AKHIRNYA NGE-REVIEW NOVEL BARUNYA MBA THESSALIVIA! 🥳🥳🥳
First of all, selamaaaat sekali lagi untuk Mba Thessa atas terbitnya novel baru ini! Sebagai teman blogger dan penggemar tulisannya beliau, aku sangat sangat exicted campur bangga saat Mba Thessa mengumumkan terbitnya "Semangat, Tante Sasa!" di Instagram beberapa waktu lalu.
Sebelum bahas isi novel dan review, aku mau kasih fun fact tentang novel barunya Mba Thessa.
- "Semangat, Tante Sasa!" sebelumnya diikutsertakan dalam event GWP (Gramedia Writing Project)--TWS 2021, namun naskahnya nggak selesai. Setelah itu, Mba Thessa mengikuti GWP Creative Writing Bootcamp Expert Class. Melalui proses di bootcamp tersebut, Mba Thessa berhasil menyelesaikan naskah dan naskah tersebut menarik perhatian editor penerbit dan sukses diterbitkan.
- Judul orisinil "Semangat, Tante Sasa!" ini adalah "40 Hari Menjadi Ibu". Hayoo, siapa yang sempat membaca di GWP dengan judul asli? *me me me!*
- Saat ini, "Semangat, Tante Sasa!" hanya bisa dibaca melalui langganan fiksi premium di Gramedia Digital.
- Bagi yang menanti buku fisiknya (I do!), akan terbit di akhir tahun 2021 ini. Ditunggu, ya!
Blurb
Demi apa Sasita yang seorang wanita karier tiba-tiba diminta menjaga anak kecil? Sudah cukup hidupnya disibukkan dengan pekerjaan, sekarang harus memikirkan anak kecil pula. Sasita terpaksa mengorbankan kebiasaannya bersenang-senang sampai larut malam, kadang sampai mabuk, dengan teman-teman kantornya. Belum lagi Mama yang tidak memercayai Sasita sanggup mengurus Velisa, keponakannya, anak almarhum Kak Vania.
Mama tahu kebiasaan Sasita pulang malam, hura-hura, apalagi Sasita malah dekat dengan laki-laki beristri! Sasita sama sekali bukan contoh yang baik bagi Velisa. Kalau sudah begini, apakah tugas yang terpaksa Sasita emban justru akan semakin meretakkan hubungannya dengan Mama?
Apakah Sasita sanggup memenuhi janjinya kepada Kak Vania?
My personal thoughts
Ini adalah novel kedua Mba Thessa yang kubaca setelah "Nikah Muda" (masih #TeamKeno, btw. Bahahaha). And I love this novel so so so much!
Plotnya sangat sederhana, namun mungkin karena itulah ngena banget di aku. Apalagi tema besarnya tentang ibu-anak. I'm sold!
Novel "Semangat, Tante Sasa!" ini seperti buku jurnal pribadi milik Sasita, di mana kita diajak mengintip ke dalamnya dan melihat seperti apa, sih, hari-harinya menjadi seorang wanita karir yang takut banget sama bosnya, serta menjalani perannya sebagai pengasuh ponakannya sendiri, Velisa.
Ngomongin soal Velisa, sebagai anak yang baru berusia 6 tahun, menurutku dia cepat dewasa dari anak-anak seusianya. Penyebab utamanya udah pasti karena sebuah tragedi di masa lampau. Menurutku, Velisa ini anaknya kuat banget. Saking kuatnya sampai nggak mau bikin orang lain sedih, tapi dia sendiri memendam rasa sedih dan kecewanya yang berujung mewek sendirian di kamar. Sedih banget nggak, sih? ):
Dan karena Velisa hanya setahun lebih tua dari Josh, aku pun sangat memaklumi setiap drama yang harus dihadapi Sasita, salah satunya soal makan.
Saat Sasita baru sadar kalau anak ditinggal makan sendiri itu harus nunggu lama pake banget, rasanya aku ingin berkomentar langsung di depannya, "Baru tahu lo??" 🤣🤣🤣 Ngegas banget karena YAAMPUN nungguin anak makan itu rasanya kayak nunggu weekend di hari Senin. LAMA! Salah satu sisi pengen anaknya mandiri, kan, yaaa. Di sisi lain mamanya gregetan dan ujung-ujungnya disuapin juga, HAHAHA. Tapi di saat Sasita ngeluh soal ini ke sang ibu, jawaban ibunya persis apa yang dikatakan mamaku juga lho. Bahwa anak seusia mereka ini mau makan sendiri aja udah pinter banget. Jadi, yaaa... sabar-sabar aja lah kita, yaa, Tante Sasa *pelukan*
And yes.... anak akan lebih cepat makan habis kalau diajak makan ke restoran... SO TRUE! *sebuah parenting hack*
Mba Thessa, ini tuh semacam membongkar curahan hati para ibuk-ibuk, ya? 😂
Balik lagi ke Sasita. Walaupun aku nggak bekerja, tapi aku bisa menemukan beberapa persamaan antara aku dan Sasita. Pertama, Sasita adalah aku kalau lagi bad mood. Kalau lagi bete sama orang lain atau kesal karena banyak kerjaan, anak di rumah menjadi pelampiasan kemarahanku, and of course I'm not proud of it, huhu.
Kedua, Sasita adalah aku ketika dinasehati mama sendiri tentang menjadi orang tua, awalnya pasti sebal dan denial. Tapi kalau udah kalem, kemudian merenungkan perkataan mama, ternyata ya memang benar semua. Namun, aku sangat beruntung punya hubungan harmonis dengan mama, yang mana Sasita adalah kebalikannya.
Persoalan hubungan Sasita dan mamanya ini sangat kompleks. Bahkan menurutku ini berhubungan dengan inner child Sasita juga yang terluka. Dan saking kompleksnya, aku cukup menyayangkan ending hubungan Sasita dan mamanya... yaudah, gitu aja. Nggak kujabarin gimana biar nggak spoiler. Tapi mungkin Mba Thessa ada alasan tersendiri untuk ini, sih, hihi.
Dan persamaan yang terakhir adalah, di saat Sasita mengharapkan dia mendapat buku panduan untuk merawat ponakannya, aku pun mengharapkan mendapatkan manual book saat melahirkan kedua anakku. Poin terakhir ini nyambung dengan apa yang ingin aku bahas tentang karakter Sasita.
Menurutku, perkembangan karakter Sasita di novel ini keren banget. Saking bangganya, akutu rasanya ingin peluk Sasita karena dia berhasil melalui proses kehidupannya (dalam hal ini selama 40 hari terakhir bersama Velisa) dengan baik.
Punya anak itu memang nggak mudah, tapi dalam waktu sama sebagai orang tua kita diberi kesempatan untuk belajar lagi tentang diri sendiri. Kita nggak pernah tau apa yang kita mampu lakukan ketika kita membesarkan anak sendiri. Coba deh, teman-teman di sini yang udah menjadi orang tua, hal apa aja yang nggak kalian sadari bahwa kalian bisa melakukan sesuatu ketika punya anak?
Sasita memang bukan ibu kandung Velisa, namun mengasuh Velisa selama 40 hari tentu mengajarkan dirinya banyak hal. Melalui Velisa, Sasita seperti "dipaksa" bercermin melihat masa lalunya dengan orang tua. Secara nggak langsung, Velisa mengajarkan Sasita hal-hal yang harusnya bisa Sasita lakukan kepada mamanya dulu. Dan kalau dulu Sasita bisa melakukan hal kecil seperti yang Velisa lakukan padanya, mungkin hubungannya dengan sang ibu nggak seperti sekarang ini.
Lagipula, kita bisa belajar dari siapa pun termasuk anak kecil, kan? (:
Kemarin ini aku sempat ngobrol singkat dengan Mba Thessa melalui DM IG. Tanpa kusadari, novel Mba Thessa yang pernah aku baca punya benang merah yang sama, yaitu tentang keluarga. Jadi memang Mba Thessa selalu menyelipkan pesan bahwa family matters. Mungkin karena itu, ya, aku cocok dengan karyanya beliau, value kami sama ❤
Novel ini aku rekomendasikan untuk siapa pun yang sedang mencari bacaan ringan nggak butuh mikir, tapi tetap memberikan kehangatan batin, ihiiy!
Kalau harus memberikan bintang, aku memberikan 4.5/5 untuk novel ini! Nggak sabar menanti karyanya Mba Thessa yang lain. Semangat, Mba Thessa! 😆
***
Teman-teman bisa mengunjungi daftar blog di bawah ini untuk membaca review dari blogger lainnya, ya. Thank you so much for reading and have a great day! ✨
P.S. thank you so much one again, Mba Thessa, sudah mengajakku untuk ikutan blogtour ini. I'm so honored and grateful! 🥰
Akhirnya review dari Ci Jane tayang juga!! 🥳. Aku dari kemarin-marin udah nungguin karena penasaran sama your thought on this book 🙈. Dannn, tahu nggak sih Ci, aku juga merasakan hal yang sama perihal penyelesaian konflik antara Sasa dan Mama 😆. Pengin toss rasanya sama Cici atas beberapa poin yang sama 🤣.
ReplyDeleteBerhubung aku belum punya anak, lewat buku ini jadi semakin ngerti kalau merawat seorang anak sama sekali nggak mudah. Jadi kepikiran kalau nanti punya anak dan makannya selama Ve, apakah aku bisa sabar menunggu WKWKWK #plakk
Oiyaaa benar!! Di novel Nikah Muda juga ada membahas tentang family ya! Aku baru ngeh 🙈. Kalau bahas soal keluarga tuh gampang banget bikin nyess di hati 😭 sama kayak waktu baca buku ini, sering ada nyess nyess-nya 😭
Uwuuuu maacih sudah menantikan dan baca review ini, Liii 😘 Wah, so I'm not alone tentang penyelesaian konflik Sasita dengan ibunya, yaa. Mungkin kita bisa japri sang penulis siapa tahu dapat bocorannya 😆
DeleteNahhh, biasanya kalau udah jadi mama tangki kesabaran sedikit lebih penuh dari normal, Lii wkwkwk tapi pastikan benar-benar full ya (si tangki kesabaran), kalau nggak meledak nanti 🤣 Tenang aja, Lii. Kamu akan tau serunya jadi mama suatu hari nanti, hihi.
Betullll. Akutu lemah deh kalau disuguhi cerita keluarga, bisa mewek karena family is everything for me 😭
Mba Jane, aku suka banget pembahasan Mba Jane disini!
ReplyDeleteSepertinya karena Mba Jane sendiri seorang Ibu jadi bisa relate banget ya sama apa yang dialamin sama Sasita disini. Hubungan dengan anak terus hubungan dengan mama nya Sasita juga, pas baca ini dan melihat Mba Jane juga sempat mengalami jadi bikin mikir apakah nanti aku juga akan begitu? Hehehe
Buku tentang keluarga tuh emang beda banget ya feelnya, mau seringan apapun pasti ada aja yang bikin nyangkut ke hatinya
Thank youuuu, Mba Tika, udah baca review-ku yang diselipin curcol, hauhahaha.
DeleteBetul, Mbaa. Yang udah jadi ibu dan punya anak seumuran Velisa kemungkinan besar bisa relate dengan semua yang diceritakan di novel ini. Aku pikir jadi ibu itu yaudah ngasuh anak aja, ternyata di balik semuanya itu aku malah belajar terus untuk jadi pribadi yang lebih baik lagi (:
Banget! Apa hatiku aja yang lembek, deh, kalau baca buku bertemakan keluarga 😆
Wih apa tuh yang terjadi dengan Sasita dan mamanya, jadi makin penasaran sama isi ceritanya habis baca review Ci Jane huhu. Value family matters ini juga aku pegang Ci, baru nyadar setelah...kerja beberapa tahun lol. Dulu pas masih kecil sampai kuliah dan awal kerja ya mana mikir keluarga huwe, hamdalah udah sadar dan kembali ke jalan keluarga. <3
ReplyDeleteAyoooo baca, Ndah! Eh, kamu ada ikutan giveaway-nya Lia, yaa? Semoga menang yaaa jadi bisa baca :D
DeleteAduh, can relate! Waktu kuliah aku juga nggak terlalu mikirin keluarga, Ndah. Meski selalu kangen rumah tapi aku nggak terlalu mikirin esensi keluarga yang sebenarnya kayak apa. Baru kerasa setelah berkeluarga sendiri, ya gitu deh hiksss 😭 Semoga keluarga kita selalu dilindungi Tuhan dan sehat semuanya, ya! Aminnnn ❤
Mba Janeee, fun bangeet baca reviewnya. Aku sampe ketawa2 bacanya, apalagi ngebayangin klo Mba Jane bilang sama Sasa, baru tau lo? 🤣🤣🤣 and yes! Bukunya sekalian curhatan emak2 sebenernya.. hahaha..
ReplyDeleteDan ada fun fact nya juga lg di awal. Hehehe.. Seruu..
Setuju klo kita bs belajar dr siapa pun, bahkan dr anak kecil. Itu yg aku rasain sejak jd ibu, banyak bgd belajar dr mereka 😢 #kemudianbaper makanya aku selalu pengen selipin tntng keluarga di setiap buku2 aku.
Makasii banyaaak ya mbaa janee, yg udah ngasi penutup yg maniis bangeer buat blogtour ini 💖💖💖
Mba Thessaaaaa, aku lho yang terima kasih banget diizinkan ikut blogtour kali ini! Senang sekali bisa terlibat dalam event terbitnya novel Mba Thessa yang baru ini *peyukkkk*
DeleteHauhahahaha! Akutu ngerasa kayak temenan sama Sasita, Mbaaa. Sepanjang baca ceritanya aku serasa duduk di apartemennya Sasita gitu, ngeliat dia gimana ngurus Ve, hihi.
Keren banget Mba Thessa bisa menyelipkan pesan yang begitu berarti untuk Mba Thessa sendiri <3 Semoga pembaca pun bisa menangkap pesan tersebut dan memaknai arti keluarga yang sebenarnya ya 🥰
Mba Jane seperti bisa suka banget sama reviewnya.. 😊
ReplyDeleteBikin aku semakin penasaran sama bukunya. haha. Aku belum baca karena mau baca dari bukunya langsung ketimbang di tablet. Hahah. Pengen baca sambil ngirup aroma buku baru. wkwk
Keren tahu mba Thessa ya. Aku iri sebenarnya pengen bisa bikin Fiksi juga yang dilirik sama penerbit terkenal. haha 😄😃 Semoga suatu saat nanti *entah kapan berkhayal dulu 😄...
Mas Bayuuu, thank you sudah baca review akuuuu 😁
DeleteNah, soal fisiknya, dapet bocoran dari sosmednya Mba Thessa katanya bulan depan mau terbit, ya! (Eh apa akhir bulan ini? Lupaaaa. Mba Thessa tolong konfirmasiii hahahaha). Semoga nanti Mas Bayu bisa segera baca begitu terbit ya :D
Huhuhu sama aku punnn. Mba Thessa memang keren banget! Gapapa, Mas Bayu. Semua berawal dari mimpi, jadi mari kita sama-sama katakan, AMINNN 🤣
Aku ga sabaaaar mau nunggu buku fisiknya ajaaa :D. Ga pake GD soalnya :D. Lagian dari dulu aku selalu lebih suka buku fisik, supaya bisa dpt TTD penulis juga hahahahah.
ReplyDeleteUdh kebayang ini pasti mirip yg aku rasakan juga, sebagai orang yg sebenernya ga tertarik punya anak 😁. Jadi kewalahan2 yg dirasain tokoh cerita berasa nyambung 😂
Aku pun juga masih menanti buku fisiknyaaaa :D denger-denger dari Mba Thessa katanya gudang penerbit pun kehabisan stok sampai ambil dari stok toko buku. Laris manis sekaliii, Mba Thessa, hihi 😆
DeleteNanti kalau udah baca, share your thoughts yak, Mba Fanny. Penasaran! 😁
bener banget kalau anak bakalan cepet makan kalau diajak makan ke restoran :D
ReplyDeleteaku aja yang bukan anak-anak, kalau diajak makan di fastfood cepet abis hahaha, temen aku udah hapal kalau makan bareng sama aku
bulan ini dalam rangka mau namatin beberapa buku yang tertundah, wew, dari kapan tahun ga selesai wkwkwk
terussss nggak lupa bukunya mbak thessa juga nih. Thx to peri kecil lia pokoknya :D
HAHAHAHA ternyata nggak cuma anak-anak, orang dewasa pun hepi yak, Mba, kalau diajak makan di luar 🤣
DeleteAyokkk, semangat Mba Ainun baca bukunya! Semoga cepat selesai sebelum 2021 berakhir yak :D
Kak! Aku baru selesai baca..apa yang mau aku tulis udah tertuang semua disini kayaknya 😂
ReplyDeleteAku setuju banget soal ending dari hubungan Sasita dan Ibunya, rasanya komunikasi mereka berdua emang udah bermasalah sejak Sasita masih kecil 🤔. Tapi jika di pikir lagi, aku kalo jadi Sasita pasti bawaannya kesal juga, kesannya kok punya ibu tapi gak pernah mendukung kemauan anaknya sendiri. Dan belum lagi kan soal bapaknya itu yg bikin tambah kacau balau hatinya Sasa hhh. Buku nya Kak Thessa berhasil bikin emosiku bercampur aduk kak sampe bingung mau bahas mana dulu wkk.
Soal mengasuh anak emang deh gak boleh ada yg bilang gampang. Aku paling greget kalo udah ngajarin urusan sekolah keponakan aku hadeeeh, yang di pikirin ponakan malah main terus. Kalo soal makan justru mereka ini anehnya bisa selesai cepet kak LOL. Makanya kalau lagi pergi keluar dan makan bawa bekal, ibu-ibu suka ngeliatin heran “wah enak banget ya anaknya mau makan, banyak lagi” 😆
Kak Janee makasih banyak untuk ulasannya, apa yang aku rasakan dan pikirkan soal buku ini tersampaikan jelas oleh tulisannya Kak Jane ;3
Rekaaa, ayok dong nulis juga di blog kamuuu. Aku udah baca review kamu di Goodreads, sih. Tapi kayaknya masih ada yang ingin disampaikan lebih lanjut, hauhahaha *sotoooy*
DeleteHuft, geram banget sih aslikkk tiap kali muncul percakapan Sasita dan ibunya. Secara komunikasi mereka memang udah nggak bagus sejak kecil, alhasil kayaknya tiap mereka ngomong bawaannya "ngegas" terus, hiks. Bisa-bisanya Mba Thessa nyelipin cerita Sasita dan ibunya yang bikin emosyenel 🤧
Wah, impian setiap ibu kalau anak-anak suka makan apalagi dibawain bekal sama ibunya 😆 kalau urusan sekolah, sih... aduhhh ini boleh nggak sih PTM segera?? *nggak kuaaat* wkwkwk malah curhat XD
Thank juga udah baca ulasanku, Rekaaa. Maacih juga udah ikutan komen soal bukunya di sini :D