Terima kasih 2022!

Wow, udah berapa lama nggak nulis di sini. Tinggal beberapa hari lagi, 2023 udah mau sampai di depan pintu. Mendekati tahun baru gini, enaknya ngapain? BBQ-an? Nyabu (maksudnya makan shabu-shabu)? Atau nonton ulang serial HIMYM? (because that's what I do!)

Enaknya, sih, kita nulis refleksi tahun 2022! 

*insert audience applause sound effect here*

Niat awal buka blog sebetulnya pengen nulis DOTM. Namun, cuaca mendung sepanjang minggu ini, belum lagi ditemani soy latte panas dari Point Coffee, membuatku pengen deep talk aja. Nggak deep banget kok. Seperti biasa, tulisanku di sini semuanya anggap lagi ngobrol aja, ya! 

Where should we begin? Kita coba balik ke awal tahun 2022. 

Seperti biasa, aku nggak menetapkan tema khusus untuk setiap pergantian tahun. Intinya, aku cuma pengen terus bertumbuh dan berubah ke arah yang lebih baik dalam peranku sebagai diri sendiri, istri, ibu dan anak. Jadi, aku hanya pasang beberapa goal dan impian spesifik untuk tahun 2022 ini. 

Entah memang udah jalan dan waktu Tuhan, kami berhasil mencoret satu mimpi terbesar tahun ini. 

Kalau ada yang inget dengan tulisan tentang rumah impian kami, ternyata itu memang awal mula misi pencarian (lagi) si rumah impian. When I think about it again, kalau hari itu aku nggak iseng ngajakin suami lihat-lihat rumah, aku juga nggak yakin tahun ini bakal berjodoh dengan rumah kami yang sekarang (bahkan saat ngetik "rumah kami" ini masih surreal. What??). 

Sejak hari itu, kami pergi melihat kembali rumah impian kami tujuh tahun yang lalu. This time, it just felt right when we were there. Kami nanya-nanya dengan orang marketingnya, lihat beberapa rumah yang available. Hitung-hitungan di kamar sebelum tidur sama suami. Kira-kira mau ambil KPR berapa tahun. Bolak-balik ke rumah yang sama entah berapa kali. Terus, calon rumahnya didoain. Ya, kali aja dikasih Tuhan yang ini. 

Tanggal 1 Januari 2022, abis makan pagi di Tanmu Coffee (ini jadi kafe paporit, karena selain bukaya paling pagi sebogor, kopi dan menu breakkie-nya enak, deh!), kita mampir lagi ke rumah inceran kami. Dengan harapan, siapa tahuuu, kalau Tuhan izinkan, tahun 2022 ini kami punya rumah. Iseng aja masuk ke komplek tanpa kunci, sampe ditanyain satpam, "Mau ngapain, Pak, Bu?", terus kami jawab, "Mau liat calon rumah, Pak." 

Kami berhenti di depan calon rumah. Kami intip-intip aja dari jendela luar. Iye, macam ingin maling, hahahaha. Doanya masih sama, Tuhan kalau boleh kami mau rumah yang ini aja. 

Long story short, Maret 2022, tahu-tahu kami udah serah terima kunci rumah. 

Kalau dilihat, perjalanannya cepet banget, ya. Akhir tahun 2021 mulai nyari rumah, awal tahun 2022 udah dapet aja tuh rumah. Sebenarnya nggak, lho. Perjalanan kami untuk punya rumah ini nggak secepat itu. Banyak proses yang harus dilewati. Ya, dari segi finansial, segi kesiapan mental bahkan sampai ujian iman. Semuanya menguras keringat dan air mata, literally, 

The day we got our house keys, we prayed for our house, then I cried like a baby. 

Tangis bahagia tentunya. 

Pas lagi nangis itu, di kepala kayak diputerin ulang memori tujuh tahun lalu saat kami pertama kali ke rumah yang sama. Tiap kali ngomongin rumah, rasanya bukan seneng, tapi kayak maksa. Karena aku nggak terima dengan kehidupan waktu itu dan rasanya pengen "kabur" dan punya rumah sendiri adalah jalan keluar "terbaik". Setiap dengar atau ke rumah seseorang, hati membatin, "Kapan gue punya rumah sendiri kayak gini?". Sampai suatu titik, aku nggak mikirin itu lagi. Belajar lebih berserah sama Tuhan. Kalau udah waktu Tuhan untuk memberikan rumah itu, then He will. 

And He does. 

Tuhan gue keren banget, aslik. 

Terus, sekarang udah tinggal di rumah baru dong?

Belum, nih. Harusnya tinggal 20% lagi, rumah bisa siap tinggal. Nggak sabar nunggu kitchen set dipasang. Emak-emak banget nggak tuh, bagian rumah mana yang paling ditunggu kalau bukan tempat masak. Nggak heran, ya. Dapur emang markas besarnya nyonya rumah, hahahaha *kibas-kibas spatula*

Jadi, kalau ditanya sepanjang tahun 2022 ini belajar apa aja, sih?

Belajar percaya, beriman, dan mau diproses sama Yang Mahakuasa. Semuanya berjalan beriringan. Percaya, deh. Lo nggak akan bisa beriman tanpa melakukan apa pun. Faith without works is dead. Selama bekerja pun harus sepenuhnya nurut sama mau Tuhan. Nggak bisa, deh, jalan pakai pikiran sendiri. Ya, bisa aja, sih. Tapi mungkin hasilnya akan jauh berbeda saat kita say yes to whatever God wants us to do. 

Itu dari pengalaman iman kami soal rumah. 

Kalau dari pengalaman pribadi tentang pencapaian lainnya gimana? Yang akhirnya bisa nyetir mobil di tahun 2022 ini, coba lambaikan tangannya *akuuuuuuu*

Seperti yang kubilang sebelumnya, kadang sesuatu itu terlihat sulit banget hanya karena kita belum mencobanya. Setelah dicoba sekali, eh ternyata nggak sesulit itu. Coba dua kali, tiga kali sampai berkali-kali, lah ternyata gue bisa kok. Begitulah aku dengan skill baruku, gengs. Jam terbangku masih jauh, sih. Tapi bolehlah gue pamer dengan diri sendiri setahun yang lalu, "Woy, lo udah bisa antar-jemput anak lo ke sekolah lho!". Gue yakin diri gue setahun yang lalu pun nggak akan percaya dengan pencapaian ini, ahahahaha. 

***

Belum nulis atau nyusun target untuk tahun depan, sih. Saat ini, cuma pengen take it slow dulu. Menikmati apa yang ada dan mari kita lihat apa yang akan Tuhan kerjakan di tahun 2023. 

Selamat tahun baru, mantemanku sayang! Semoga di tahun yang baru nanti, kita semua tetap bertumbuh dan jangan berhenti belajar hal baru, ya. 

Happy holiday and please stay safe during this rainy season! 🎇