda-beda. Ada yang bilang setelah menikah baiknya langsung keluar (pisah dengan orang tua), namun ada juga pasangan yang harus tinggal bersama orang tua atau mertua. Aku sendiri berada di option kedua, tinggal bersama mertua, yaitu orang tua Andreas. Baik tinggal di luar maupun bersama mertua, bukan suatu hal yang benar atau salah, semuanya adalah pilihan dan keputusan dari setiap pasangan. Sejujurnya, aku dan Andreas missed this important part of our marriage planning. Kami terlalu sibuk mengurus persiapan pesta pernikahan, sampai melupakan hal yang cukup krusial ini. Jadi kalau memang serius dan siap menikah, diskusikan soal ini terlebih dahulu bersama pasangan, dan jangan lupa di-sharing-kan ke orang tua masing-masing.
Note to remember: sebelum resmi menjadi pasangan suami-istri, diskusi dengan orang tua juga nggak kalah penting. Sebisa mungkin libatkan mereka dalam persiapan pernikahan. Emang sih, yang nikah kita dengan pasangan, yang memulai hidup baru adalah kita dengan pasangan, but still parents are parents, hormati keberadaan mereka.
Note to remember: sebelum resmi menjadi pasangan suami-istri, diskusi dengan orang tua juga nggak kalah penting. Sebisa mungkin libatkan mereka dalam persiapan pernikahan. Emang sih, yang nikah kita dengan pasangan, yang memulai hidup baru adalah kita dengan pasangan, but still parents are parents, hormati keberadaan mereka.
2. Agama dan Tradisi
Agamaku mengajarkan untuk menikah dengan seseorang yang seiman. Baik agama maupun tradisi, aku dan Andreas nggak terlalu bermasalah, karena kami sama-sama Kristiani dan sama-sama keturunan Chinese. Namun ada beberapa hal yang sedikit berbeda di antara kami. Keluarga Andreas masih merayakan atau menjalankan beberapa tradisi, di mana tradisi tersebut tidak pernah lagi dijalani oleh keluarga aku. Karena nantinya aku tinggal bersama orang tua Andreas, aku harus terbiasa dan memahami kebiasaan dan tradisi yang mereka jalani. Dari sini akhirnya kami belajar untuk saling menghargai dan menghormati keluarga masing-masing.
3. Sejarah di Masa Lalu
Ngomongin masa lalu emang nggak enak. Kalau kata orang, "yang sudah berlalu, biarkan berlalu". But you know what, ngomongin masa lalu itu perlu, apalagi kalau itu bersangkutan dengan keberadaan kita saat ini (ihh kok jadi dalem gini hahaha).
Kebetulan papaku seorang marriage counselor, di luar identitas sebagai "papanya Jane", papaku banyak membantu kami dalam mempersiapkan pernikahan ini. Aku nggak tau konseling pra-nikah itu wajib dilakukan oleh setiap pasangan yang mau menikah atau nggak, tapi di gerejaku sendiri mengharuskan setiap pasangan mengikuti kelas konseling pra-nikah. Mungkin kalian akan mikir, "Ah, gue kan nggak bermasalah sama pasangan gue, ngapain ikut kelas segala?" atau "Nanti gue nggak jadi nikah lagi setelah ikut kelas!". Believe it or not, kejadian kedua itu yang sering terjadi LOL. Konseling bukan untuk orang yang bermasalah aja, tapi justru membantu mempersiapkan ke depannya. Masa lalu itu kesannya "aib" untuk dibicarakan kembali, padahal sebenarnya kita perlu tau sekilas tentang masa lalu pasangan kita. What happened in the past, has brought us today. Apa yang harus dibereskan dan diceritakan, ceritakan aja. Lebih sekarang tau jelek-jeleknya pasangan, daripada habis nikah baru tau and you will be like whattttt.
Kebetulan papaku seorang marriage counselor, di luar identitas sebagai "papanya Jane", papaku banyak membantu kami dalam mempersiapkan pernikahan ini. Aku nggak tau konseling pra-nikah itu wajib dilakukan oleh setiap pasangan yang mau menikah atau nggak, tapi di gerejaku sendiri mengharuskan setiap pasangan mengikuti kelas konseling pra-nikah. Mungkin kalian akan mikir, "Ah, gue kan nggak bermasalah sama pasangan gue, ngapain ikut kelas segala?" atau "Nanti gue nggak jadi nikah lagi setelah ikut kelas!". Believe it or not, kejadian kedua itu yang sering terjadi LOL. Konseling bukan untuk orang yang bermasalah aja, tapi justru membantu mempersiapkan ke depannya. Masa lalu itu kesannya "aib" untuk dibicarakan kembali, padahal sebenarnya kita perlu tau sekilas tentang masa lalu pasangan kita. What happened in the past, has brought us today. Apa yang harus dibereskan dan diceritakan, ceritakan aja. Lebih sekarang tau jelek-jeleknya pasangan, daripada habis nikah baru tau and you will be like whattttt.
P.S. kalau emang serius, pernikahan nggak akan batal kok setelah ikut konseling pra-nikah ((:
4. Finansial dan Karir
Pembahasan finansial adalah soal yang cukup sensitif, sama seperti cerita masa lalu, pandangan finansial dalam pernikahan harus didiskusikan sebelum menikah. Kalau boleh jujur, secara finansial, aku belum begitu matang. Aku masih belajar banyak tentang hal ini dari mamaku, karena bisa dibilang mamaku sangat mengerti soal finansial dalam keluarga. Kondisi finansial aku dengan Andreas, bisa dibilang cukup berbeda, namun kami sudah sepakat, dalam pernikahan nanti siapa yang bertanggung jawab atas finansial keluarga. Hal-hal yang berkaitan dengan finansial yang harus dibicarakan, biasanya seputar; kebutuhan sehari-hari (sandang, pangan dan papan), kebutuhan rekreasi, kebutuhan investasi mendatang, dll. Ini penting untuk dibicarakan, karena once again, money talk is never easy to talk about. Sebisa mungkin finansial di antara pasangan, cukup dibicarakan di antara pasangan itu juga. If you guys have any thoughts about financial, personal or in marriage, please kindly share with me here or by email. I really appreciate it.
Soal karir setelah menikah juga harus dibicarakan, karena ini menyangkut dengan masalah waktu dan prioritas. Andreas sendiri adalah entrepreneur, bahasa kerennya wirausahawan, dan mayoritas keluarganya sampai kakak-kakak iparnya pun berprofesi yang sama. Sikon pekerjaan Andreas sebagai wirausahawan dengan aku yang juga wirausahawan agak berbeda. Andreas kebanyakan standby di tempat, sementara aku kebanyakan keluar. Walaupun pekerjaan Andreas adalah sumber utama penghasilan kami nanti ketika berkeluarga, lucky me Andreas malah mendukung aku supaya bisa tetap beraktifitas di luar usahanya, kalau bisa ikut "menghasilkan", that's even great. Setelah menikah, suami memang wajib sebagai pencari nafkah, namun nggak melulu istri harus menjadi ibu rumah tangga. Di jaman modern ini, aku hampir jarang menemukan perempuan yang bercita-cita ingin menjadi IRT. Andaikata mereka ingin di rumah saja, biasanya banyak yang memilih untuk tetap produktif, dan akhirnya muncul istilah working from home. Contohnya ada Andra Alodita dan Mommy Snow a.k.a Tara Amelz, yang sekarang sibuk mengurus keluarga, namun tetap fokus menjadi lifestyle blogger.
5. Visi dan Misi (planning 5-10 years after the wedding)
Sesaat kami mulai pacaran, kami sudah banyak diskusi soal visi dan misi. Aku bersyukur banget, visi dan misi kami sejak awal sudah kompak, walaupun memang kami mempunyai mimpi dan passion yang berbeda. Aku inget banget, sebulan setelah jadian, Andreas made a long list about his five years planning, that time he was 20 years old. I still keepin the list and when I read again, I was surprised. Plan yang dibuat Andreas benar-benar terjadi di lima tahun kemudian, yaitu hari ini. Visi dan misi, juga rencana di masa yang akan datang, sangat membantu perjalanan sebuah hubungan. Iya sih, kita berencana, Tuhan berkehendak. Namun seiringnya kita berencana, di sebuah titik tertentu, we will meet God's purposes on us. Dan jangan lupa berdoa, ya.
***
Jadi, siapkan Anda menikah? *eyaaaaa* Aku bukan marriage expert, bahkan aku sendiri belum memulai pernikahan. Namun karena aku lihat jaman sekarang banyak pasangan muda yang memutuskan untuk menikah (bahkan ada yang lebih muda dari aku), dan beberapa dari yang aku kenal, mereka menghadapi konflik yang semestinya bisa dihindari, namun terjadi karena tidak didiskusikan sebelum menikah. Aku ngerti lah, we are young and so passionate about love (apaan dehhh), jadi kadang yang dipikirin yang enak-enak aja. Trust me, aku salah satu yang sempat naif soal pernikahan hahahaha. Sebelum paragraf penutup ini ngawur kidul, aku undur diri. Good luck to those every one who are preparing a wedding (and marriage). Stay awesome!
Fun fact about this blog post: I am writing this post together with Andreas. Well, not literally together, but he gave me some ideas to write. Thank you, honey!
Fun fact about this blog post: I am writing this post together with Andreas. Well, not literally together, but he gave me some ideas to write. Thank you, honey!
maybe you're not a marriage expert but you are a good inspirational writer :)
ReplyDeletelooking forward to catch up your wedding plans (belajar dari yang pengalaman)
have a blast,
Sweet Sour CandyLand
Thank you so much, Sef! I'm glad this writing was actually helpful ahahaha. Have a great one for you! <3
Delete*catet bener-bener*
ReplyDeleteHahaha this is such an interesting post. Ma'aci yah pelajarannya buat jomblo seperti saya Ceeee, sukses buat persiapan semua-muanya. See you soon :*
Catat baik2 ya ceee, nanti aku kasih ujian hahahahaha
DeleteAMINNN. Smoga kita bertemu kembali dalam waktu dekat ya, aimicuu. <3
▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬ஜ۩۞۩ஜ▬▬▬▬▬▬▬▬▬
ReplyDeleteTulisan yang sangat bagus dan bermamfaat. :)
Blognya bagus, tulisan-tulisannya benar-benar enak dibaca :)
▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬ஜ۩۞۩ஜ▬▬▬▬▬▬▬▬▬
Hi there! Makasih ya udah mampir and drop a comment too. Have a great one! (:
Delete