Alasannya ada beberapa. Pertama, karena lagi PMS. Mau ngapain rasanya nggak enak, mager. Dua hari kemarin ini aku not in proper mood. Sampai suami ngomong, "Jajan gih...". Kalau suami udah ngomong begitu, artinya aku memang udah BT banget LOL 😂
Kedua, mulai bosan di rumah aja. Sebagai homebody dan introvert, tetap aja aku mulai kangen bersosialisasi di luar sana. Kangen ngumpul bareng teman dekat, nganter anak sekolah, ngopi di coffee shop favorit, belanja di supermarket tanpa harus memakai masker dan sarung tangan, ajak Josh main di indoor playground. Intinya, aku ingin keluaaaaar rumah! ):
Alasan ketiga dan yang terakhir, juga merangkap sebagai pemicu tulisan hari ini, adalah karena beberapa waktu lalu aku dan suami sempat menghadapi pengalaman yang kurang menyenangkan. Nggak usah ditanya detil, ya. Kami sendiri udah nggak apa-apa kok. (siapa yang nanyaaaa hihi)
Di tengah situasi yang sedang kami hadapi waktu itu, suami sempat singgung tentang bersyukur. "Susah banget, ya, ternyata untuk bersyukur di saat kayak gini." Yang mana kubalas, "Iya lah!". Dalam hati, udah sekarang bisanya marah-marah dulu deh. Bersyukurnya nanti aja. Emang lagi nggak bisa, gimana dong? *sorry God ):*
Bosen, ya, rasanya kalau dikit-dikit disuruh bersyukur. Lagi ketimpa musibah, dibilang kurang bersyukur, padahal korelasinya di mana deh. Saat berada di situasi yang nggak mudah, pengen sumpel mulut orang yang nggak henti-henti ngomong, "Ayo jangan lupa bersyukur. Masih banyak orang lain di luar sana yang nggak seberuntung kamu." Loh, kenapa jadi membandingkan dengan nasib dengan orang lain??
Bersyukur itu nggak pernah ada hubungannya dengan orang lain. Bersyukur harus dimulai dari diri sendiri.
Aku tau di saat itu memang sulit untuk bersyukur. Aku cuma bisa dealing with whatever emotions that we had that time. Karena ya menurutku, gapapa kalau sedih, ya silakan nangis. Lagi ada masalah terus pusing, ya gapapa juga. Namanya manusia, it's normal to cope all of that emotions.
Tapi sedihnya jangan lama-lama, galaunya jangan sampai berlarut-larut. Karena masalah tetap harus dihadapi dengan isi kepala yang jernih.
Beberapa hari lalu, aku baca tentang ini di salah satu artikel Bible plan yang sedang aku ikuti. Sebuah latihan kecil yang cukup menarik.
Let's say, warna merah itu adalah masalah atau kekuatiran kita, sedangkan kuning adalah hal-hal yang bisa kita syukuri. Kita seringkali nggak sadar tentang keberadaan "kuning", padahal baik warna merah maupun kuning ada di depan mata kita.
Terus, gimana caranya untuk tetap bisa bersyukur meski dalam situasi yang nggak memungkinkan? Choose what you can focus on.
Bersyukur itu bukan berarti kita selalu bahagia kok. Bukan juga menghindar dari masalah yang ada. Bersyukur adalah kita sadar tentang apa yang bisa kita nikmati dan lakukan pada momen sekarang ini dan percaya bahwa Tuhan yang bekerja atas masalah-masalah kita.
What I've learned then, saat akhirnya aku bisa berpikir lebih jernih dan mulai memanjatkan rasa syukur pada Tuhan, masalah nggak mendadak pergi begitu aja. Tapi kondisi diri akan jauh lebih baik untuk menghadapi situasi yang masih terlihat di depan mata. Kalau dari pengalaman aku dan suami kemarin ini, kami merelakan apa yang sudah terjadi dan percaya di balik ini semua ada pembelajaran yang penting untuk bekal kami berdua.
So, it's possible for being thankful when it feels impossible. Bersyukur itu salah satu cara untuk mendekatkan diri pada Tuhan juga lho.
Sebagai penutup, aku ingin menulis beberapa ucapan syukur untuk hari ini:
Coba lihat sekeliling dari tempat kalian berada sekarang ini dan hitung 5 benda yang berwarna merah. Ready? Go!
Sudah?
Sekarang, tanpa melihat sekelilingmu kembali dan tetap membaca tulisan ini, ingat nggak ada berapa jumlah benda di sekitarmu yang berwarna kuning?
Kemungkinan besar kita pasti nggak ngeh, karena fokus kita terlanjur pada benda yang berwarna merah.
Let's say, warna merah itu adalah masalah atau kekuatiran kita, sedangkan kuning adalah hal-hal yang bisa kita syukuri. Kita seringkali nggak sadar tentang keberadaan "kuning", padahal baik warna merah maupun kuning ada di depan mata kita.
Terus, gimana caranya untuk tetap bisa bersyukur meski dalam situasi yang nggak memungkinkan? Choose what you can focus on.
Bersyukur itu bukan berarti kita selalu bahagia kok. Bukan juga menghindar dari masalah yang ada. Bersyukur adalah kita sadar tentang apa yang bisa kita nikmati dan lakukan pada momen sekarang ini dan percaya bahwa Tuhan yang bekerja atas masalah-masalah kita.
What I've learned then, saat akhirnya aku bisa berpikir lebih jernih dan mulai memanjatkan rasa syukur pada Tuhan, masalah nggak mendadak pergi begitu aja. Tapi kondisi diri akan jauh lebih baik untuk menghadapi situasi yang masih terlihat di depan mata. Kalau dari pengalaman aku dan suami kemarin ini, kami merelakan apa yang sudah terjadi dan percaya di balik ini semua ada pembelajaran yang penting untuk bekal kami berdua.
So, it's possible for being thankful when it feels impossible. Bersyukur itu salah satu cara untuk mendekatkan diri pada Tuhan juga lho.
Sebagai penutup, aku ingin menulis beberapa ucapan syukur untuk hari ini:
- Suami yang masih bisa bekerja.
- Anak yang sehat dan semakin pintar.
- Punya stok makanan cukup untuk di rumah.
- Melihat semangat teman-teman online menjalani masa karantina di rumah.
- Usaha makanan yang dijalani orangtua di Bali laris manis, thank God (:
"Whatever happens, always be thankful." -1 Thess 5:18
***
Apa yang menjadi fokus kamu akhir-akhir ini? Adakah hal-hal yang bisa kamu syukuri hari ini? (:
aku juga suka kesel loh kalo lagi ngeluh terus ada yang bilang "bersyukur karena ada orang lain ga seberuntung kamu" padahal ku bilang ya wajar kalo kondisi kayak gini kita mengeluh...
ReplyDeleteMengeluh itu sebenarnya manusiawi yaa, nggak ada salahnya apalagi mungkin di saat situasi yang kurang "ideal" buat kita. Yang penting jangan lama-lama, cepat bangkit lagi dan tetap semangat! (:
DeleteSetuju mba Jane, saat kita sedih atau mengeluh bukan berarti kurang bersyukur meski kadang lupa *ini saya bangets* :)) tapi menurut saya, sedih, mengeluh, marah, kecewa, happy, senang, bahagia, you named it itu adalah bagian dari emosi yang kita punya dan sangat wajar untuk disalurkan dan dilepaskan asal pada tempatnya :D daripada ditahan-tahan terus jadi jerawat kan nggak enak :">
ReplyDeleteBy the way, apapun masalah yang mba Jane sekeluarga hadapi, semoga bisa selesai dan bisa membuat mba Jane sekeluarga lebih strong lagi ke depannya :D himnaeseyo, mba!
Betul sekali! Segala macam emosi itu memang harus kita hadapi dan dilepaskan ya. Kalau disimpan terus malah jadi "sampah" dan akhirnya bikin hati nggak tenang ):
DeleteTerima kasih banyak untuk doanya, Mba Eno 😊 Kebetulan saat nulis ini masalahnya sudah selesai dan kami berdua udah belajar dari situasi yang dihadapi. Untuk Mba Eno dan pasangan juga tetap semangat ya! <3
Aku juga ga suka kalau ada orang yang bersyukur dengan melihat kemalangan orang lain :(
ReplyDeleteKok ya bersyukur di atas kemalangan orang lain ya hiks. Harusnya kita bisa bersyukur kalau kita bisa hidup lebih baik dari hari kemarin. Semangat yaa, Endah!
DeleteWah betul mbaaak. Kadang suka gimana gitu kalo "dipaksa" bersyukur dengan ngasih liat orang lain dulu. Padahal kitanya lagi bete. Hehehe. Semoga stay safe terus ya mbak jane dan keluargaa! \(w)/
ReplyDeletePadahal kalau lagi bete atau curhat dengan orang lain inginnya didengar aja ya, Mas. Nggak perlu banyak komentar huhu.
DeleteAminn! Stay safe and healthy juga untuk Mas Kresno!
Awwwww... suka banget baca ini, sebagai reminder buat saya untuk selalu melihat hal positif di keadaan manapun, biar saya nggak hanya fokus ke masalah aja, tapi juga masih bisa melihat warna lain yang indah :)
ReplyDeleteBtw, saya kurang suka sih kalau mendengar atau membaca sebuah komentar yang seolah melabeli kita nggak bersyukur.
Maksudnya saat kita lagi merasa bad mood, sebenarnya kita tidak butuh ceramah tentang syukur, apalagi ceramahnya to the poin banget, kayak kita ini anak bocah yang masih harus diajarin tentang syukur qiqiqiqiqi.
apalagi ceramahnya dengan membandingkan dengan orang lain.
Lagi capek dan ngeluh dikomentari.
"Sabar ya, kamu bukannya satu-satunya yang capek, di luar sana banyak yang jauh lebih menderita dari kamu"
Saya semacam pengen liatin yang bilang gitu dengan pandangan datar tanpa ekspresi dah hahaha.
Apa hubungannya coba?
orang kita lagi capek ya capek aja, nggak ada hubungannya dengan capeknya orang lain harusnya kan hahahaha
Aduh sehati banget memang aku dengan Mbak Rey. Wong lagi curhat kok ya malah dibilang kurang bersyukur, ditambah harus memikirkan orang lain juga. Bukannya tega sih, tapi masalah kita kan nggak ada hubungannya dengan orang lain di luar sana ya 😔
DeleteAlih-alih membandingkan diri dengan orang lain, aku belajar bersyukur kalau aku bisa hidup lebih baik lagi dari kemarin. Supaya tetap semangat juga menjalani hari. Mudah-mudahan Mbak Rey juga tetap semangat ya!
Apakah aku termasuk orang yg kurang bersyukur?, entahlah, hanya saja rasa apapun yg timbul itu kayaknya manusiawi banget yaa, dan sy tipikal orang yg selalu sulit buat berbagi cerita yg ga enak, sering banget sy simpen sendiri, palingan kalo udah ga nahan nangis bentar dah itu sedikit lega, tpi ga selalu masalah nya kelar 😞 curhat.D
ReplyDeletePeluk virtual dulu Mbak Heni! 😊
DeleteSebagai manusia memang wajar kok mengalami emosi-emosi yang berbeda. Kalau sulit untuk berbagi dengan orang lain, mungkin bisa disalurkan lewat tulisan, Mba. Biasanya aku pun begitu. Setelah ditulis semuanya biasanya jauh lebih lega dan saat diceritakan ke orang lain pun udah nggak emosional.
Semangat yaa Mba Heni! (:
kadang disaat aku kayak down gitu, sama orang kantor dibilang kurang bersyukur, agak aneh juga. down yang mana dihubungkannya sama bersyukur, kan aku bingung hehehe
ReplyDeletelahh ya masa aku bersyukur mau bilang dia, dalam hati pun aku juga sering mengucap syukur. ketika dirumah flasback kegiatan seharian, apa aja yang aku buat dan kesalahan apa yang aku buat, instropeksi diri
Terkadang memang kita lebih gampang berkomentar tanpa mengetahui perasaan sebenarnya ya hihi sebagai manusia wajar-wajar aja kalau mengeluh, namanya perasaan kan nggak boleh ditahan-tahan. Next time masuk kuping kiri keluar kuping kanan aja, Mba kalau ada yang berkomentar seperti itu :P
Deletehehehe iya mbak, sesekali aku bersikap dengerin telinga kiri,keluar lagi telinga kanan
DeleteMba Jane, saya menjejak ya. Kemarin2 main cuma baca doang. Saya ngubek2 blog mba Jane sampai yang Starbuck dan bantu mama jualan risol. Gara2 tulisan Mba Eno nih, hehe.
ReplyDeleteTulisan Mba Jane adem banget. Lebih banyak merefleksikan tentang hidup dengan cara pandang yang positif. Sukaaaakkk.
Kadang susah saat ada masalah tapi kita bersyukur. Saat udah cooling down dan ambil nafas saking ruwetnya, baru sadar kita harus melewati fase ini. Ketika sudah ikhlas dan berlalu, selalu ada hikmah dan pelajaran baru bagi kita.
Yaampun terima kasih banyak Mba Pipit udah baca-baca cerita lamaku, jadi maluu 🙈
DeleteTerkadang saat menghadapi masalah di realita, memang sulit untuk bisa melihat titik terangnya. Makanya setiap satu masalah sudah berhasil dilewati, aku share di sini supaya menjadi pengingat di kala menghadapi masalah berikutnya (:
Betul sekali, Mba. Selalu ada pelajaran berharga di balik semua badai, ya.
Mbaaaa, aku membaca tulisan ini serasa dapet pukpuk
ReplyDeleteAku suka sekali aura tulisannya.
Ga ada kesan sok iye, kayak yang biasa aku temuin like kalau ada orang lagi ngedumel terus dibilang sabarrrr sabarrr, banyak di luar sana yang masalahnya jauh lebih berat dari elu.,.eeeeetdah kalau nemu yang sok iye nasihatin gitu tapi ga tau konteksnya serasa minta dipites ga sih hihihi
Secara aku kemarenan baru aja ada rasa sebal sama sesuatu hahaha #terus berasa kayak diketawain atau dicekikikin ama ibu-ibu lain, en then aku jadi sedikit marah-marah kayak orang bego hahahhaha, tapi abis itu aku jadi legaan, terus aku berusaha menghindari sesuatu yang bikin aku sering baper itu (apalagi ketambahan ketambahan saat-saat masa PMS haha, jadi tambah-tambah dah),
jadi abis baca tulisan ini aku jadi ga ngerasa ampas lagi hanya karena kita marah atau sedih atau kecewa atau bete. Karena itu normal. Marah kan salah satu jenis emosi juga yang ga pa pa banget dikeluarkan kayak rasa seneng atau rasa happy, asalkan memang managemen emosi setelahnya bisa dikelola dengan baik (jadi ingat film animasi inside out tentang macam-macam jenis emosi). Sebab begitu aura negatifnya bisa dikeluarkan, maka kitanya bisa calm down lagi seperti biasanya, hati jadi lebih betteran dibanding sebelumnya... ah lafff laaaff banged buat tulisan ini, thanks mba jane buat positif vibenya
^_________^
Kalau sedang dalam kondisi emosi yang berkecamuk, susah buat mikir positif terutama soal bersyukur. kadang menerima kenyataan dan kondisi yang ada itu awal dari susahnya buat bersyukur kak, ini dari pengalamn juga ya hehee.
ReplyDeletengomong2 kak, aku barusan banget baru nonton video bagus di channel yutubnya Kurzgesagt-in a nutshel, disitu dia ada ngebahas tentang dissastisfaction yang berhubungan sama gratitude :D