The Big Three-O

Pertama kali ngerayain ulang tahun suami sebagai pacar itu waktu dia masuk usia kepala dua, which means udah sepuluh tahun berlalu. 

Masih inget sepuluh tahun yang lalu itu, aku disuruh beberapa teman untuk ngibul-ngibul dikit sama doi supaya mau datang ke apartemen teman yang udah menyiapkan kejutan acara ulang tahun buat dia. Sebagai yang memang nggak suka beramai-ramai, doi keburu bete dong. Mungkin pikirnya, ulang tahun pertama sama pacar kenapa malah pergi ke rumah teman, sih (pede banget lo, jen 🤣). Sedangkan aku yang masih berusaha membujuk dia supaya mau berangkat malah deg-degan kejutan bakal gagal 😂 

Mungkin yang bersangkutan udah lupa, sih, dengan kejadian kecil ini. Namun, fast forward sepuluh tahun kemudian, tepatnya di awal November ini, ternyata suami masih nggak suka acara ulang tahun yang terlalu heboh. Wish-nya cukup dirayakan bertiga aja di rumah. 

"Tapi aku boleh beli ikan koki baru, kan?" 

Yayaya boleh dah. Kasih senang yang lagi ulang tahun. "Apa mau aku beliin, beb?" Gaya banget, baguslah langsung ditolak sama doi, karena katanya dia mau beli kado ulang tahun buat diri sendiri 😆

Sebelum hari ulang tahun berakhir, seperti biasa kami berdua ngobrol-ngobrol ringan sambil ngeliatin si bocil main mobil-mobilan. 

"Kamu masih inget daftar resolusi selama sepuluh tahun yang aku buat nggak?" 

"Masih dong. Aku keep kok. Why?"

"Semuanya udah tercapai?"

Fyi, jadi pas kami mulai pacaran, suami tuh memberikan sebuah daftar resolusi yang ingin dia capai dalam sepuluh tahun ke depan, di mana resolusi tersebut mudah-mudahan bisa tercapai sebelum masuk usia kepala tiga. 

Sejujurnya aku cukup kaget saat menerima daftar tersebut. Waktu itu dia masih 20 tahun, kok bisa, sih, udah mikirin rencana matang selama sepuluh ke depan? Spesifik pulak rencananya. Sesederhana pengen punya mobil sendiri dengan merk ini, eh ternyata beneran tuh kami sekarang punya mobil merk yang disebutkan suami. 

Kalau boleh jujur kembali, aku nggak melihat kedewasaan tersebut ada pada teman-teman lain yang berada di kisaran usia yang sama. Bahkan aku aja nggak merasa se-mature itu. Ditanya rencana tiga tahun ke depan aja saat itu aku gagap, entah harus jawab apa. 

Tapi dia dengan yakin dan mantap merencanakan impian nggak hanya dalam lima tahun, tapi selama sepuluh tahun ke depan! Menurutku itu amazing. Dan tanpa aku sadari, mungkin alasan itu lah yang bikin aku akhirnya klepek-klepek sama doi. Cewek mana, sih, yang nggak luluh sama cowok yang udah tau apa yang dia inginkan dalam hidupnya? Apalagi dia melibatkan aku dalam susunan mimpinya. Gimana dia bisa yakin kalau kami bisa menjalani mimpi tersebut bersama-sama di saat kami baru aja menjalani hubungan? 

Karena sering banget melihat catatan tersebut, aku jadi hafal susunan resolusinya di luar kepala. Malam itu pun kami menjabarkannya satu per satu... and we're so stoked. 

9 dari 10 resolusi yang ditulis semuanya berhasil dicapai, termasuk impian punya anak kedua di tahun terakhir. Mendadak aku merinding. Ternyata impian yang ditulis secara spesifik, kerja keras dan tentunya tetap berserah sama Tuhan (karena kita boleh berencana tapi Tuhan tetap yang berkehendak, kan), hasil nggak bisa bohong. Salah satu sisi aku salut dengan kerja keras suami selama ini, di sisi lainnya yang nggak kalah penting, aku dibuat kagum oleh cara kerja Tuhan selama sepuluh tahun ini. Meski ada satu impian yang belum berhasil dicoret, tetap nggak menghilangkan rasa syukur kami pada Tuhan. 

Meski bisa dikatakan beruntung bisa mencapai hampir semua resolusi tersebut, yang namanya badai, kerikil, batu, hujan kehidupan tetap mampir kok ke dalam hidup kami. Bukan sesuatu yang mudah untuk dilalui, lagi-lagi bersyukur karena kami nggak harus melaluinya sendiri-sendiri. Dan tentunya campur tangan Tuhan yang nggak pernah lepas. I guess it's true. What doesn't kill you, makes you stronger 😊

Happy turning 30 my best partner, my favorite human diary, and my other half! Semoga kamu tetap semangat menyusun mimpi yang baru, ya. We're so proud to have you as a hubby and daddy. Makasih buat semua pelajaran hidup yang udah kamu bagiin selama ini. And most importantly, thank you for always believing in us 💕

✨

Sebagai penutup, ada kisah lucu tapi juga agak nyebelin sebelum hari ulang tahun doi (btw, nggak usah diucapin yaa, soalnya udah lewat lama kok 😂)

So I knew he was craving sushi on his birthday. Orangnya nggak rikues langsung, sih, cuma bilang aja pengen makan sushi. Nah, karena doi nggak terlalu suka makan kue, terpikirlah ide untuk pesan Sushi Cake for the birthday man! 

Untungnya nggak susah cari restoran yang terima custom sushi cake di Bogor, cuma modal ngetik #sushicakebogor di Instagram keluar deh dua resto yang spesialis membuat pesanan ini. Aku pun menghubungi salah satu resto untuk membuat order dan langsung pembayaran. Chat dari CS resto sengaja nggak kuhapus sampai si kue sushi tiba di rumah. Menghindari hal yang tidak diinginkan, aku pun menyimpan chat tsb di archive Whatsapp, just in case biar nggak keliatan doi kan 😂

H-2 aku harus nge-chat kembali CS resto untuk konfirmasi pemesanan. Sembari nunggu balasan, aku ninggalin hape di atas meja makan sambil menyiapkan makan malam. Kebetulan suami lagi duduk di meja makan. Kupikir dia nggak mungkin kepo-kepo ambil hapeku, kannn, biasanya juga jarang. Begitu aku meletakkan piring sayur di atas meja, aku lihat si hubby lagi asik scrolling akun jualan koki di hapeku. MATIK. Gimana nih kalau dia liat ada notif balasan dari resto sushi?? 

Aku berusaha kalem dan diem-diem aja. Sampai akhirnya aku duduk dan si suami nyeletuk, "Kamu pesen sushi buat aku?" 

"KOK KAMU TAHU??"

"Ini aku nggak sengaja pas buka Instagram, muncul notif WA. Hehehehe."

SEBAAAAAAL!! Pake "hehehehe" lagi! AAAAAH GAGAL DEH SURPRISE-NYA T_____T

Suami malah ngakak dan berusaha untuk menghibur. Menurutnya, lebih baik dia ngomong langsung kalau surprise-nya ketahuan ketimbang harus pasang poker face saat aku memberikan kejutan tersebut yang mana dia tahu bakal bikin aku makin kesal. Yaaaah... bener juga, sih... TAPI TETEP AJA KESAL. Bisa-bisanya kali ini aku malah ketahuan! Eh tapi, meski dia tahu aku pesan sushi, dia kan nggak tahu bentukannya sushi cake kayak apa. Sooo, kejutan masih terus berlangsung! 😆

Tiba di hari H, dengan semangat aku mengeluarkan si sushi cake tersebut untuk suami. And guess what, dia benar-benar terkejut karena sebelumnya nggak pernah melihat sushi yang disusun menjadi seperti kue tart. He was very happy dan sekitar 40 biji lebih sushi yang ada, langsung dimakan setengahnya hari itu juga 🤣

😍😍😍

***

Btw, ada yang pernah punya pengalaman kayak aku nggak? Judulnya mau kasih kejutan eh malah keburu ketahuan. Respon kalian gimana saat tahu kejutan tersebut setengah gagal? 😂