Diary of the Month: March & April 2021

Yuhuuu. Untuk pertama kalinya DOTM ngeborong dua episode, yak. Daripada bolong sebulan, lebih baik dirampungin aja biar afdol ceritanya. Siap-siap panjanggg banget nih isinya! 

Best Memories 

Tentu saja kehadiran Krystal di keluarga kecil kami! Besok anaknya udah sebulan aja lho. Nggak berasa! Kali ini beneran nggak berasa, mungkin karena anak kedua kali, yaa. Mama malah lebih capek ngurusin yang gede. Karena habis lahiran, aku nggak bisa nemenin Josh ngerjain PR. Alhasil, worksheets-nya banyak yang keteteran. Capek, bundddd. Belum lagi anaknya drama. Yaudalah ini nggak usah dibahas, hahahaha. 

Momen terbaik lainnya adalah kehadiran papa mama di rumah. Cuma bisa bilang, apalah aku tanpa mereka berdua selama tiga minggu terakhir ini. Aku ngerasa kayak "anak" lagi selama mereka di rumah. Bener-bener nggak dikasih ngapa-ngapain lho selain makan, tidur, makan, dan makan lagi 🤣 Karena harus zuo yue zi (chinese confinement), aku memang nggak boleh terlalu banyak beraktivitas. Kebetulan aku tinggal di lantai dua. Minggu pertama abis lahiran, kalau ketahuan turun ke lantai satu, pasti kena oceh mama. "Ngapain turun-turun??! Kamu mau ambil apa?? Sini mama ambilin!" 😂 atau misalkan perut mulai laper terus ngomong ke mama, "Ma, laper." Mama pasti langsung sigap, "Mau makan apa? Mama buatin.". Did you know, sebelum mamaku datang, aku punya list khusus menu makan apa aja yang ingin dibuatkan oleh mama selama di Bogor. Eh, dibuatin semua dong 😭

Tiga minggu pertama pun selain nyusuin Krystal, yang mandiin, yang jemurin, yang gendong-gendong, yang gantiin popok, semuanya dibantuin mama. Lucu banget liat mama yang gemes sama cucu perempuannya ini. Menurut pengakuan mama, sih, karena emang kangen aja gendong bayi perempuan. Terakhir ngurus bayi cewek itu ya aku, anaknya sendiri. Karena setelah itu mama melahirkan dua adik cowok, dan setelah itu Josh, cucu pertamanya. Nggak sekali dua kali aku mergokin mamaku ngomong pelan ke Krystal, "Dek, kamu lucu banget. Pulang sama popo aja ya ke Bali, popo kasih sufor aja deh soalnya udah nggak ada ASI nih." Awalnya mau nangis terharu eike jadi tertawa deh (':

Papa juga banyak bantu banget selama di rumah. Kebetulan papa tipe yang nggak bisa diem kalau liat sesuatu yang nggak berfungsi dengan baik, pasti langsung dibenerin. Ranjang bayi yang belum sempet dipasang, papa yang bantu pasang. Lampu kamar ada yang mati, papa yang gantiin. Mainan Josh yang rusak pun dibenerin. Laptopku yang mulai lemot ini juga dibenerin. Nggak salah memang papa dipanggil McGyver, because he repairs anything, everything 😆

Selain jadi tukang servis, papa juga yang banyak nemenin Josh main. Entah kenapa Josh ini hopeng banget sama kungkungnya. Selama di rumah, hampir 24 jam Josh manggilin kungkungnya muluk. "Kungggg, mainnn", "Kunggg, bantuin Josh dong!", "Kunggg, temenin dong!". Pokoknya nggak bisa liat kungkungnya rebahan sebentar, soalnya pasti ditanyain lagi sama bocah, "Kok kungkung bobo? Main dong" 😂

Di hari pisah dengan mereka, aku udah berusaha kuat untuk nggak menangis. Pokoknya harus bisa! I thought I could lho. Soalnya nggak berasa mellow sama sekali. Namun, air mata yang tidak bisa diajak kerja sama ini akhirnya tumpehhh juga saat pelukan sama papa dan mama. Hiksssss. Sedih banget karena nggak tau kapan bisa jenguk mereka lagi. Heyyyy corona, kamu nggak mau hempas juga nih??

Hari-hari yang dilalui bersama mereka di tengah pandemi ini membuatku sadar sesuatu, kalau hal seperti ini pun nggak boleh take for granted. Puas-puasin sayang-sayangan sama orangtua selagi mereka ada. Tell them you love them, thankful for them. K?

Kesayangannya Josh dan Krystal ❤️

Something I've Learned 

Di salah satu vlognya beberapa bulan lalu, Jenn Im menjelaskan sebuah project kecil-kecilan yang disebut "Homework for life", dalam rangka untuk meningkatkan skill-nya dalam storytelling. Idenya muncul setelah dia baca sebuah buku berjudul "Storyworthy". Aku pernah mendengar buku ini sebelumnya dari Ali Abdaal dan ternyata mereka punya goal yang serupa. 

As a blogger yang suka menulis banyak cerita sehari-hari, dan kadang-kadang masih suka bingung nulis caption foto untuk di-upload ke Instagram, kayaknya aku juga harus baca buku ini deh. Apalagi storytelling itu nggak cuma dalam menulis, iya nggak, sih. Dalam bersosialisasi pun dibutuhkan banget. Menurutku pribadi, orang-orang yang mastering the art of storytelling ini pasti menjadi sosok yang menarik dan karismatik. 

Sayangnya, setelah ngulik di BookDepository, harga buku tersebut lumayan mahal cuy. Belum lagi nunggu pengirimannya yang bisa sebulan lebihbaeu tiba (walau ongkir tetep gratis hihi). Maka dari itu, aku mencoba untuk menerapkan homework for life dengan cara sendiri. How?

Lumayan simpel, sih. Terinspirasi dari kebingungan suatu siang di saat aku ingin menulis caption di Instagram. Ternyata untuk nulis sesuatu yang nggak terlalu panjang, tapi pesan dan maksud tersampaikan dengan baik, plus dibacanya juga enak, bukan hal yang mudah. 

Jadi aku mencoba untuk berlatih mengambil foto sehari-hari, terserah mau objek atau orang, terus mencoba untuk bercerita melalui foto tersebut. Di-post nggak? Sementara ini nggak dulu. Padahal kalau di-post seru juga, yaa. Biar jadi project kecil-kecilan juga dan bisa lihat perkembangannya udah sejauh mana. Tapi untuk sekarang ini di-keep untuk diri sendiri dulu ajah. 

Btw, mengutip kalimatnya Dee Lestari: "I didn't become a writer to be miserable. I didn't become a writer because of my misery. I became a writer because of my love for the art of storytelling."

Mantap! 

Food/Drinks You've Tried 

Ada yang pernah coba Tahu Kemul-nya Tong Tji Tea Bar? Kalau belum, you shud try NOW. Makin nendang kalau dipadukan dengan Jasmine Ice Tea. Si tahu kemul ini sebetulnya sejenis gorengan abang-abang versi premium. Enak banget pokoknya. Meski keliatannya sedikit—dan tau-tau abis aja gitu apalagi kalau sambil nonton—tapi makan seporsi cukup ngenyangin lho. Temen-temen yang lagi puasa, boleh cobak buat bekal buka nanti 👍

Things I've Watched 

Daftar tontonan selama dua bulan terakhir ini cukup banyak. Selain re-watch beberapa film Indonesia di Netflix, ada beberapa judul film yang berhasil aku lahap untuk pertama kalinya. Apa saja kah ituuu? 

The Con-Heartist (Netflix) 

Nonton ini mood-booster banget. Ngakak mulu sampai mulut dan perut pegel 🤣 

Nekad nonton ini padahal nggak baca sinopsis samsek. Lagi-lagi karena gabut, yaudin nonton aja lah. Eh, ternyata pemeran utama ceweknya sama dengan yang main di Friend Zone. 

Plotnya unik dan cukup nyeleneh. Cerita tentang cewek yang ingin balas dendam dengan sang mantan yang mata duitan, dibantu oleh seorang penipu jenius. Padahal sebelumnya si cewek ini hampir kena tipu juga oleh si cowok sebelumnya. Karena kepepet banget harus bayar utang, akhirnya si cewek pun terima kerja sama si penipu ganteng untuk memberi pelajaran pada si mantan. 

Tipikal film Thai yang komikal banget pokoknya. Sepanjang film aku ketawa-ketawa lepas aja padahal humornya sumpah sangat receh. 

Yes Day (Netflix)

Apa jadinya kalau seorang mama "say yes" untuk semua rikuesan anak-anaknya dalam satu hari? 

Sebelum menikah dan punya anak, Allison sebetulnya seseorang yang asik dan suka melakukan hal baru yang menurutnya menantang. Sampai akhirnya dia punya tiga orang anak, she says no to almost everything, sehingga membuat anak-anaknya merasa "emak gue nggak asik". Suatu hari, dia dan suaminya dipanggil ke sekolah karena kedua anak mereka menyebut mamanya seorang "diktator" dalam sebuah tugas sekolah. Allison pun curhat ke sang suami, dan seorang pegawai sekolah nggak sengaja nguping pembicaraan mereka akhirnya memberikan ide untuk melakukan "yes day" dalam sehari sebagai solusi.

Allison punya tiga anak dengan rentang usia yang berbeda; yang paling besar udah remaja, anak tengah pre-teen gitu deh, dan yang bungsu usia lima tahunan. Nah, yang disorot itu hubungan Allison dengan anak remajanya, Katie. Emang yaa, punya anak mau usia berapa pun pasti ada aja tantangannya. Dulu aku suka mikir, ah anak kalo udah gede pasti lebih santai deh. Eits, capa bilaaaaaaang. 

Oh ya, ini termasuk film drama komedi. Walau di akhir-akhir ada yang bikin haru juga. Maklum, baru punya anak cewek jadi kebawa suasana hihi

The Kid from The Big Apple (Netflix)

Sebagai seorang cucu yang sangaaat dekat dengan almarhum kakek dan nenek, film ini mengingatkan banyak kenangan manis bersama mereka. Ceritanya cukup sederhana, tapi sepanjang film hatiku yang lembek ini dibuat menangis haru.

Bercerita tentang seorang anak kecil bernama Sarah, yang menghabiskan hari-harinya bersama sang kakek. Si Sarah ini lahir dan tumbuh besar di New York. Suatu hari, ibunya terpaksa menitipkan dia di rumah kakeknya di Malaysia karena ada urusan pekerjaan. Sarah ngambek parah dan melaksanakan aksi tutup mulut selama beberapa hari pertama di rumah sang kakek. Dan keliatan banget adanya generation dan cultural gap di antara mereka berdua. Setelah beberapa hari berusaha PDKT dengan cucunya ini, akhirnya Sarah luluh juga dan bonding antara cucu-kakek ini mulai terbentuk. 

Pokoknya siap-siap tissue yang buanyak saat nonton ini. Aku tuh paling lemah kalau disodorin film yang bertemakan keluarga. Tapi tenang aja. Meski menguras air mata, film ini juga sukses bikin ketawa-ketawa karena humor yang disodorkan nggak sedikit. Rekomen banget untuk ditonton bareng keluarga. Abis nonton jangan lupa saling peluk-pelukan dan maap-maapan, yaa *lah emang lebaran*

Kalau dari ranah Youtube, ada dua channel yang ingin kubahas nih. 

TreeMan

Kadang-kadang algoritme Youtube itu aneh bin ajaib. Channel social experiment gini aja bisa nongol di beranda. Tapi yaa, tergoda juga, sih. Nonton satu video, eh kok menarik. Nonton dua, tiga, terus akhirnya binge watching channel ini dalam beberapa hari. 

Sebetulnya aku agak gimana gitu dengan video social experiment yang bertebaran di Youtube. Cuma dengan yang satu ini agak berbeda dari yang pernah ditonton. TreeMan juga punya beberapa aktor yang performa aktingnya patut diancungi jempol. Kebanyakan video mereka pun memancing emosi mulai dari sedih, marah dan terharu. Dan hampir semua video mereka menyampaikan pesan yang sama: jangan takut untuk berbuat baik. 

Ceritanya kakek ini (yang tentu saja seorang aktor) duduk di depan toko sendirian sambil makan roti. Nggak ngemis, nggak ngomong apa-apa, cuma duduk aja. Beberapa pengunjung yang keluar masuk toko mulai memperhatikan si kakek ini. Mulai deh, satu-dua orang menawarkan kakek ini masuk ke dalam ruangan untuk istirahat, bahkan ada yang membelikan beliau makanan dan diajak duduk bersama di dalam restoran. 

Dalam tradisi orang Chinese (mungkin sebagian besar orang Asia kali, ya), yang muda harus hormat sama senior, apalagi dengan orang tua. Itu kenapa nggak sedikit orang-orang yang bantu si kakek dan menganggapnya sebagai anggota keluarga sendiri. 

Nggak cuma konten yang "berbelas kasihan" gini aja, TreeMan juga bikin eksperimen semacam di bawah ini: 

Kalo kamu ketemu dengan gadis kecil yang pertama kali datang bulan dan ada noda di celananya, kamu bakal menegur dia nggak? 

Hati menghangat banget deh liat gimana pedulinya orang-orang (yang kebanyakan adalah wanita) membantu si anak ini untuk beli pembalut, bahkan ada yang memberikan dia penjelasan apa itu "datang bulan" karena si anak ini mengaku nggak tinggal serumah dengan orangtuanya jadi dia nggak tau apa-apa. 

Kimono Mom

Awalnya aku menemukan sosok ibu rumah tangga ayu nan manis ini dari channel Paolo From Tokyo yang suka mengulas day in the life berbagai profesi rangorang di Tokyo, salah satunya si Kimono Mom ini. 

Sumpah deh. Sebagai sesama ibu rumah tangga, nonton kesehariannya Moe bersama putrinya, Sutan, membuatku berpikir satu hal: kok bisa, sih, dia SETENANG itu ngevlog sambil ngejagain Sutan yang kadang-kadang suka ngambek di depan kamera? Beneran lho. Anaknya nangis minta gendong, ya digendong lah itu sambil masak sambil syuting. Anaknya tantrum, dia pun tetap senyum cantik. Ini off cam beneran sewoles itu nggak, ya? 

Channel-nya tentang apa, sih? Kebanyakan sharing resep masakan Jepang ala rumahan gitu deh. Moe suka memberikan bahan resep alternatif semisal kita nggak bisa beli di negara masing-masing. Misalnya, orang Jepang kalau makan katsu-katsuan wajib pakai saus tonkatsu. Di sana ada jual botolannya, kalau nggak ya bikin sendiri tapi tetep harus pakai bahan-bahan seperti sake atau mirin. Nah, Moe bakal kasih resep yang nggak menggunakan bahan-bahan tersebut, namun rasanya tetep enak. 

Books You've Read 

Satu-satunya buku yang selesai dibaca selama bulan April adalah "Funiculi Funicula (Before The Coffee Gets Cold)" karya Toshikazu Kawaguchi. Novel ini dikadoin si peri kecil Lia (maacih my deaaar 😘). 

Ulasan singkatnya udah aku share di InstaStory. Yang mau nonton, monggo langsung ke @reggievia, yaa (di-follow juga boleh HAHA) di highlights Read 21. Pertama kalinya iseng bikin video review ala-ala, tapi agak gatot karena diganggu bocah wkwk

***

Masih mencari ritme baru yang pas nih untuk rajin nulis lagi. Doain aja biar bisa sering-sering update lagi. Kalo nggak malu dong sama banner baruuw *minta di-notice*

Selamat menjalani puasa yang tinggal beberapa hari lagi untuk manteman yang menjalani. Sehat-sehat, ya, semuanya! ❤️

Btw, karena udah lama nggak tegur sapa, kalian cerita-cerita juga dong dua bulan ini ngapain aja (: