Setiap kali ngerasa down or just a little bit feel unmotivated, aku selalu mengandalkan hal-hal kecil yang bisa aku syukuri dan dinikmati sampai satu hari ini berlalu.
Tiap orang punya cara masing-masing untuk bersyukur atau sekedar membangkitkan semangat kembali. But here's everything that's making me inspired and thankful at the same time (warning! This is a random list!):
- Keberadaan para driver ojol di zaman sekarang
Selama mama Josh belum bisa nyetir mobil (tahun ini semoga tercapai AMIN!), aku nggak pernah berhenti menghaturkan rasa terima kasih pada abang-abang ojol yang berjasa mengantar ke sana ke mari. Mulai dari nganter anak sekolah, belanja mingguan atau ke tempat ngopi favorit. Termasuk dalam jasa food delivery di saat ngidam chicken strips dan iced latte KFC, sampai jasa antar barang; di saat bekal suami ketinggalan atau kunci toko lupa dibawa ((':
Pernah suatu kali, aku diantar driver seorang bapak paruh baya. Selama perjalanan yang hanya memakan waktu kurang dari 10 menit, si bapak ini cerita anaknya baru diterima kuliah di UI. Bapak ini cerita penuh dengan semangat, dan meskipun aku nggak bisa melihat raut mukanya secara langsung, terdengar jelas bahwa bapak ini bangga banget. Terus, bapak juga sempat menceritakan tentang istrinya. Dia bilang dia kerja tiap hari supaya istrinya bisa tenang di rumah sambil ngurus anak. Jadi, selain anaknya yang kuliah, si bapak ini dapet "bonus" anak kedua yang usianya terpaut jauh dengan si kakak. Selama bapaknya cerita, aku di belakang nggak berhenti senyum turut bersyukur dengan cerita hidupnya si bapak ini. Mengingatkanku juga untuk terus berjuang yang terbaik untuk keluarga. Sampai di tempat tujuan, aku cuma bisa bilang, "Pak, semangat terus, ya. Semoga keluarga bapak bahagia selalu. Sukses untuk anaknya juga, ya, Pak." Dibalas bapaknya, "Aminnn" dengan senyum sumringah dan nggak lupa menitipkan pesan sponsor, "bintangnya jangan lupa ya, teh." Ahsyiappp!
Nggak cuma si bapak, tapi teruntuk semua abang ojol di luar sana semoga sehat selalu—karena cuaca akhir-akhir ini bikin gampang sakit, rezekinya terus dilancarkan—karena banyak dari mereka itu harus menghidupi istri dan anak, pokoknya semangat selalu deh buat kalian, ya. Apalah arti rutinitasku setiap hari tanpa kalian. Blessed you all!
Pernah suatu kali, aku diantar driver seorang bapak paruh baya. Selama perjalanan yang hanya memakan waktu kurang dari 10 menit, si bapak ini cerita anaknya baru diterima kuliah di UI. Bapak ini cerita penuh dengan semangat, dan meskipun aku nggak bisa melihat raut mukanya secara langsung, terdengar jelas bahwa bapak ini bangga banget. Terus, bapak juga sempat menceritakan tentang istrinya. Dia bilang dia kerja tiap hari supaya istrinya bisa tenang di rumah sambil ngurus anak. Jadi, selain anaknya yang kuliah, si bapak ini dapet "bonus" anak kedua yang usianya terpaut jauh dengan si kakak. Selama bapaknya cerita, aku di belakang nggak berhenti senyum turut bersyukur dengan cerita hidupnya si bapak ini. Mengingatkanku juga untuk terus berjuang yang terbaik untuk keluarga. Sampai di tempat tujuan, aku cuma bisa bilang, "Pak, semangat terus, ya. Semoga keluarga bapak bahagia selalu. Sukses untuk anaknya juga, ya, Pak." Dibalas bapaknya, "Aminnn" dengan senyum sumringah dan nggak lupa menitipkan pesan sponsor, "bintangnya jangan lupa ya, teh." Ahsyiappp!
Nggak cuma si bapak, tapi teruntuk semua abang ojol di luar sana semoga sehat selalu—karena cuaca akhir-akhir ini bikin gampang sakit, rezekinya terus dilancarkan—karena banyak dari mereka itu harus menghidupi istri dan anak, pokoknya semangat selalu deh buat kalian, ya. Apalah arti rutinitasku setiap hari tanpa kalian. Blessed you all!
- Belajar pengalaman orang lain tentang gaya hidup "minimalism"
Seperti yang udah kusinggung di postingan sebelumnya, belakangan ini aku lagi menggali ilmu sebanyak-banyaknya tentang konsep hidup minimalis.
Sebuah pengakuan: sebelumya aku skeptis banget tentang gaya hidup ini. Malah sempat berpikir, lifestyle begini kayaknya hanya berlaku untuk kalangan hipster deh. Coba tengok aja blogger Leo Babauta. Jauh sebelum orang-orangberlomba-lomba beli organizer container di Muji supaya bisa ber-konmari ria di rumah, beliau udah menerapkan prinsip hidup minimalis sejak satu dekade yang lalu.
Sampai akhirnya suatu hari, Youtube merekomendasikan beberapa channel milik ibu-ibu rumah tangga Korea. Mulai dari Haegreendal sampai yang baru-baru ini ada Ordinary Mommy Jin dan Hamimommy. Apa persamaan dari mereka bertiga? Rumah selalu bersih dan rapi, pinter masak, hobi ngopi di rumah dan anak-anaknya bahagia. Mereka ibu-ibu idaman banget deh!
Setelah binge watching vlog mereka ini, aku baru ngeh: oh, ternyata hidup minimalis itu bukan cuma soal rumah kosong, dinding berwarna putih, baju dan sepatu masing-masing cuma tiga biji... ini versi esktrem mungkin, ya. Tapi satu hal yang aku pelajari dari gaya hidup minimalis ala emak-emak Korea ini, kebiasaan mereka menata rumah itu sangat mempengaruhi mood seluruh anggota keluarga, termasuk si ibunya sendiri. Rumah yang bersih dan nggak banyak barang, secara nggak langsung bikin kita lebih plong, kan. Mau ngapain juga betah.
Sejak rutin nonton vlog mereka bertiga, aku semakin tertarik dengan minimalism ini. Tapi, aku masih penasaran, ada nggak ya orang Indonesia yang mengadopsi gaya hidup ini dan didokumentasikan melalui Youtube juga? Supaya lebih relatable aja, sih.
Dan ternyata memang ada lho, say hi to meaningful minimal dan Fany Sebayang! Silakan ditonton dulu dua video di bawah ini, ya, permisah.
Cukup menarik, ya? Outcome-nya sangat positif dan bermanfaat untuk jangka panjang. Semoga bisa segera direalisasikan dan dibagikan pengalamannya di sini, ya.
Sebuah pengakuan: sebelumya aku skeptis banget tentang gaya hidup ini. Malah sempat berpikir, lifestyle begini kayaknya hanya berlaku untuk kalangan hipster deh. Coba tengok aja blogger Leo Babauta. Jauh sebelum orang-orang
Sampai akhirnya suatu hari, Youtube merekomendasikan beberapa channel milik ibu-ibu rumah tangga Korea. Mulai dari Haegreendal sampai yang baru-baru ini ada Ordinary Mommy Jin dan Hamimommy. Apa persamaan dari mereka bertiga? Rumah selalu bersih dan rapi, pinter masak, hobi ngopi di rumah dan anak-anaknya bahagia. Mereka ibu-ibu idaman banget deh!
Setelah binge watching vlog mereka ini, aku baru ngeh: oh, ternyata hidup minimalis itu bukan cuma soal rumah kosong, dinding berwarna putih, baju dan sepatu masing-masing cuma tiga biji... ini versi esktrem mungkin, ya. Tapi satu hal yang aku pelajari dari gaya hidup minimalis ala emak-emak Korea ini, kebiasaan mereka menata rumah itu sangat mempengaruhi mood seluruh anggota keluarga, termasuk si ibunya sendiri. Rumah yang bersih dan nggak banyak barang, secara nggak langsung bikin kita lebih plong, kan. Mau ngapain juga betah.
Sejak rutin nonton vlog mereka bertiga, aku semakin tertarik dengan minimalism ini. Tapi, aku masih penasaran, ada nggak ya orang Indonesia yang mengadopsi gaya hidup ini dan didokumentasikan melalui Youtube juga? Supaya lebih relatable aja, sih.
Dan ternyata memang ada lho, say hi to meaningful minimal dan Fany Sebayang! Silakan ditonton dulu dua video di bawah ini, ya, permisah.
cc: meaningful minimal
cc: Fany Sebayang
Aku udah berencana untuk nulis tentang ini di postingan terpisah—karena ini aja udah kepanjangan! But here's what I learned about minimalism from every video and book I read (so far):
1) Tujuan utama hidup minimalis adalah hidup cukup dan seimbang. Kita merasa cukup dengan apa yang kita punya dan ini mengajarkan kita untuk bersyukur dari apa yang kita sudah punya.
2) Hidup minimalis memberikan kita 'ruang' untuk fokus pada hal-hal penting dalam hidup. Jadi, rutinitas kita itu nggak melulu beberes rumah (fyi, menurut Marie Kondo, harusnya decluttering itu cukup sekali dilakukan, nggak perlu terus-terusan), tapi kita bisa menggunakan waktu lebih banyak untuk keluarga, melakukan hobi dan lainnya.
3) Hidup minimalis membuat kita berhenti untuk membandingkan hidup kita dengan orang lain. Karena kita udah nggak lagi terobsesi dengan apa yang orang lain punya dan balik lagi ke poin pertama, kita udah cukup dengan apa yang kita miliki.
2) Hidup minimalis memberikan kita 'ruang' untuk fokus pada hal-hal penting dalam hidup. Jadi, rutinitas kita itu nggak melulu beberes rumah (fyi, menurut Marie Kondo, harusnya decluttering itu cukup sekali dilakukan, nggak perlu terus-terusan), tapi kita bisa menggunakan waktu lebih banyak untuk keluarga, melakukan hobi dan lainnya.
3) Hidup minimalis membuat kita berhenti untuk membandingkan hidup kita dengan orang lain. Karena kita udah nggak lagi terobsesi dengan apa yang orang lain punya dan balik lagi ke poin pertama, kita udah cukup dengan apa yang kita miliki.
Cukup menarik, ya? Outcome-nya sangat positif dan bermanfaat untuk jangka panjang. Semoga bisa segera direalisasikan dan dibagikan pengalamannya di sini, ya.
Other small things to be thankful for:
- Simple homecooked lunch: ayam goreng+sambal goreng terasi+telor ceplok=surga dunia.
- Ngopi di rumah siang-siang sebelum jemput anak sekolah.
- My supportive husband and his career doing well.
- Making my current favorite playlist on Spotify.
- Josh finished his dinner very well.
Saya juga suka nonton gaya hidup minimalis biar ketularan. Karena saya sadar kalau saya suka numpuk barang, hahaha. Oia, saya suka ngikutin meaningful minimal, dia bisa ya hidup tanpa IG, fb, twitter.
ReplyDeleteSalut sama cerita bapak ojol yang anaknya ketrima di UI. Kebayang bangganya ya. Hebat.
Iyaa Mba, justru saya tau meaningful minimal duluan beberapa waktu yang lalu. Hebat sekali dia bisa berkomitmen nggak makai sosmed sama sekali ya. Liat video dia adem banget!
DeleteBaca ini jadi ikutan senyum-senyum juga apalagi cerita bapak ojol. Senang rasanya jika Tuhan masih mengirimkan orang-orang atau hal-hal di sekitar kita untuk bisa belajar bersyukur dan menjadi pribadi yang lebih baik ^^
ReplyDeleteOjol itu memang penemuan luar biasa menurut saya mba :))))
ReplyDeleteEntahlah bagaimana hidup tanpa ojol kalau di Indonesia, mungkin sama rasanya seperti hidup tanpa handphone (susyaaaah) :""DD -- by the way, saya juga merasa hidup minimalis itu lebih ke arah cukup, dan grateful dengan apa yang dipunya. Nggak lagi gampang tergoda untuk sesuatu yang sebenarnya nggak diperlukan. Jadi pada akhirnya balik lagi ke konsep cukup tadi yang memang sedang berusaha saya terapkan :D
Dan setelah beberapa tahun menjalankan, jadi senang karena nggak punya terlalu banyak attachment dan jadi nggak beban pikiran. By the way, saya jarang lihat lihat youtube or blog orang yang bahas soal ini, tapi jadi penasaran juga mau lihat. Nanti saya visit beberapa rekomendasi yang mba Jane sebutkan :D thanks for sharing ya mbaaa ~
Yang membuatku bersyukur hari ini : Bisa ke kantor tanpa perlu desek2an, tanpa perlu nunggu transportasi umum yg tak kunjung datang, ngga ujan pas berangkat ngantor :D
ReplyDelete