Another interesting topic about blogging.
Sebelum masuk ke poin utama, aku ingin ngomong dikit tentang bisnis blogging.
Sejujurnya aku kurang mendalami dunia blogging di dalam negeri, sih. Aku nggak tau siapa blogger tersukses di Indonesia, blogger siapa yang punya omset terbesar dan sebagainya. Tapiii, aku merasa bisnis blogging di sini dengan di luar negeri ada perbedaan yang cukup mencolok.
Di luar sana, profesi blogger (profesional) udah ada sejak satu dekade yang lalu, mungkin lebih awal, CMIIW, ya.
Sebut saja Chiara Feraggni dengan blog fenomenalnya, The Blonde Salad. Sebelum menjadi seorang fashion designer sukses seperti sekarang, Chiara lebih dulu dikenal sebagai fashion blogger melalui blognya (yang sekarang udah menjadi online magazine dan e-commerce). Beberapa tahun kemudian, dia sukses membesarkan blognya dan berhasil menggaet beberapa brand high-end untuk bekerja sama dengan blognya. Nggak main-main lho brand-nya. Louis Vuitton! Dior! *kemudian pingsan*
Aku kurang paham, sih, bagaimana cara Chiara bisa mencapai kesuksesannya. Namun, yang pasti ada strategi matang yang ia buat. Bahkan dia punya tim sendiri untuk mempromosikan blog kepada merk-merk di luar sana lho. Salut, ya.
Itu contoh yang sukses banget. Ada banyak orang di luar sana pun menjadikan blog atau Youtube sebagai pekerjaan yang real. Terkadang bingung juga, sih. Kok bisa, ya, nekad resign dari kantor demi menjalani profesi yang di mana sering membuat banyak orang bertanya saat mereka menjawab pertanyaan: "Iya, gue vlogger/blogger, nih." dan kemudian ditanya balik, "Iya, itu sampingan kan? Pekerjaan lo yang sebenarnya apa?". Walaupun selebgram, influencer, blogger, youtuber, you-name-it, udah bertebaran, tetap aja masih ada yang nggak percaya bahwa profesi ini tuh, ya, bisa menghasilkan uang.
Being a (successful) full time blogger butuh komitmen dan usaha. Banyak perintilan yang harus dipikirin secara masak. Selain rutin menulis konten (berkualitas), mempromosikan tulisan lewat sosial media, yang paling membedakan jika ingin menjadi full time blogger adalah attitude, di mana kita harus siap untuk menjadikan blog sebagai bisnis.
Dan sikap ini lah yang tidak aku punya.
Aku nggak siap kalo harus menjadikan blog ini sebagai "ladang penghasilan", namun nggak nutup pintu juga jika ada tawaran job. Banyak maunya, ya?
Tapi yaa nggak pernah bisa membayangkan, sih, kalau sampai harus menjadikan platfrom ini sebagai blog komersil. Entah kenapa aku baper banget. Itu berarti nggak bisa lagi sembarangan menulis, harus semakin terkurasi dan nggak bisa curhat-curhatan receh. Ya, ada, sih blogger di luar sana yang tetap menyelipkan sentuhan personal pada blognya. Tapi sejujurnya kelihatan lho blog mana yang komersil mana yang tidak.
Selain nggak siap dengan mental, aku pun merasa nggak ada kewajiban untuk menempatkan blog ini sebagai prioritas. Sebagai ibu rumah tangga "full time", prioritasku adalah rumah dan keluarga.
Di usia 2 tahun ini, Josh lagi di masa "produktif". Semua ingin dilakukan, penasaran dengan hampir segala sesuatu, suka minta ditemenin main dan ngobrol. Aku suka kewalahan kalau harus sambil menulis postingan (khususnya sejak menjalani blog challenge ini) dan meladeni celotehannya Josh. Guilty banget rasanya selama hampir beberapa minggu terakhir ini, aku harus rela memberikan gadget untuk bermain game sembari nunggu aku selesai nulis. Kalo nggak dikasih gadget bisa aja, sih. Cuma akan semakin merasa bersalah karena aku menjawab celotehannya tanpa menjawabnya betul-betul. Josh itu tau kalo mamanya nggak begitu meladeni dia. Dia akan ngoceh terus sampai mamanya benar-benar berhenti melakukan pekerjaan, kemudian fokus dengan dia seorang.
Dengan kondisi seperti itu, rasanya nggak mungkin bisa menjadi full time blogger. Boro-boro mau mikirin monetize lebih dalam, nulis satu postingan yang bisa dilakukan dalam 1-2 jam, harus molor karena sambil ngurus bocah. On a side note, aku sama sekali nggak menjadikan anak sebagai beban dalam melakukan aktifitas, ya. Mitamit, jangan sampai!
Sekarang ini aku memang belum mau menekuni blog sebagai pekerjaan utama. So far, aku hanya bisa melakukan beberapa optimasi sederhana pada blog ini.
Sekarang ini aku memang belum mau menekuni blog sebagai pekerjaan utama. So far, aku hanya bisa melakukan beberapa optimasi sederhana pada blog ini.
Biarlah blog ini tetap menjadi outlet di mana aku bisa bebas berkreasi, sharing pengalaman seru, bisa punya teman baru dan pastinya saling belajar juga dengan yang lain. Aku nyaman menjalani aktifitas blogging seperti sekarang ini.
Buat teman-teman lain yang bisa sukses menjadi full time blogger, good for you! Kalian hebat banget bisa berkomitmen untuk menghasilkan konten yang berkualitas dan dibayar juga. That's everyone's dream, di mana bisa dibayar dari pekerjaan yang kita sukai.
That's all of my two cents about why not being a full time blogger. How about you? (:
Nah itu.. kalo Full Time Blogger kayaknya susah mau nulis-nulis receh.. hahaha.. lah padahal tulisan saya masih receh semua. Huhuhu..
ReplyDeleteIya, kannn. Saya masih lebih suka nulis model diari gini sih. Jadi kayaknya belum dulu deh jadi full timer.
DeleteEmang perlu effort banget kalo mau jadi full time blogger, butuh money juga, jadi harus bener-bener disiapin mateng-mateng, bukan sekedar nyiapin tulisan aja..
ReplyDeleteIya betul. Full time blogger nggak sekedar menyiapkan tulisan aja, tapi juga waktu dan energi. Waktu jelas aku udah gak punya karena lebih diprioritaskan ke anak dan keluarga. Kapan-kapan aja deh jadi full timer-nya hahaha
DeleteAku terharu baca ini. Emang kalau punya anak gitu sih. Harus fokus. Itu yang emang harusnya jadi prioritas utama. Salut sama kamu. Semangaaat...
ReplyDeleteAh, Mba. Saya juga ikut terharu jadinya T_T emang saat ini fokus saya lagi ke sana semua sih. Kapan-kapan aja deh untuk mikirin jadi full time bloggernya.
Deletei feel u pisan... lagi ngetik, anak nanya apa trus dijawab ga nyambung haha.
ReplyDeleteprioritasin dulu yg penting. gppa yg laen belakangan :D
Tosss! Kita samaan, ya, Mba. Buat anak dulu deh. Blog gapapa buat part time dulu aja (dan hobi) :D
Delete