Sebuah topik yang personal, sampai terpikir apa nulis tema pengganti aja, ya. Karena males aja gitu harus inget-inget yang dulu lagi. Padahal, kan, katanya yang sudah berlalu biarkan berlalu, yes?
Tapi aku juga penasaran, apa jadinya kalau aku bisa menuliskan penyesalanku di sini dan menjadikannya sebagai pembelajaran hidup di kemudian hari.
There are too many regrets that I have in this life, and some of them took a real long time for me to finally make peace with my past.
Dua hal di bawah ini adalah sedikittt dari penyesalan yang pernah terjadi dalam hidupku:
Penyesalan pertama:
Sebagai fresh graduate, aku pernah menyesal nggak langsung bekerja cari pengalaman di luar, di bidang yang aku kuasai.
Contohnya, di bidang wedding organizer.
Di beberapa resort di Bali, ada jenis job bernama wedding assistant. Beberapa resort memerlukan assistant spesialis yang bisa bahasa Mandarin. Aku baru ngeh tentang ini karena pernah dikasih kesempatan untuk handle sepasang couple dari Hong Kong yang menikah di Bali. That was my first experience tapi aku cukup enjoy mengerjakannya. Dealing with vendors, komunikasi dengan couple, menyelesaikan masalah yang ada dll.
Baca: A Week at Home
Kalo nggak kerja di bidang wedding pun, harusnya aku bisa kerja sesuai dengan gelar sarjana yang aku punya, yaitu dengan menjadi guru Mandarin di sekolahan. But why I didn't do that? Why Jane why??
Karena sebulan pertama belum kerja, terpaksa harus merelakan konser Girls' Generation bulan September tahun 2013 yang lalu si Jakarta. Nyeselnya dobel, tripel, berlipat-lipat. Nggak mungkin minta sama orangtua, malu dong ah.
Baca: I MET GIRLS' GENERATION! (tulisan receh dan alay karena sedih banget nggak bisa pergi ke konser mereka waktu itu. Years later, mereka konser lagi tapi aku lagi hamil gede! 😂)
Baca: I MET GIRLS' GENERATION! (tulisan receh dan alay karena sedih banget nggak bisa pergi ke konser mereka waktu itu. Years later, mereka konser lagi tapi aku lagi hamil gede! 😂)
Lesson learned:
Iya, sih, nyeselnya masih kerasa sampe sekarang. Padahal udah nikah juga sampe punya anak gini.
Tapiii, aku tetap bersyukur karena penyesalan tersebut membawa ke pengalaman yang berbeda. Aku bisa cukup produktif dalam membantu orangtua menjalankan bisnis, mencoba menjadi barista Starbucks selama 7 bulan, dan meski nggak bisa ngajar di sekolahan, aku punya pengalaman seru selama beberapa bulan dalam mengajar Mandarin bagi staff hotel di kawasan Jimbaran.
Selain bisa merasakan pekerjaan yang berbeda, aku pun bersyukur bisa menghabiskan lebih banyak quality time bersama keluarga sebelum menikah dan merantau kembali ke kota yang berbeda.
Selain bisa merasakan pekerjaan yang berbeda, aku pun bersyukur bisa menghabiskan lebih banyak quality time bersama keluarga sebelum menikah dan merantau kembali ke kota yang berbeda.
Buat dek-adek yang baru lulus kuliah, monggo langsung cari kerja, ya! Jangan malas kayak saya. Pokoknya lakukan yang terbaik dan harus bisa menjalaninya dengan sukacita. Oke oke? 👌
Penyesalan kedua:
Sebagai seorang ibu, aku pernah menyesal kenapa nggak berhasil melahirkan secara normal. Padahal udah ngerasain kontraksi selama hampir 13 jam, udah bukaan penuh, udah ngejan, tapi dokter memutuskan untuk melakukan emergency c-section.
Sampai hari ini aku masih menyesalkan keputusan dokter waktu itu. Apa karena dia seorang wanita juga jadi nggak mau terlalu maksa aku lahiran normal? Apa karena dia lagi buru-buru? Apa karena dia mau cepat? Kenapa dia nggak paksa suster untuk naik aja ke badanku dan menekan perutku supaya bisa melahirkan?
Dan masih banyak pertanyaan lainnya sibuk berlalu-lalang di kepala ini. Sampai nggak sadar, saat memikirkannya pun ada seorang anak ciyik yang lagi asik nyender ke paha mamanya sambil ngemil. Anaknya tumbuh sehat dan pintar. Kenapa masih aja nyesal karena nggak bisa melahirkan dia secara normal? ):
My daily happy pill
Lesson learned:
Makin ke sini aku sadar penyesalanku tentang ini karena ada komentar orang-orang yang mempertanyakan kenapa aku 'gagal' lahir normal. Aku nyesel karena nggak bisa memberikan bukti kalo aku cukup kuat untuk menahan sakit sampai akhir.
Tapi nggak boong juga, sih. Setelah melewati pengalaman tersebut, aku nggak mau coba untuk lahir normal lagi, trauma T____T
Aku juga belajar memahami proses melahirkan tiap ibu berbeda-beda. Mau normal mau operasi, semuanya butuh perjuangan yang nggak mudah dan sama-sama taruh nyawa. Yang terpenting, kedua proses ini mempertemukan kita dengan si buah hati tercinta, ya.
***
Aku cukup surprised setelah menulis ini, hati jauh lebih lega, lebih plong, lebih legowo.
Hal-hal yang disesali dalam hidup pasti ada. Tapi jangan sampai membuat kita lupa menikmati dan mensyukuri kehidupan yang sekarang, ya #edisibijakhariini
Thank youu BPN udah mengizinkan tema ini untuk ditulis. It's hard to tell the story at first, but now I can take this as a precious life lesson (:
Kadang kita nggak sadar hidup mengejar standar society ya mbak, padahal standar mereka itu ya nggak harus kita ikutin. Malah stres sendiri jadinya ya :")
ReplyDeleteKita kayak berasa habis buang racun ya kak.. ? Hahha... Negatifnya di buang jauh-jauh.. hihi.
ReplyDeletekalau sampai emergency c-section ya brarti udah gawat mbak. malah kalau dipaksain khawatirnya terjadi sesuatu yang nggak diinginkan, kan?
ReplyDeletelagian orang ngelahirin kan nggak bisa seenaknya ya, kalau dibikin sesar malah bisa bahaya kalau aku baca2. tapi kalo nggak bisa normal dan dipaksa kan horor juga.
pukpuk mbak yang pernah dibilang "gagal". enggak gagal sih menurutku. proses jadi ibu kan tidak ditentukan dari gimana dia ngelahirinnya. tapi gimana dia mendidik dan mengasuh anaknya sampai jadi orang itu. semangaaat..
Aduhh Mbaa, entah gimana mendeskripsikan perasaanku pas baca komen ini. Aku terharuuuu, karemna ada komentar dari pandangan yang berbeda T_T suami pun bilang gapapa kalo memang harus operasi, karena yang penting anak kami bisa lahir dengan selamat. Makasih banyak, Mbaa *peluk peluk*
DeleteHappy pill nya mukanya cengo gitu gemassss sekali.. hahaha
ReplyDeleteGila juga Janeee artinya kamu ngerasain melahirkan dua2 nya sekaligus, ngerasain mules rasa persalinan normal dan operasi juga..sungguh salut
Gapapa mau normal mau operasi yg terpenting anak dan ibu sehat..
Gue aja yg lahiran operasi masih sering dibilang "kalah" sama yg lahiran normal.ga ngerti juga salahnya dimana ya wong sama2 brojol lol
Si bayik masih kecil itu di sana, mukanya suka begituuu hihi
DeleteIya ya. Ekspektasi dan komentar orang lain itu kadang terlalu kejam. Mau brojol normal atau operasinya sama-sama mempertaruhkan nyawa gitu tsk tsk