Dalam rangka menuju resolusi baca dua buku per bulannya (lebih dari itu bagus), maka mulai bulan pertama di tahun 2019 ini, tiap di akhir bulan aku akan menulis blog post tentang buku apa aja yang udah dibaca dalam satu bulan.
Nah, sayangnyaaaa... belom apa-apa udah ada yang disesali, hahaha. Tapi iya aku lagi menyesali lender di Bookabuku yang menolak pinjaman aku ): aku memang lagi jarang beli buku, lebih memilih untuk minjam di Bookabuku dulu aja. Beberapa waktu sebelumnya, kalau ada pinjaman buku, kita sebagai lender akan dijapri langsung oleh adminnya untuk konfirmasi pengiriman buku. Sekarang ini, notifikasi peminjaman buku langsung masuk ke email kita. Kalo notifikasi tersebut nggak kita gubris dalam waktu tertentu, pinjaman otomatis ditolak. Kemarin ini tuh aku minjam beberapa buku yang emang lagi pengen banget dibaca, sayangnya hampir semua buku tersebut ditolak. Entah emang ditolak lender-nya sendiri atau notifikasinya nggak kebaca.
Mungkin emang dijatahin sebulan nggak baca lebih dari 2 buku deh biar lebih fokus dan mendalami bacaannya, hahaha. Karena terbukti dari 2 buku yang akan aku review sekarang ini.
1. The Little Prince (Le Petit Prince) by Antoine De Saint-Exupéry
Aku cukup kaget saat menerima pinjaman buku ini, karena ternyata tipissss banget!
The Little Prince adalah sebuah novella yang ditulis oleh seorang poet terkenal asal Perancis. TLP ini adalah salah satu hasil karya Antoine yang booming banget dan berhasil diterjemahkan ke berbagai bahasa, sehingga karyanya ini masih bisa dinikmati oleh setiap generasi dari tahun ke tahun. So, this book is basically old, but gold.
Awal cerita dimulai oleh kisah seorang narator waktu ia berusia 6 tahun dan ia suka sekali menggambar. Suatu waktu ia menggambar ilustrasi ular boa yang menelan seekor gajah, kemudian dia menunjukkan gambar tersebut pada orang dewasa dan herannya mereka menganggap gambar tersebut adalah topi. Si narator pun coba menggambar kembali dan lagi-lagi imajinasinya tak dimengerti oleh orang dewasa. Mereka malah menyuruhnya berhenti menggambar dan belajar sesuatu yang lebih bersifat akademik. Beberapa tahun kemudian, si narator pun menjadi pilot dan suatu hari pesawatnya jatuh di daerah padang gurun yang kering. Tiba-tiba ia dihampiri oleh sosok yang dinamakannya sebagai "pangeran kecil" dan sejak saat itu si pangeran kecil bercerita tentang pengalamannya menjelajahi berbagai planet yang ada kepada sang narator.
Meski genre buku ini ditujukan pada anak-anak, menurutku mau usia berapa pun cocok banget baca buku ini karena ada pesan-pesan tersembunyi yang sebetulnya lebih ditujukan kepada orang dewasa tentang bagaimana seorang anak kecil memandang kehidupan dengan sederhana, namun deep. Sama seperti anak kecil kebanyakan, si pangeran kecil pun suka banget melontarkan pertanyaan ke orang-orang yang ia temui. Dan entah berapa kali pangeran kecil selalu bilang, "the grown-ups are very strange" saat ia bertemu dengan seseorang di setiap planet termasuk bumi yang dijelajahinya. Contohnya, saat dia bertemu dengan seorang ahli geografi yang mencatat hasil penemuan penjelajah tanpa menjelajahinya sendiri. Hmmm... bikin mikir nggak tuh?
What I've learned from this little book, kehidupan itu bisa dilihat dari berbagai sisi. Menurut little prince orang dewasa itu aneh, mungkin karena kita terpaku sama apa yang terlihat mata aja. Buku ini nggak cukup dibaca sekali, sih. Karena aku harus baca berulang kali sampe akhirnya "oh ini toh maksudnya" dari setiap cerita si pangeran kecil waktu ia keliling berbagai planet.
What I've learned from this little book, kehidupan itu bisa dilihat dari berbagai sisi. Menurut little prince orang dewasa itu aneh, mungkin karena kita terpaku sama apa yang terlihat mata aja. Buku ini nggak cukup dibaca sekali, sih. Karena aku harus baca berulang kali sampe akhirnya "oh ini toh maksudnya" dari setiap cerita si pangeran kecil waktu ia keliling berbagai planet.
Jadi penasaran sih, kalo ada guru yang assign buku ini untuk dibaca murid-murid SD, mereka bakal belajar apa ya dari sini?
Anyway, this is a classic must-read book. Untung belom telat banget deh bacanya.
2. The Little Book of Hygge: The Danish Way to Live Well by Meik Wiking
Ini dia buku yang udah aku sebut sebelumnya di postingan kemarin tentang gaya hidup hygge.
Aku suka BANGET dengan buku ini dan berencana untuk beli supaya bisa dibaca berulang-ulang di rumah. (and the book is photogenic for content props :P)
Kalo baca postingan sebelumnya, seolah-olah aku menggambarkan hygge itu gaya hidup yang senang-senang aja, ya. Pokoknya makan enak, sering-sering me-time, ngopi cantik dll. Tapi kalo udah baca buku ini, hygge is waaaay more than that.
Konsep gaya hidup hygge mengajarkan kita untuk bisa menikmati hidup yang lebih berkualitas, punya mindest yang positif even di saat situasi yang kita alami lagi nggak bagus dan juga untuk selalu bersyukur atas hal-hal kecil. So basically this book taught us to be more mindful and happier. Well, yes, kita memang nggak selalu bisa hepi. Apalagi perjalanan hidup itu selalu naik dan turun. Tapi si penulis meyakinkan kita bahwa selalu ada hal-hal kecil yang bisa kita syukuri dan nikmati, asalkan kita peka terhadap indera kita sendiri dan sekitar. And also, we can create our own happiness.
Aku yakin buku ini nggak melebih-lebihkan konsep hygge itu sendiri, sih. Mungkin ada yang skeptis, ya, ah mana mungkin sih kita bisa menerapakan gaya hidup yang kayak gitu, lebay deh.
Do you knowwww, negara Denmark itu langganan menempati urutan pertama di kategori "the most happiest country in the world" dengan cara menerapakan gaya hidup hygge ini lhoo. Tahun 2018 kemarin, sih, posisi pertama Finlandia, Denmark ada di urutan ketiga. Pokoknya selalu dalam top 3 deh. Jadi hygge ini bukan sekedar tren atau apa, tapi memang diaplikasikan sehari-hari oleh masyarakat Denmark.
Meik Wiking menuliskan sebuah quote dari Benjamin Franklin di akhir buku ini, quote-nya sangat sangat meaningful:
"Happiness consists more in the small conveniences of pleasures that occur every day, than in great pieces of good fortune that happen but seldom to a man in the course of his life." (Benjamin Franklin)"
Seberapa sering, sih, kita menanti-nantikan pencapaian besar dalam hidup? Pengen terkenal kayak si selebgram A, jalan-jalan ke luar negeri tiap tahun kayak si travel blogger B, ketemu idola kesayangan, punya rumah mewah dll. Kadang kita terlalu fokus terhadap hal-hal tersebut sampai kita lupa dengan small happiness yang selalu ada di sekitar kita, namun karena udah menjadi rutinitas, kita pun jadi menyepelekannya. Pulang ke rumah ngumpul sama keluarga setelah seharian ngantor, makan malam bareng dengan keluarga di meja makan, doa bareng sebelum bobo, yang kayak gini tuh sebenarnya bikin hidup kita lebih berarti nggak, sih? Karena banyak juga orang di luar sana yang nggak punya kesempatan mencicipi small happiness kayak gini.
Hygge is more than just a lifestyle, it's a way to appreciate little things in our lives so we can live better and happier.
***
Kalian ada baca buku bagus apa bulan ini? Share di kolom komentar, ya!
The Little Prince salah satu buku favoritku, sukaaa banget dibaca sampai berulang-ulang enggak bosen. Ada filmnya juga tapi dengan pengembangan cerita yang tetap bagus, kalau belum nonton cobain deh, Jane :)
ReplyDeleteDan aku tertarik banget mau baca Hygge juga, thank you rekomendasinya ya Jane :)
Wah bukunya yang setipis itu ternyata dibikin film juga ya? 😅 nanti aku coba cari deh filmnya. Thank you, Eyaa!
DeleteBuku kedua kayaknya menarik nih, mau dimasukin ke wishlist ah. Bulan ini yg udah selesai dibaca novel (soalnya kalo baca novel cepet). Masih on going yg subtle art of not giving a f* ituu. Mayan lama bacanya hbs bikin mikir.
ReplyDeleteAku langsung pinjem bukunya lho gara-gara baca komen ini hihi. Thank you Mba rekomendasinya!
DeleteHehe iya juga ya mbak, terkadang kita tuh suka menyepelekan hal-hal kecil yang padahalnya adalah sumber bahagia kita. Jadi kepengen baca bukunya juga deh
ReplyDeleteIya coba baca deh bukunya, cukup ringan jadi nggak perlu dicerna terlalu lama (:
DeleteKayaknya yang TLP menarik, aku bulan ini habis baca buku sebuah seni untuk bersikap bodo amat, pingin nulis reviewnya juga tapi masih pingin2 aja belum terlaksana😂
ReplyDeleteHahahaha buku oranye itu hits banget ya sampe udah ada terjemahan indonesianya. Tapi aneh banget baca judulnya "bodo amat" 😂
DeleteAkhirnya ada reviewnya! Ke sini karena post tentang gaya hidup hygge. Aduh jadi taambah pengen beli, makin penasaran seperti apa pemaparan tentang hidup hygge ini.
ReplyDeleteSaya setuju banget Mba mengenai small happiness, sebenarnya kebahagiaan itu bisa didapat dari hal-hal kecil di sekitar kita. Justru itulah 'kenyamanan' dan 'kemewahan' yang sebenarnya :)
Ayooo beli, Mba! Aku juga lagi nunggu promo atau diskonan bukunya nih :P
DeleteBetul, kemewahan hidup bisa didapetin dari kehidupan sehari-hari kita. Makanya harus live in the moment, ya.
Aaaakkk aku kira ga ada orang yang baca buku The Little Prince ini! Sebenernya aku kenal ceritanya karena dulu sempet ada animasinya kan di bioskop dan super jatuh cinta sama alur cerita dan maknanya yang mendalam. Habis itu liat di Periplus ternyata ada bukunya dan langsung aku samber beli.
ReplyDeleteWah iya? Aku tuh udah lama banget tau buku ini cuma nggak begitu tertarik untuk baca karena ya taunya ini buku anak-anak. Setelah dibaca ternyata maknanya cukup deep, value-nya dapet banget (:
DeleteDua duanya kebetulan baru baru ini juga baru aku baca. TLP malah udah yang kedua kali karena kemarin kita nemu di perpus sini. Terus Hygge juga sik, minjem perpus(aih). Tapi entah kenapa aku lebih suka cara nulisnya buku Lagom. Kalau belum baca Lagom, aku rekomendasikan untuk baca sebagai perbandingan dengan Hygge ;)
ReplyDeleteJustru aku udah baca Lagom duluan (karena baca review Mba-nya juga hahaha), tapi setelah baca Hygge lebih suka Hygge. Lagom lebih ngomongin soal hidup minimalis ya, bagus juga sih sebenernya (:
DeleteKyaaa sama nih saya juga baca buku lagi, udah 3 buku dan otw parenting Denmark, saya belum pernah baca kedua buku tersebut dan review untuk si Hyge itu bagus2 jadi pengen beli juga. Makasih mba sharingnya, suka deh sama sama ini:
ReplyDeletePengen terkenal kayak si selebgram A, jalan-jalan ke luar negeri tiap tahun kayak si travel blogger B, ketemu idola kesayangan, punya rumah mewah dll. Kadang kita terlalu fokus terhadap hal-hal tersebut sampai kita lupa dengan small happiness yang selalu ada di sekitar kita, namun karena udah menjadi rutinitas, kita pun jadi menyepelekannya.
Setuju, big dreams dateng dari small happiness yang kita syukuri setiap hari❤️
Parenting Denmark itu yang parenting danish way itu ya? Saya juga lagi nyari bukunya tapi belum nemu.
DeleteIya, reminder untuk diri sendiri juga sih. Terkadang lebih sering menghitung apa yang belum dipunya, ehh kelupaan untuk bersyukur sama yang udah dipunya. Be grateful always! (:
memang sih, kalau lihat harga buku yg bikin geleng-geleng bawaan jadi suntuk, mending minjem aja. Kalau saya minjem di perpus mba, karena masih suka juga dalam bentuk fisik, cuma biasanya dapat buku 'old' tapi seperti kata mba tadi dan saya akui, banyak buku 'old' but 'gold' ya contohnya kayak le petit itu.Saya belum baca bukunya, tapi udah nonton filmnya dan yah sama sih.. berulang kali nyimak biar mudeng, hehehe. Tapi sumpah kisah klasik emang asyik banget
ReplyDeleteWah fix deh harus cari versi filmnya The Little Prince nih. Udah di-mention lebih dari 2x di komen ini hahaha
DeleteAku juga belakangan ini minjem aja, Mba. Agak kaget yaa sekarang harga buku lokal aja udah di atas 60ribu semua, belom yang import. Mau beli jadi harus mikir-mikir lagi hahaha