Sebagai orangtua yang pernah sepakat ingin menyekolahkan anak di usia 4 tahun (jenjang TK), pertanyaan di atas pasti akan kami jawab: nggak perlu.
Karena aku ibu rumah tangga dan sehari-hari memang di rumah aja, aku cukup pede dalam hal memenuhi kebutuhan stimulasi motorik dan kognitif Josh di rumah. Apalagi sekarang materi belajar anak seperti montessori atau printable activity bisa didapatkan di internet secara gratis. Activity book semacam buku stiker, Kumon dll bisa dibeli di mana-mana, atau bisa juga rajin ngikutin igstories emak-emak Instagram yang suka sharing aktifitas anak di rumah.
Jadi gampang lahhh, Josh nggak perlu playgroup, belajar sama mamanya aja di rumah. Hemat uang sekolah satu tahun, lumayan.
Btw, sombong dikit boleh yak (boleeeeh 😜). Sebelum usia 3 tahun, Josh udah bisa mengenal beberapa warna, berhitung 1-20, mulai hafal abjad, menghafal lirik dan melodi beberapa lagu—baik itu bahasa Inggris atau Indonesia, dan bisa campur-campur bahasa Mandarin dan Indonesia kalo lagi ngomong (ini lucu banget sih, mau ketawa tiap kali dia mix dua bahasa lol). Sooo, mama is not too bad toh? Ah, anaknya juga kaliii yang pinter, hihi.
Beberapa bulan yang lalu, tiba-tiba aku merasa Josh butuh masuk preschool. Berikut dijabarkan alasan-alasannya:
🔖 Anaknya butuh belajar mandiri, lebih tepatnya Josh harus bisa belajar lepas dari mama. Josh tuh nggak manja, tapi anak mama banget, apa-apa harus mama, ngambilin sesuatu kadang harus mama, nggak boleh orang lain, termasuk papanya. Padahal, ya, anaknya tuh bisa sendiri, cuma GITU DEH. Tangan mamanya lebih ajaib apa gimana nggak paham juga.
🔖 Karena di rumah nggak ada teman main sebaya, Josh belum luwes bersosialisasi. Awal-awal masuk sunday school aja disamperin teman malah kabur. Kalo main dengan anak-anak yang udah cukup besar sih sering, karena ponakan suami tinggalnya di seberang rumah jadi suka main bareng. Tapi, Josh belum ngerti banget tentang konsep sharing mainan, alhasil kalo lagi main bareng dia sering mendapatkan kalimat, "Yaudah deh, kasih Josh aja, kan Josh masih kecil." Paham ya maksudku?
🔖 Ini alasan mamanya yang udah mulai bingung mau kasih aktifitas apaan tiap hari. Akhirnya, anaknya belakangan ini suka main sendiri, sementara mamanya blogging, nulis, kalo nggak ngerjain hal lain. Main sendiri, sih, bagus ya untuk anak balita, karena merangsang imajinasi mereka juga. Namun, apa kabar nih cita-cita nyekolahin anak tahun depan? Megang pensil udah oke belum? Berhitung udah lancar belum? Anak, kan, nggak mungkin bisa dengan sendirinya kalo nggak distimulasi secara berulang.
🔖 Kalo memang ingin masuk TK tahun depan, berarti sekolahnya tiap hari, minimal 3-4 jam, Senin sampai Jumat, HARUS ditinggal. Josh bisa nggak ya? Takutnya dia 'kaget' harus ke sekolah tiap hari dan belajar, TANPA ditemani mama atau papanya.
Berangkat dari ketiga alasan tersebut lah bulan April kemarin Josh kami masukkan ke sekolah montessori dekat rumah. Sekarang, sih, masih di kelas gymnastic, September ini rencananya naik kelas ke toddler class, semacam playgroup gitu lah. Jadi ujung-ujungnya preschool juga deh anak gue, hahahaha
Kenapa montessori? Sebenarnya kebetulan aja sih, karena aku cuma cari sekolah yang dekat rumah dan sekolah ini lah yang menjadi pilihan. Dekatnya tuh dekat banget lho, bisa diakses hanya dengan berjalan kaki. Dari segi uang sekolah memang nggak murah, karena di mana-mana sekolah berbasis montessori itu mahal.
Kalau Josh udah lulus dari sekolahnya ini mudah-mudahan bisa aku review di sini, ya. Soalnya memang sekolahnya oke kok, hanya saja kami berat di ongkos kalau harus melanjutkan sampai TK, sehingga kami memutuskan untuk cari sekolah lain, siapa tahu bisa sekalian langsung SD di sana aja.
Btw, sekolah Josh sekarang ini ada gymnastic untuk bayi, preschool sampai tingkat TK.
Jadi, perlu atau nggaknya preschool itu balik lagi ke kebutuhan anak dan orangtua. Nggak preschool bukan berarti nggak pintar, dan sebaliknya preschool pun nggak menjamin anak lebih pintar juga. Perkembangan tiap anak itu pasti berbeda-beda juga. Wong kita aja sekolah di tempat yang sama bisa ketemu teman-teman yang pinternya kebangetan, kan?
Selesai trial kelas gymnastic, aku tanya "Josh suka sekolah nggak?" dan dibalas lah dengan pose jempol ini
Kenapa montessori? Sebenarnya kebetulan aja sih, karena aku cuma cari sekolah yang dekat rumah dan sekolah ini lah yang menjadi pilihan. Dekatnya tuh dekat banget lho, bisa diakses hanya dengan berjalan kaki. Dari segi uang sekolah memang nggak murah, karena di mana-mana sekolah berbasis montessori itu mahal.
Kalau Josh udah lulus dari sekolahnya ini mudah-mudahan bisa aku review di sini, ya. Soalnya memang sekolahnya oke kok, hanya saja kami berat di ongkos kalau harus melanjutkan sampai TK, sehingga kami memutuskan untuk cari sekolah lain, siapa tahu bisa sekalian langsung SD di sana aja.
Btw, sekolah Josh sekarang ini ada gymnastic untuk bayi, preschool sampai tingkat TK.
Jadi, perlu atau nggaknya preschool itu balik lagi ke kebutuhan anak dan orangtua. Nggak preschool bukan berarti nggak pintar, dan sebaliknya preschool pun nggak menjamin anak lebih pintar juga. Perkembangan tiap anak itu pasti berbeda-beda juga. Wong kita aja sekolah di tempat yang sama bisa ketemu teman-teman yang pinternya kebangetan, kan?
✍️ Tentang progress Josh selama tiga bulan di sekolah:
Mama papa senang banget dong karena Josh banyak belajar dan perkembangan yang positif selama di sekolah. Masih ditemani, sih, karena kelas gymnastic ini memang melibatkan orangtua. Cuma anaknya udah lebih berani, pede dan nggak parnoan kalo dideketin orang atau anak asing. Kemarin ini pas aku lagi ngobrol dengan seorang mama yang baru masukkin anaknya ke sekolah ini, Josh malah SKSD dadah-dadah ke si Tante. Dulu mana pernah kayak gini. Sama saudara sendiri aja kadang high five aja nggak mau loh.
Terus mau ikutan fashion show di acara Kartinian waktu itu juga WOW sekali. Ekspektasiku nol besar, mau pakai baju adat aja udah bagus, ini mau lho jalan dan tampil di atas panggung.
Minggu lalu, untuk pertama kalinya juga aku terima report card Josh selama tiga bulan ini, hasilnya sungguh membanggakan. Ternyata begini ya jadi orangtua punya anak pintar HAHAHA ((:
Habis terima rapor itu juga Josh mendapat rekomendasi dari gurunya sekarang untuk naik kelas bulan September nanti. Jadi didoakan saja semoga semuanya lancar, yaaa.
Dan yang progress yang paling kelihatan adalah... ANAKNYA JADI BAWEL (BANGET) XD
Entah memang lagi fasenya (that never ending "what" questions) atau gara-gara sering ketemu teman-teman dan guru di sekolah. Padahal sebelum masuk sekolah ini, Josh ngomongnya masih irit. Sekarang bisa jawab kalau ditanya-tanya, bisa ngeles juga pulak kalo lagi diceramahin. Antara nyebelin tapi gemes juga kok ini anak udah jago ngomong hahahaha
Harapan kami berdua setelah Josh masuk toddler class, dia akan jauh lebih mandiri dan bisa menikmati sekolah. Mudah-mudahan juga bisa berteman dengan anak-anak lain, kalau ditanya nama temannya siapa juga bisa jawab, karena sekarang ini tiap kali ditanya "nama teman kamu di sekolah siapa Josh?" dijawabnya, "Joshua", lah gimana? 😅
Tolong doakan aja supaya Josh bisa diterima masuk TK tahun depan ya!
Bener nih mbak, keponakan saya juga sejak masuk PAUD jadi lebih ngerti konsep sharing. Sebelumnya selalu berantem sama temen atau sodaranya karena berebut mainan yang selalu diakhiri dengan salah satu ada yang nangis hahah
ReplyDeleteLucu sih liatnya jadinya