Baru aja beberapa hari yang lalu, sebelum tidur malam aku sempat scrolling Instagram dan menemukan salah satu postingan dari blogger idolaku yang memberikan info bahwa dia akan mengajar di sebuah workshop yang bertemakan behind the scene of a content creator bulan Agustus mendatang.
Salah satu resolusiku yang tertunda tahun lalu adalah mengikuti kelas apapun yang berhubungan dengan hal yang kusuka, ya blogging, creative writing atau mengambil sertifikat resmi menjadi barista sekalian. Makanya begitu melihat info workshop tersebut, spontan aku heboh banget dong sampai suami bingung. Eh, nggak sampai semenit, aku pundung sendiri karena melihat lokasi di mana workshop tersebut diadakan: BSD, Tangerang!
Hah? Emang kenapa dengan BSD? Tinggal naik mobil ke sana beres tho?
Gampangnya memang begitu, kan. Tapi dengan kondisi aku yang belum bisa nyetir mobil dan tinggal di Bogor, rasanya kok jauh amat. Mana jatuhnya di hari weekend, traffic pasti lebih padat.
Akhirnya aku bete sendiri. Kebayang nggak enaknya bobo malem dengan kondisi kayak lagi patah hati.
Keesokan harinya, aku udah kayak nggak terlalu mikirin soal workshop tersebut. Tapi masih ngayal gimana kalo aku sebenarnya bisa ikutan? Gimana kalo ternyata aku bisa write or blog better setelah kelas ini? Plusss, kapan lagi aku bisa ketemu dengan idolaku ini? Rasanya masih nggak rela harus mengabaikan cita-cita karena di jarak Bogor-BSD doang. Yaelah, masa kalah sama pejuang LDM??
Seperti ngeh karena istrinya ngambek, suami pun WA di tengah hari. Isinya kurang lebih menanyakan apakah aku bete karena soal ini semalam, yang mana aku jawab blak-blakan aku kesal aja kenapa di saat ada kesempatan untuk mengejar mimpi selalu terhalang sesuatu. Terus, suami mention kalimat seperti ini: "Inget nggak teman kita pernah bilang kalo punya anak harus bisa tahan-tahan keinginan sendiri?"
EMOSI KEPANCING DONG BUNDAAAA
Tapi aku nggak marah kok dengan suami, nggak sama sekali lho. Bisa dikonfimasi langsung pada yang bersangkutan. IYA NGGAK MARAH TAPI CAPSLOCK JEBOL 🤣🤣🤣
Tapi serius nggak marah. Ini hiperbola aja biar bacanya nggak monoton *dipertegas kembali*
Aku 'kepancing' di kata kunci: menahan keinginan sendiri karena anak.
To be honest, aku sama sekali nggak mikirin tentang yang disinggung suami. Aku malah kaget ternyata suami sempat berpikir aku nggak mau repot bawa-bawa Josh ke BSD nemenin aku kelas. Selain akunya nanti susah fokus, anaknya takut bosen.
Kita flashback dulu ke sekitar dua tahun yang lalu.
Waktu itu Josh belum genap 2 tahun dan aku masih mencoba untuk adjust hari-hari menjadi ibu rumah tangga yang pengen tetap produktif. Iya, udah satu setengah tahun lamanya aku masih kagok melakukan ini itu karena merasa 'terbatas'. Beberapa kali kesempatan datang seperti join classes, kerjaan di luar rumah ataupun untuk "me-time", selalu aku urungkan niat dengan alasan "gue punya bayi, nggak dulu deh."
Keseringan begitu, aku malah merasa bersalah, baik kepada Josh maupun diriku sendiri. Kok mau melakukan sesuatu untuk diri sendiri aja repot ya, kenapa jadi ngeribetin anak dan lainnya. Kak Anya aja woles banget lho ke event dan kerja sana-sini bareng anaknya. Jadi sebenarnya halangannya itu di mana?
Dan aku menemukan jawabannya tersebut di setahun belakangan ini, tepatnya, sih, ketika Josh udah selesai disapih.
Aku mengiyakan ada masanya mengerjakan sesuatu tuh "ribet" karena punya bayi. Sebenarnya bukannya rempong, tapi lebih ke prioritas dan adjusting, iya nggak sih? Apalagi emang keputusan aku dan suami sendiri yang nggak memakai helper. Istilahnya, you gain some you lose some. Waktu bersama anak menjadi lebih banyak, namun di samping itu aku harus rela mengesampingkan keinginanku pribadi untuk sementara waktu.
Kata kunci kedua: sementara.
Jadi nggak selamanya kok mengabaikan mimpi demi anak. They will grow up eventually. Contohnya, ya seperti sekarang ini.
Jujur aku nggak terganggu untuk bawa Josh ke mana-mana. Orang lihatnya ribet, malah banyak yang komentar Josh yang kasihan harus melulu ikut mamanya. Oke, aku setuju. Ada saatnya aku pun enggan ngajak Josh, apalagi kalo ada urusan penting aku juga inginnya Josh di rumah aja. But thank God we always find the win-win solution, di mana anak senang, orangtua pun tenang.
And you know what, justru sejak Josh lahir pun aku malah lebih sering ngeblog, dan karena blog ini juga aku bisa dapet tawaran nulis di tempat lain (meskipun nggak sering, but the recognition makes me happy), dapet sponsored job pertama kali dan kenal dengan beberapa teman baru.
Balik lagi ke cerita di atas.
Bukannya marah baca isi WA dari suami tersebut, justru aku ketawa. Ya, suami nggak bisa lihat juga, sih. Aku malah nyantai aja lho balesnya. Aku bilang aja ke suami aku nggak apa-apa banget kalo memang harus bawa Josh. Malah udah plan untuk ajak mbak di rumah untuk nemenin Josh selama aku ikutan kelas dan minta tolong supir langganan mertua untuk antar ke BSD. Beres!
Syukurlah respon suami juga positif (makasih yaa kamu terbaik!), aku dapet izin untuk ikutan workshop bulan depan and yes... I'M FREAKIN EXCITED! Rasanya nggak sabar untuk mencoret di daftar resolusi 2019 ini yang sebentar lagi tercapai.
Sebenarnya rencana ikutan workshop ini nggak mau dibesar-besarkan menjadi sebuah postingan blog, kata orang tua pamali. But I don't care, I am happy thus I want to share it here.
Jadi untuk buibuk seperjuangan yang pernah atau sedang merasakan hal yang sama, nggak usah feeling guilty karena semuanya pasti ada jalan dan waktunya. Yang penting waktu kita bersama anak itu jangan pernah disesali karena itu yang nggak bisa kembali. Ikutan kelas masih bisa kapan-kapan, terima tawaran kerja pasti akan ada momennya, me time pun bisa diatur supaya tetap bisa berjalan tanpa harus meninggalkan anak. Aku bisa ngomong gini karena udah melewati.
So, harap sabar dan tetap semangat, ya! (:
So, harap sabar dan tetap semangat, ya! (:
setuju, sabar dan tetap semangat!!
ReplyDeletekalo aku jujur ribet banget ngajak jayden kemana2, karena dia ga bisa diem, maunya lari2 melulu... jadi kalo misalnya ada acara atau pergi2 gitu, aku rada males ngajak dia... mending ngajak yang kecil tinggal digendong doang hahahaha...
ReplyDeleteAku suka cara kamu ngerespon WA suamimu :D Kalo kepancing emosinya, pasti bakalan panjang & bisa2 malah ga enak akhirannya. Tapi kamu nanggepinnya adem n kepala dingin. Bisa jadi reminder buat aku yang baca ini :D
ReplyDeleteSemangat workshopnyaaa!! Ditunggu liputan di insta story & blog hihihi :D
Thank youuuu ci! Aku pun udah nggak sabar untuk sharing workshop-nya di sini :D
DeleteSuka banget deh baca tulisannya. Karena tentunya ada masa kita bisa ini itu dan ada juga masa dimana kita ngalah ya, mak
ReplyDeleteSemoga workshopnya nanti berjalan lancar
ReplyDeleteSetuju banget sama you gain some you lose some, kayaknya ini akan terus terjadi sepanjang hidup
ReplyDeletekapan workshopnya? aku juga mauuuu...
ReplyDeletepingin ikutan juga nih
Cek IGnya @creativenest_id deh Mba, nanti nemu workshop yang kumaksud haha semoga bisa ikutan juga ya!
DeleteWah dream do come true dong ini ceritanya hehehe, setelah bersabar sementara karena ada prioritas akhirnya sekarang bisa ikut kelas yang memang diinginkan. Jadi nggak sabar baca ceritanya nanti setelah ikut kelas blogger kesayangan :D
ReplyDeleteBANGET! Mimpinya sepele buat orang kebanyakan tapi rasanya seneng banget hahaha Aku pun nggak sabar untuk sharing acaranya di blog nanti :D
DeleteTernyata saya pernah komentar di-post ini mbaaa waaah, hahahaha, setahun berarti kita kenal, saya pikir baru mulai awal 2020 :))
DeleteBy the way, ini workshopnya Alodita kan kalau nggak salah? Wooow saya ternyata bucin blog mba Jane sudah lama hahahahaha :P
Ahahahaha iyaaa, Mba Eno! Aku juga kaget pas nemu ada komentar Mba Eno di sini XD soalnya seingatku kita baru kenal dekat itu di awal tahun ini, persis yang Mba Eno pikir juga 😆
DeleteIya betul, workshop-nya Alodita hihi Ahh, jadi maluwww 🙈 aku pun bangga lho menjadi bucin blognya Creameno 🙈
Aku suka tulisannya. Bisa kegambar situasi galaunya waktu itu. Aku jadi inget punya temen yang posisinya sama kayak Mbak. Dia ingin ikut kelas workshop, tapi melulu gagal karena anaknya. Aku jadi makin paham situasinya. Izin tulisan ini aku share ke dia ya, supaya dia bisa semangat :)
ReplyDeleteAku dulu persis kayak gitu, selalu menjadikan anak alasan untuk nggak bisa melakukan sesuatu, padahal anak nggak salah apa-apa hiks
DeleteTitip salam biar temannya bisa semangat lagi, ya. This shall too pass kok. Makasih ya udah bantu di-share (:
Ahhh... suka banget tulisan ini. I feel you and yes kids will grow up before you even realise it, so enjoy your time with your kid while you can. Semangat ya Jane!
ReplyDeleteijin forward ke istri yah mba :)
ReplyDeleteDuuuuh adeeem deh bacanya Jane :). Dan sbnrnya ini jd penampar juga buatku. Yg kadang merasa, targetku banyak yg terhalang Krn anak :(. Traveling salah satunya.
ReplyDeleteTapi setelah cukup waras mikirin, aku toh ga akan mau kehilangan anak2. Biar gimana mereka toh akan besar nantinya, dan bakal ninggalin aku dan suami. Prioritasnmku jd berubah. Yg tdnya jalan2 LBH suka berdua suami, skr gpp deh nabung LBH lama Krn hrs ajak anak2 :)