Orang-orang suka jeles kalau aku bilang ke Bali adalah "pulang kampung". Soalnya sejak tahun 2013, orangtuaku pindah ke Denpasar dan aku sendiri sempat tinggal selama dua tahun di sana. Jadi setelah nikah, kami rutin pulang ke Bali untuk jenguk orangtua, sekalian liburan.
Makin ke sini—maksudnya makin tua dan apalagi sekarang udah berkeluarga, konsep liburan buatku udah nggak lagi yang harus hangout ke tempat yang banyak orang atau nongkrong berjam-jam di luar rumah. Leyeh-leyeh sambil nonton film di rumah, baca buku berjam-jam sambil ngemil atau literally nothing at home itu udah liburan banget buatku. Boring banget, ya? Tapi, ya, aku dan suami betah-betah aja, sih.
Karena itulah setiap kali ke Bali, rasanya mager untuk pergi hangout. Padahal kalau liat postingan orang yang ke Bali di Instagram, mereka selalu ke tempat yang kece-kece dan pastinya instagrammable. Waktu kami di Bali minggu lalu, 2-3 hari pertama kami hampir nggak keluar rumah. Andreas sampai ngomong, "Kok kita jadi males ke tempat-tempat gituan, ya?" (((gituan))). Maksudnya, ya pergi ke tempat kekinian gitu, entah itu restoran, kafe, beach clubs atau pantai. Mungkin karena ke Bali ada rumah orangtua untuk tinggal jadi kami nyantai banget atau emang sombong aja pengen pamer kalau ke Bali, tuh, udah biasaaak banget buat kita LOL
Tapi serius, deh. Rasanya udah nggak mampu kalau harus diniatin banget untuk menyambangi tempat-tempat hits tersebut. Soalnya kadang orang zaman now cari tempat hanya untuk 'konten' sosial media. Misalnya, mereka mengunjungi kafe atau restoran, hanya untuk foto-foto cantik dan nulis caption yang berisi Pinterest quotes. Padahal untuk menu makanan/minumannya sendiri biasa aja, nggak seenak itu. Kecuali kalau food bloggers, ya. Itu, sih, referensi pertama aku kalau mau cobain makanan baru.
Ini kenapa judulnya food journal tapi paragraf pembukanya panjang dan agak nggak nyambung, ya?!
Well, ini nyambung sebenarnya.
Karena kami hampir nggak khusus keluar rumah untuk cafe/restaurant hopping, aku nggak bisa nulis postingan per tempat untuk di-review. Foto-foto makanannya aku gabung jadi satu di postingan ini, dan tetap akan aku berikan informarsi harga dan review singkat per menu.
Percayalah... fotonya dikit banget, karena cuma dari tiga tempat yang berbeda. Dan berhubung aku kurang pandai dalam food photography, maafkan kalau angle-nya aneh. Masih belajar, hihi.
Mudah-mudahan tetap bikin ngiler, ya!
Jl. Drupadi No. 22, Seminyak
Kilo Smash Burger (100k)
Ini pesanannya Andreas. Buat dia, makanan itu hanya ada 2 jenis: enak dan nggak enak. Yang ini untungnya enak.
Bulgogi Rice Bowl (95k)
Pesanan aku dan Mama. Rasanya 'kaya' banget. Aku pikir bakal standar kayak bulgogi di restoran Korea pada umumnya, tapi karena mereka pakai salad dan spicy sauce (yang warna oranye), begitu dicampur jadi satu, rasanya endeus sekali. Oh ya, cara makan ala aku, sih, diaduk aja jadi satu kayak makan bibimbap :D
BBQ Pork Banh Mi (110k)
My little brother is not a foodie. Waktu lihat menu di sini, dia agak bingung mau pesan apa sampai akhirnya pilih ini. Katanya, sih, enak... soalnya pork, hahaha. Sayurnya malah dipisahin sama doi dan akhirnya Mama yang makan.
Iced Cafe Latte (45k)
Penggemar latte mana suaranyaaaa. Kamu harus coba ini, bikin satu badan 'melek' banget!
Sebenarnya ke KILO karena khusus mau coba menu Squid Ink Rice. Gara-gara Ka Alodita bilang enak banget. Liat fotonya, sih, emang menggiurkan banget. Udah mantap banget mau pesan itu, begitu liat harganya... jrenggg... 165ribu aja, sis, harganya! Buatku pribadi, harga segitu untuk sepiring Nasi Cumi Goreng kok sayang, yaaa 😅 Karena udah kepingin makan nasi siang itu, makanya beralih ke Bulgogi Rice Bowl. Mungkin kapan-kapan ada yang mau traktir saya? 😀
Overall, kusuka KILO karena atmosfer restorannya sendiri. Makanannya juga enak kok. Hanya harganya memang lil bit pricey untuk kami (segelas es latte aja 40ribuan). Jadi buat yang pingin coba, siapin kocek lebih aja, ya.
Mexican Breakfast (75k)
Aku baru ngeh ada menu ini di Cosmic, so I decided to give it a try.
Ternyata lidah ndeso-ku ini nggak cocok dengan makanan meksiko, sama nggak cocoknya dengan masakan Yunani. Kayaknya hampir mirip, ya, keduanya. Tapi porsi ini habis kok, kidney bean-nya aja yang nggak ketelan, kuhibahkan pada Andreas biar nggak mubazir.
Spaghetti Carbonara (58k)
Menu klasik dan favoritnya suami.
Setiap kali ke Bali, pasti, deh, kudu mampir ke Cosmic. Padahal pilihan menunya biasa, lho. Entah kenapa jadi favorit kami berdua. Sebenarnya menu Cosmic yang terkenal itu burgernya. Buat yang suka burger, mungkin bisa cobain kalau makan di sini.
Oh ya, biasanya sebelum pesanan kita datang, mereka suka kasih compliment berupa popcorn dan minuman tertentu dalam gelas one-shot.
Jl. By Pass Ngurah Rai No. 274, Sanur
Spaghetti Bolognese (around 35k+)
Mau di restoran manapun, kalau bingung mau makan apa, pesanan Andreas pasti nggak jauh dari pasta, either bolognese or carbonara.
Chicken Strips with fries (38k+)
Aku lupa ada tulisan "fries" di menu atau nggak, yang pasti waktu ini datang aku kaget kok kentang gorengnya sampai satu mangkok penuh. Saking banyaknya, akhirnya dibungkus buat cemilan di jalan, hihi. Rasanya, sih, biasa-biasa aja.
Hari itu kami memang lagi ada urusan di sekitar Sanur, jadi iseng sekalian mampir ke sini. Karena sebelumnya udah makan di rumah, di Milestone kami ngemil-ngemil ringan aja (makan pasta itu cemilan ringan buat Andreas, btw). Buat yang pengen kerja santai, meeting dengan klien, ngerjain tugas atau cuma pingin leha-leha, Milestones bisa jadi pilihan lho. Tempatnya cozy dan nggak begitu bising.
Selain tiga tempat di atas, kami juga 'nyetor perut' di Intan Sari, Jimbaran untuk makan seafood di siang bolong. Niatnya sambil makan siang sekalian bawa Josh main di pantai. Sayangnya, siang itu mendung banget dan hujan besar. Terakhir ke Bali juga nggak jodoh sama pantai. Next time, ya, Josh.
Oh ya, ada yang nanya nggak, kok nggak ada nasi babi guling? Jangan sedih, selama seminggu di Bali aku tiga kali makan nasi bigul di Sari Kembar 99. Karena tempatnya dekat dengan rumah, kami lebih sering bungkus makan di rumah. Entah kenapa untuk nasi bigul, favoritku tetap Sari Kembar. Sampai detik ini, kebanyakan turis lokal masih heboh dan rela antri di Pak Malen, tapi aku tetap setia dengan yang ini. Enak dan muraaah, lima belas ribu aja seporsi. Ini penampakannya:
Yang paling enak dari nasi bigul ini, adalah sate babi dan kulitnya! *ngeces*
Sekian laporan kuliner hari ini. Selamat hari Sabtu and stay awesome!
hi... salam kenal, aku Ica
ReplyDeletekebetulan aku tinggal di Bali, mau nambah info aja.. kalo Milestone Cafe enaknya yang waffle2an-nya.. kalo yang menu pasta dkk, emang B sih. next time ke Bali lagi, cobain deh Apple Crumble Wafflenya.. menu fav aku ^^
Hi Ica, salam kenal juga ya! Wah, seneng kalau punya temen yang di tinggal di Bali, jadi nambah referensi, makasih ya :D
DeleteWaktu aku cari tau Milestone juga yang direkomen dessert-nya, sih. Cuma hari itu not in the mood for sweet stuffs hahaha. Pilihan dessert-nya sih lumayan menggiurkan ya.
nasi bigul nya yang paling menarik.. hehehe
ReplyDeleteMakanan yang mengandung B2 memang selalu menarik ya ko :P
Deletedari semua babi guling yang pernah aku coba, tetep paling enak pak dobiel di nusa dua... enaknya belom ada yang ngalahin hahahaha... bahkan ama pak malen pun tetep enakan pak dobiel hahahaha...
ReplyDelete