Ngomongin keuangan atau finansial, well... basically everything related to money, kayaknya bukan gue banget. Maka dari itu, hari nggak ngomongin yang berat-berat soal uang, cuma pengen nge-review aplikasi yang selama 5 bulan terakhir ini membantu kami dalam mengurus keuangan keluarga. Just share this because this app is awesome and very helpful!
Sebelum pakai aplikasi ini, aku selalu record keuangan kami in a rempong way: catat pengeluaran sehari-hari dan pendapatan di notes hape, kemudian dicatat ulang di Excel. Biar terlihat rapi, aku sampai cari template khusus karena ribet harus bikin tabel-tabel sendiri di Excel. Bulan pertama masih semangat dengan sistem kayak gitu, seterusnya... as expected, males banget! Mikirin harus catat di hape, terus dipindahin lagi ke laptop (soalnya aku nggak ada aplikasi Excel di hape) tuh rasanya udah mager.
Sempat beberapa bulan nggak catat pengeluaran sama sekali, akhirnya malah sering kebablasan pake uang. Tauk-tauk bulan ini kok buanyak banget ya pengeluarannya?! Nggak ada catatan, pengeluaran kami tuh jadi nggak 'kelihatan' buat apa aja. Bisa-bisa bukannya nimbun uang di rekening, malah jadi foya-foya nggak jelas. Belum lagi kebiasaan jelek kami—well, aku aja sih sebenarnya—begitu ada uang langsung dibelanjain ini itu, pokoknya jadi nggak bijak, deh.
Akhirnya aku iseng browsing di Playstore, aplikasi apa yang oke untuk mengatur keuangan pribadi. Si Money Manager ini ada di urutan pertama karena memiliki review tertinggi. And just like that, after using for a week, I fell in love.
Sebisa mungkin aku jelasin cara kerja aplikasi ini lewat foto ya!
Kalian bisa melihat jumlah pengeluaran dan pendapatan secara daily, weekly dan monthly. Fitur ini berguna banget buat aku supaya di akhir minggu/bulan bisa evaluasi keuangan. Tanda "+" berwarna oranye di bawah, akan muncul halaman seperti gambar di bawah ini:
Di sini lah kalian bisa catat pengeluaran dan pendapatan kalian sesuai kategori yang tersedia. Kategorinya bisa dimodif juga lho, terus ada pilihan sub-category juga kalau pengen lebih rinci, cuma buatku terlalu ribet jadi cukup seperti ini aja.
Di tabel warna abu paling bawah, klik "stats" nanti akan keluar seperti ini. Ada tabel statistik yang akan memperlihatkan total pengeluaran dan pendapatan kalian. Jadi keliatan banget yaa, aspek mana, sih, yang paling boros. Kalau di kami, pengeluaran paling gedaaaa di Food dan Household *mama Josh suka jajan milk tea dan gorengan gimana dong* 🙃
Cukup simpel dan mudah, ya, penggunaan aplikasi ini? Aku sama sekali nggak terbebani semenjak pake Money Manager ini, keuangan keluarga pun bisa kekontrol dengan baik.
Sebenarnya dengan menggunakan aplikasi ini tetap harus berinisiatif rajin mencatat, karena apalah gunanya download app canggih tapi tetap males, ya kan? Yang aku suka dari aplikasi ini, fitur yang dimiliki seperti menghilangkan rasa malas tersebut, soalnya super gampangggg dalam meng-input setiap data. Nggak perlu bikin tabel-tabel manual lagi, berurusan sama rumus-rumus Excel dll. Apalagi suamiku tipe yang suka banget nanya berapa pemasukan bulan ini, berapa pengeluaran bulan ini, dengan aplikasi ini tinggal cek aja. Mau per bulan bisa, per tahun pun bisa. Berguna banget buat yang lagi planning cicilan rumah atau apa gitu, bisa tracking dari aplikasi ini.
Secara garis besar, pengeluaran terbesar kami selalu di hari Minggu, karena hanya di hari Minggu waktu kami bersenang-senang. Setengah hari dihabiskan di luar rumah; mulai dari makan pagi-siang. Belum lagi kalo ada acara-acara tertentu atau janji meetup sama teman, bisa seharian kami menghabiskan waktu—dan uang tentu saja—di luar. Pokoknya ngeri-ngeri sedap kalo mencatat pengeluaran di hari Minggu.
Maka dari itu lah, kami punya jurus-jurus jitu untuk membatasi pengeluaran kami. Dibilang irit sebenarnya nggak juga, sometimes we splurge, kalau lagi ada rejeki lebih. Karena biasanya kami keluar uang paling banyak di hari Minggu, di hari biasa kami mencoba hemat jika nggak diperlukan.
Berikut jurus-jurus yang biasa kami lakukan, siapa tahu ada yang pengen nyontek :P
1. Usahakan selalu menggunakan cash saat belanja.
Aku sebenarnya tipe yang paling nggak suka belanja menggunakan cash. Namun setelah nikah, aku malah jadi ikutan suami yang suka belanja secara tunai. Ternyata memang beda ya belanja dengan pembayaran tunai dan kartu. Kalau pakai kartu, terkadang kita nggak berasa seberapa banyak uang yang dikeluarkan, berasanya pas tagihan datang di akhir bulan (HOHO). Kalau tunai, berasa banget tuh ngeluarin uangnya, jadi bisa sadar diri, "Eh, gue belanja segini, nih". Terus kalo misal mau beli sesuatu dan tunainya nggak ada, ya udah nggak beli. Nggak bakal ada inisiatif untuk ngesek kartu juga, sih, kalau aku.
Apalagi kata suami sekarang harus ngurangin pengeluaran via rekening, males banget karena bisa dilacak sama tukang pajak. So, pembayaran secara tunai adalah pilihan kami berdua.
So far, aku nggak masalah banget dengan kebiasaan ini. Kekurangannya cuma satu, suka feeling anxious kalo bawa tunai... padahal, nggak seberapa juga, sih HAHA.
Aku sebenarnya tipe yang paling nggak suka belanja menggunakan cash. Namun setelah nikah, aku malah jadi ikutan suami yang suka belanja secara tunai. Ternyata memang beda ya belanja dengan pembayaran tunai dan kartu. Kalau pakai kartu, terkadang kita nggak berasa seberapa banyak uang yang dikeluarkan, berasanya pas tagihan datang di akhir bulan (HOHO). Kalau tunai, berasa banget tuh ngeluarin uangnya, jadi bisa sadar diri, "Eh, gue belanja segini, nih". Terus kalo misal mau beli sesuatu dan tunainya nggak ada, ya udah nggak beli. Nggak bakal ada inisiatif untuk ngesek kartu juga, sih, kalau aku.
Apalagi kata suami sekarang harus ngurangin pengeluaran via rekening, males banget karena bisa dilacak sama tukang pajak. So, pembayaran secara tunai adalah pilihan kami berdua.
So far, aku nggak masalah banget dengan kebiasaan ini. Kekurangannya cuma satu, suka feeling anxious kalo bawa tunai... padahal, nggak seberapa juga, sih HAHA.
2. Jatahin sesuatu: misalnya cuma boleh ngopi di luar berapa minggu sekali atau sebulan sekali.
Kayak aku yang suka banget jajan milk tea, sekarang dijatahin cuma boleh sebulan sekali, kurang dari itu lebih baik lagi. Selain lebih hemat, juga lebih baik buat kesehatan (ini sebenarnya yang menjadi tujuan suami mengurangi jatah milk tea istri LOL)
Berlaku juga untuk buku. Biasanya kalo beli buku aku suka implusif, padahal sebenarnya setelah dibaca bukunya nggak bagus-bagus amat. Sekarang aku jatahin beli buku tiap bulan cuma boleh 2 biji, dengan begini aku jadi milih bangett buku apa yang worth to buy. Dan ternyata bener lho, dua bulan ini sukses baca buku bagus!
Kayak aku yang suka banget jajan milk tea, sekarang dijatahin cuma boleh sebulan sekali, kurang dari itu lebih baik lagi. Selain lebih hemat, juga lebih baik buat kesehatan (ini sebenarnya yang menjadi tujuan suami mengurangi jatah milk tea istri LOL)
Berlaku juga untuk buku. Biasanya kalo beli buku aku suka implusif, padahal sebenarnya setelah dibaca bukunya nggak bagus-bagus amat. Sekarang aku jatahin beli buku tiap bulan cuma boleh 2 biji, dengan begini aku jadi milih bangett buku apa yang worth to buy. Dan ternyata bener lho, dua bulan ini sukses baca buku bagus!
3. Bikin grocery list sebelum berangkat ke supermarket.
Ini yang paling berpengaruh dan entah kenapa baru aku lakukan belakangan ini.
Biasanya kalo belanja mingguan, aku hanya memorize apa aja yang mau dibeli di otak. Sampai di supermarket, udah deh... BUYAR. Apalagi lihat promo diskonan, yang tadinya nggak butuh jadi dibeli semua. Terus kelemahanku tuh di rak bagian bumbu-bumbu dapur. Lihat gochuchang, pengen bikin bimbimbap. Lihat saos teriyaki, pengen nge-grill ikan salmon. Lihat roasted seaweed, bikin sushi enak juga, nih. Cewek oh cewek, nggak di mana tetap LAPAR MATA YEEE.
Akhirnya pas bayar di kasir, suka kaget sendiri lihat jumlah nominal belanjaan. Produk-produk yang diskonan ternyata nggak bikin lebih hemat kalau kita sendiri nggak mencatat apa yang sebenarnya kita butuhkan.
To solve this problem, sekarang kalau mau berangkat belanja, suami selalu ingetin untuk catat apa-apa aja yang mau dibeli. Aku catat di kertas dengan pena, jadi kelihatan jelas yang benar-benar mau dibeli.
Biasanya yang dicatat itu barang yang memang sudah habis atau menu yang ingin dimasak. Misalnya, minggu ini pengen masak spaghetti bolognese, beli lah bahan-bahan yang dibutuhkan untuk masak menu tersebut. Dengan begini, godaan untuk beli bumbu-bumbu dapur yang nggak diperlukan amat sangat berkurang. (Ada yang pernah menyarankan untuk bikin meal planning selama seminggu, ini juga bisa ngebantu saat bikin grocery list. Ada yang rajin bikin meal planning nggak di sini?).
Itu baru bumbu dapur, bagaimana dengan SNACK?
Aku ini DOYAN BANGET NGEMIL. Setelah bumbu dapur, paling nggak tahan kalo jalan di lorong cemilan. Citos-citosan, ciki, itu kelemahanku banget. Biasanya kalo ada hasrat pengen ngambil sebungkus, kok kayak ada yang ngeliatin... Jadi inget waktu kecil kalo ngambil ciki-cikian pasti dipelototin Mama, bedanya sekarang dipelototin suami 🙄 Sekarang bisa dibilang jarang banget aku jajan begituan. Kalo lagi pengen banget, aku ambil 1-2 bungkus, suami juga ngerti, sih. Kalo pun nggak dikasih, aku pake jurus ngambek, terus dikasih juga akhirnya, nggak lupa dengan message, "Kamu ya minta diingetin tapi aku yang diomelin, terserah kamu aja lah..." HAHAHAHA *wifey wins*
Ini yang paling berpengaruh dan entah kenapa baru aku lakukan belakangan ini.
Biasanya kalo belanja mingguan, aku hanya memorize apa aja yang mau dibeli di otak. Sampai di supermarket, udah deh... BUYAR. Apalagi lihat promo diskonan, yang tadinya nggak butuh jadi dibeli semua. Terus kelemahanku tuh di rak bagian bumbu-bumbu dapur. Lihat gochuchang, pengen bikin bimbimbap. Lihat saos teriyaki, pengen nge-grill ikan salmon. Lihat roasted seaweed, bikin sushi enak juga, nih. Cewek oh cewek, nggak di mana tetap LAPAR MATA YEEE.
Akhirnya pas bayar di kasir, suka kaget sendiri lihat jumlah nominal belanjaan. Produk-produk yang diskonan ternyata nggak bikin lebih hemat kalau kita sendiri nggak mencatat apa yang sebenarnya kita butuhkan.
To solve this problem, sekarang kalau mau berangkat belanja, suami selalu ingetin untuk catat apa-apa aja yang mau dibeli. Aku catat di kertas dengan pena, jadi kelihatan jelas yang benar-benar mau dibeli.
Biasanya yang dicatat itu barang yang memang sudah habis atau menu yang ingin dimasak. Misalnya, minggu ini pengen masak spaghetti bolognese, beli lah bahan-bahan yang dibutuhkan untuk masak menu tersebut. Dengan begini, godaan untuk beli bumbu-bumbu dapur yang nggak diperlukan amat sangat berkurang. (Ada yang pernah menyarankan untuk bikin meal planning selama seminggu, ini juga bisa ngebantu saat bikin grocery list. Ada yang rajin bikin meal planning nggak di sini?).
Itu baru bumbu dapur, bagaimana dengan SNACK?
Aku ini DOYAN BANGET NGEMIL. Setelah bumbu dapur, paling nggak tahan kalo jalan di lorong cemilan. Citos-citosan, ciki, itu kelemahanku banget. Biasanya kalo ada hasrat pengen ngambil sebungkus, kok kayak ada yang ngeliatin... Jadi inget waktu kecil kalo ngambil ciki-cikian pasti dipelototin Mama, bedanya sekarang dipelototin suami 🙄 Sekarang bisa dibilang jarang banget aku jajan begituan. Kalo lagi pengen banget, aku ambil 1-2 bungkus, suami juga ngerti, sih. Kalo pun nggak dikasih, aku pake jurus ngambek, terus dikasih juga akhirnya, nggak lupa dengan message, "Kamu ya minta diingetin tapi aku yang diomelin, terserah kamu aja lah..." HAHAHAHA *wifey wins*
Demikian review aplikasi favorit ini dan sedikit tips keuangan ala-ala Mama Josh.
I think everyone should have a healthy habit of managing our financial. Buat yang masih single atau berkeluarga. Aku cukup menyesal, sih, dulu nggak mengatur keuangan dengan baik. Kalo dulu udah terbiasa mengatur uang, pasti sekarang nggak kagok-kagok amat ngurus keuangan keluarga.
I think everyone should have a healthy habit of managing our financial. Buat yang masih single atau berkeluarga. Aku cukup menyesal, sih, dulu nggak mengatur keuangan dengan baik. Kalo dulu udah terbiasa mengatur uang, pasti sekarang nggak kagok-kagok amat ngurus keuangan keluarga.
Buat kami sendiri nggak usah yang sampai hire financial planner segala atau bikin beberapa rekening tabungan (lagi-lagi alasan pajak, kami memutuskan cukup dengan jumlah rekening tabungan yang sekarang, tapi buat yang punya beberapa rekening untuk pos-pos kebutuhan yang berbeda, nggap apa-apa juga lho, lebih detil juga, kan, jadinya :D) untuk bantu mengatur keuangan keluarga. Mulai dari kebiasaan-kebiasaan kecil dulu aja, kayak kalo ada uang dikit, jangan langsung dibelanjain, sisihkan dulu semuanya untuk tabungan, kalo ada sisa baru masuk dompet. Apalagi kerjaan suami bukan yang gajian rutin per bulan, jadi jumlah pendapatan nggak pernah sama, ini juga yang memotivasi kami untuk lebih ketat dalam mengatur keuangan.
Do you guys record your own expense? Ada cara khusus nggak yang kalian pakai dalam mengatur keuangan? :D
Dulu cici manual pake excel dan banyak kolom2 gitu deh (pendidikan, rumah tangga, kesehatan, asuransi, sosial, investasi, dll) yg ada lama2 berasa capek dan ribet sendiri kayanya cuma berjalan 2 tahun tuh Jane hihihi...sampe receh2 dimasukin (parkir gereja 3rb dst hahaha)
ReplyDeleteKalau pake aplikasi enak yah praktis lgs isi, kalau pake excel dan kudu buka komputer sebel karena semua bon2 udah dikumpulin buat diposting dulu sebelom dibuang hahaha
Wah kita sama banget ci, cuma cici hebat juga bisa bertahan sampai 2 tahun hahaha. Pake aplikasi ini jadi praktis banget, semua tinggal dicatet, bon juga jadi nggak numpuk hihi
DeleteAkubbaru tigs bulanan mencatat segala pengeluaranku di apkikasi money manager. Dan itu ngebantu banget supaya kita tau pengeluaran kita.
ReplyDeleteSampai sekarang aku masih suka catat secara manual, tapi ada beberapa pengeluaran pakai aplikasi 😄
ReplyDeletehai ciii! terima kasih banyak udah rekomendasiin aku buat baca post ini!
ReplyDeleteaku juga mulai tahun lalu pakai aplikasi ini buat mencatat keuanganku tapi kadang suka bolos nyatet *plakk*
tampilan aplikasinya juga udah berubah jauh ya. salut ih, cici salah satu pengguna setia aplikasi ini hahaha.
banyak banget yang rekomendasiin selalu pakai cash saat belanja dan benar aja, kalau belanja pakai cash tuh lebih berasa pedihnya deh. tapi, aku suka mager pakai cash soalnya uang kertas sini kadang dekil banget bikin males megangnya, tapi tetep seneng kalau nerimanya sih #ehh
anyway, bikin update version dari post ini dong ci, kalau berkenan :D
Hihi makasih Lia akhirnya main ke postingan ini juga 😄
DeleteAku juga baru sadar tampilannya udah bedaaa huahaha coba nanti aku ceki-ceki dulu apa yang bisa di-update dari tulisan ini pluss penggunaan aplikasinya ya. Thank youu Lia udah kasih masukan :D
Btw, sejak corona ini aku pun jadi males sih pake cash hahahaha lebih enak cashless apalagi sejak ada Ovo/Gopay dan lainnya kan, plus bisa dapet cashback pulak *aku hamba cashback LOL*
Sama-sama ci 😆
DeleteAsikk! Let me know kalau cici nanti jadi update post ini soalnya aku tertarik untuk belajar manage keuangan lebih baik, walaupun prakteknya lemah karena komitmennya kurang 😢
Ihh, aku juga! Sayang cashbacknya makin lama makin kecil tapi tetap yang namanya cashback sih lumayan banget 😆
Anyway—mungkin cici udah tahu, kalau top-up ovo/gopay biar nggak kena biaya admin bisa transfer dari Dana/Jenius*/TMRW ci *hamba cashback+gratisan*