Postingan kali ini sedikit berbeda, karena akan dibuka dengan... *drumrolls*... vlog!
Gaya banget nih pake ngevlog segala?!
Tenang, vlognya hanya berdurasi kurang dari 2 menit, pas! Jadi nggak bakal menyita waktu kalian, hahahaha.
Ini murni iseng aja, pengen tahu ngevlog itu kayak apa. Dan ternyata susah, yaaa, kalo nggak biasa ngomong di depan kamera. Beberapa detik di awal aja udah kelihatan awkward-nya. Tapi, rasanya, sih, bakal coba ngevlog lagi. Tell me how I did my very first vlog, ya! :D
Daripada lama-lama, mendingan langsung aja kita mulai, ya, laporan (Minggu)an kali ini!
Seperti yang udah di-mention di dalam vlog, kami batal makan siang di Warung MJS (suami langung jiper waktu ngeliat parkirannya penuh banget!) dan buru-buru mencari opsi lain yang masih ada di daerah yang sama, yaitu Kikugawa Restaurant.
Aku keinget restoran ini gara-gara pernah di-review oleh Ria SW di videonya yang mengulas tentang makanan legendaris Jakarta. Btw, ada yang menjadikan channel-nya doi sebagai referensi kuliner nggak? Soalnya aku iya 😀
Lokasi restorannya agak susah ditemukan, karena plang mereka terlalu kecil dan agak ketutupan. Patokannya nggak jauh dari Gado-Gado Bon Bin, kalau jalan kaki hanya beberapa langkah, deh.
Begitu masuk ke dalam restoran, suasananya langsung terasa 'Jepang' banget. Musik yang diputar pun berupa instrumental dengan alat musik Koto, zen banget lah pokoknya. Rasanya sungkan untuk bersuara, soalnya tentram sekali. Sambil diantar masuk ke meja kami, aku sambil berdoa biar Josh anteng dan nggak merusak suasana, hahaha.
Menu yang aku order sama dengan yang Ria order di videonya. Sayangnya, Salmon Gyoza mereka lagi kosong, akhirnya aku coba yang ayam. Terus aku juga pesan Chicken Katsu Teriyaki Set, suami pesan Gindara Set plus Salmon Sashimi.
Set menunya sendiri ternyata memang biasa aja. Enak, but nothing special. Tapiiii, salmon sashimi-nya dong yang seger banget. Aku bukan penggemar sashimi, tiap kali nelen salmon mentah tuh sambil nahan geli. Untung nggak amis, malah rasanya cenderung manis. Suami juga bilang enak dan dagingnya tebel. Pengen nambah, tapi langsung mengurungkan niat karena liat harga. Aku lupa kisaran berapa, tapi kata Andreas lebih mahal daripada harga seporsi salmon sashimi di Sushi Tei.
Monmaap sebelumnya, nih, kalau kualitas fotonya agak low. Penerangan di ruangan makan kami kemarin terlalu remang dan kuning.
Aku lupa foto penampakannya isinya yang penuh daging dan rasanya juicy abis
Primadona makan siang kami hari itu 🍣
Chicken Katsu Teriyaki Set (nasi, katsu, tahu dan sup miso)
Karena set menunya sama, jadi ini foto gindaranya aja deh
Total makan siang kami sekitar 300K++, standar lah, ya, untuk makan di restoran Jepang.
Sebelum pulang, sebenarnya aku masih pengen foto-foto interiornya yang kuno dan jadul banget. Cuma yang sedang makan siang itu cukup ramai, jadi aku sungkan untuk motret lagi. Kayaknya si owner sengaja nggak "mempercantik" restorannya supaya ada khas sendiri, ya. Soalnya aku perhatiin ada beberapa furnitur kayaknya usianya cukup tua dan salah satu sudut tembok belum sempat dicat ulang.
Selesai makan siang, aku iseng pengen bungkus gado-gado Bonbin untuk makan malam di rumah. Lagi-lagi karena direkomen Ria di videonya, sebagai anak Jakarta gengsi dongg belum pernah coba salah satu makanan legendaris di ibu kota.
Aku baru tahu ternyata pemilik toko gado-gado ini adalah sepasang suami istri Tionghoa. Waktu aku ke sana, mereka berdua sibuk ngurusin pesanan. Karena jam makan siang udah lewat, kami cukup nunggu 10 menit untuk empat bungkus gado-gado.
Btw, ada kejadian absurd tapi cukup lucu waktu aku mau bayar di kasir. Berikut percakapan aku dengan si Encinya.
Me: Jadi berapa ci semuanya?
Enci: Bungkus empat tanpa lontong, ya?
Me: Iya *siap-siap ngeluarin dompet*
Enci: Satu... tiga enam empat ratus.
Me: *diam sejenak* sumpah, yang masuk ke kuping aku adalah "empat ratus" doang. Ya, nggak mungkin, kan, empat bungkus gado-gado sampai empat ratus rebo?! So, aku tanya lagi untuk memastikan.
Me: Maaf ci, berapa tadi semuanya?
Enci; Satu... tiga enam empat ratus.
Me: *lagi-lagi diam sambil mikir* oh, jadi satunya Rp 36,400. Lah, kok dia nggak ngitungin totalnya, sih? Masa suruh gue ngitung sendiri? Itu komputer kasir buat apaan dong? *ngeluarin hape ngitung totalan, terus keluarin kartu debit*
Enci: *gesek kartu di mesin EDC* Totalannya jadi Rp 136,400, ya. Pinnya...
Me: OHHHH JADI ITU TOTALANNYA
Selesai bayar dan sambil nunggu bungkusannya selesai, aku cerita kisah tersebut ke suami, dan spontan si suami ngakak. He called me silly dan terlalu polos.
Do you guys think the same? Masa iya gue terlalu polos?
Mau klarifikasi aja nih. Si enci beneran bilangnya, "satu... tiga enam empat ratus". Waktu ngomong "satu" itu ada jeda, baru nominal selanjutnya. Kalau kalian jadi aku, berpikiran sama nggak? Plisss, bela aku, plisss. Biar nggak merasa bodoh sendirian 😂😂😂
***
Begitulah cerita hari Minggu kami kemarin. Ada yang punya cerita seru juga nggak selama seminggu kemarin ini? Share di bawah, ya!
Semoga hari libur kalian menyenangkan dan besok semangat kembali untuk beraktifitas.
Stay awesome!
Hahahaha, aku juga suka nontonin vlog Ria SW, cuma sejauh ini belum nyobain berdasarkan vlog dia sih.:D
ReplyDeleteKikugawa aku pernah coba sekitar 6 atau 7 tahun lalu kayaknya gara-gara adik ku senseinya adik ku bilang kudu coba makan disitu karena resto Jepang yang udah dari jaman baheula, itu juga ceritanya karena ada pertukaran sama makanan Indonesia di Jepang, aku lupa namanya bengawan solo atau apa gitu, cuma di Jepang restonya udah tutup. Macam pertukaran pelajar aja ya jadinya. hahahaha
Kalau ada jeda gitu sih aku juga jadi mikirnya harga satuannya segitu. hahahahah
Plis sering-sering ngevlog! Suara kamu soothing banget betah dengerinnya hahaha coba kalo aku yang bikin vlog beginian orang pada nutup kuping kali :))
ReplyDelete