Di hari ulang tahun bulan Oktober yang lalu, aku nulis caption panjang lebar tentang rambut berubanku yang mulai tumbuh lebih banyak. Tulisan aslinya lebih panjang, sampai nggak muat dan harus diedit lagi, yang mana bikin sebal karena mengurangi esensi cerita. Emang dasar cocoknya cuap-cuap di blog.
Pernah dengar birthday blues? Singkatnya, birthday blues ini bikin orang merasa sedih dan murung di hari ulang tahunnya. Nggak, nggak. Aku nggak birthday blues kok! Gimana mau sedih kalau di hari ulang tahun masih banyak orang-orang baik yang ngucapin dan ngirimin berbagai kue enak?
Salah satu gejala birthday blues adalah merenungi masa lalu dan tujuan yang belum tercapai, misalnya belum menikah atau punya anak. Menurut standar sosial yang ada, hidupku terbilang ideal. Nikah, udah. Punya anak, udah. Rumah, puji Tuhan udah punya juga. Apalagi yang kurang, kan?
Ternyata... masih ada aja yang kurang ):
Jadi, ceritanya sebulan setelah ulang tahun, tiba-tiba aku terserang krisis identitas. Yailah, umur udah kepala tiga masih krisis identitas?!
Hal ini membuatku super nggak nyaman dan berujung menangis sesunggukkan di suatu hari ketika sedang ngeladenin Krystal main masak-masakan di rumah. Anaknya bingung, anggap aja mama lagi motong bawang-bawangan ya, dek, hiks.
Kenapa, sih, kok tiba-tiba bisa ngerasain hal demikian?
Penyebab utama karena kebanyakan main Instagram, sih (mulai nyalahin pihak ketiga...). Entah kenapa, belakangan tuh banyakkkk banget orang, khususnya sesama perempuan, yang mem-posting pencapaian-pencapaian hidup mereka. Ada yang balik kerja kantoran di usia 30an dan menemukan joy-nya kembali ngantor. Ada yang ngambil sertifikasi profesi. Ada yang baru lulus S2 yang kuliahnya nyambi ngurus anak iya, ngantor iya, nulis buku juga iya! (shoutout to our friend Mba Thessa! Aku padamu, Mba! Kamu keren banget!). Ada juga yang dapet reward jalan-jalan ke luar negeri berkat bisnis MLM yang dijalani (tetep nggak convinced untuk join, sih, tapi ngiler juga, ya, lihat jalan-jalannya, hahaha). Ada juga nih cerita teman-teman sesama ibu yang udah mulai bisa ninggalin anak untuk nonton konser, solo traveling, bahkan honeymoon lagi sama suamik.
Don't get me wrong. I'm happy for all of them, karena nggak mudahlah menjalani berbagai peran sambil tetap berdaya. Pertanyaan pentingnya: iri nggak, sih?
Ya, iri, lah. Makanya, mau nulis semuanya di sini biar lega (dikit), hahaha.
Melihat itu semua, ya mau nggak mau lihat diri sendiri dong, ya. Duh, gue udah ngapain aja, sih. Perasaan kok gue gini-gini aja, kagak ada pencapaian yang begimana banget. Jadi inget tulisannya Kak Laila tentang krisis pede yang dialami. Di tulisan itu juga aku dengan sotoynya meninggalkan komentar yang sangat tidak berempati, bahahaha. Mohon maap, ya, kakakk *sujuddd*
Kak Laila menyebutnya dengan krisis pede dalam hal pencapaian. Aku sendiri menyebutnya sebagai krisis identitas, karena aku memang nggak tahu, siapa dan mau jadi apa di masa depan.
Miranda Hobbes pernah bilang di film SATC 2, waktu coba menghibur Charlotte yang lagi pusing mikirin anak-anaknya, sesayang-sayangnya dia sama anaknya, being a mother isn't enough. Dia kangen kerja, dia kangen dunia di mana dia nggak berperan sebagai ibu.
Sebetulnya krisis ini nggak asing buatku, karena udah pernah dialami. But going through the same crisis in my 30s, bokkk, it hits different. Aku menyangka di usia sekarang ini, nggak pantes lah menye-menye mikirin mau jadi apa, apalagi mau ngeraih cita-cita. Harusnya, di usia sekarang aku lagi sibuk melakukan semua yang ingin dilakukan. Tapi kenyataan nggak demikian. Apakah ini semua karena aku banyak mau tapi minim aksi?? (emang iyaaa...)
Beberapa waktu lalu, aku nangis termehek-mehek cuma karena lihat postingan seorang teman sesama ibu rumah tangga yang lagi girls trip. Di saat yang sama, aku lagi pusing banget ngadepin Krystal dengan drama susah makannya (perasaan nggak ada wacana mau bikin season dua drama ini, deh...), plus anaknya supeeeeeer galak. Entah terrible two, entah apalah, pokoknya saat itu lagi senggol bacok sama emaknya. Juga ada beberapa alasan lainnya yang nggak bisa kuutarakan di sini, yang sukses menjadi kontribusi tangisan hari itu.
Curhat, deh, ke paksu. Dijawab, "Kamu mau jalan juga?". Mau, sih, tapi bukan itu intinya. Aku bilang lah, jadi orang kok kayaknya useless. Kemarin itu resign ngajar les-lesan supaya bisa fokus ke anak, tapi kok malah jadi beban. Jadi ibu, nggak bisa. Jadi orang, juga nggak tahu mau jadi apa. Sedihhh.
Satu momok yang mungkin sangat dipahami dengan para ibu rumah tangga lainnya adalah ketika mendapat pertanyaan, "Kegiatan sehari-harinya apa?". Suka bingung jawabnya. Mau bilang di rumah aja, biasanya ada pertanyaan lanjutan yang kurang menyenangkan (Emang nggak bosen? Nggak cari kegiatan aja? Nggak kerja? Gelar sarjana nganggur dong?). Mau bilang guru les, udah nggak terima murid lagi. Mau bilang blogger, ini aja baru update lagi. Kok kayaknya hidup gue uninspired banget??
Sampai sini, mungkin kalian mengira aku bakal nulis refleksi yang menginspirasi, memotivasi tentang bertambahnya usia. A year older, a year wiser, katanya. Ini mah, a year older, a year keder!
Sebetulnya nggak heran aku ngerasa komentarku di postingan Kak Laila itu nggak salah-salah banget, karena aku masih menganggap apa yang dicapai Kak Laila masih lebih bisa dibanggakan dan dinikmati oleh orang lain. Level begitu aja merasa nggak pede, apa kabar aku? ):
***
Sebagai penutup, mau nanya, nih. Ada yang udah nonton Daily Dose of Sunshine di Netflix? Nonton, deh, kalau belum. Salah satu karakternya, dr. Hwang, nanya ke gebetannya: "Apa, sih, yang membuat hatimu berdebar?". Sebagai konteks aja nih, ya, dan semoga nggak jadi spoiler, hahaha. Gebetannya ini berprofesi sebagai perawat. Kalau rekan kerja lain jadi perawat karena panggilan, buat dia profesi ini memudahkannya untuk melakukan pinjaman uang di bank. In other words, menjadi perawat untuk menunjang stabilitas hidup. Apa itu kerja sesuai pesyon, aku nggak relate. Ditambah ditanya pertanyaan di atas, makin bingung. Iya, ya. Apa, sih, yang membuat gue berdebar? Apa yang benar-benar gue suka?
Sungguhan, deh. Di tengah melawan krisis identitas ini, terus nonton scene tersebut, mau nggak mau jadi ikutan mikir banget. Kok kayaknya udah lama nggak ngerasain hati berdebar-debar?
Semoga di penghujung usia 32 nanti, aku udah bisa membagikan jawabannya di sini, ya!
P.S. Ternyata aku pernah nulis tentang hal serupa tapi dengan vibe yang lebih ceria (halah). Memang kadang memandang hidup bisa sepositif itu, kadang bisa galau-galau ala anak SMA kayak gini, ya (':
Oh... this is so relatable <3
ReplyDeleteKadang aku sampai mikir, ini aku nggak ngiri sama pencapaian orang apa emang beneran karena udah zen, atau cuma denial aja?
Tapi, pada akhirnya 'menghibur diri' dengan, 'wes lah... mau denial pun gapapa... fake it till you make it aja lah'. Toh, menjadi SAHM itu pilihanku sendiri. Kalau ada orang (yang aku anggap) lebih sukses dari aku, bisa jadi mereka juga usaha(dan privilege)-nya lebih-lebih dari aku. Dan ya gapapa juga, masa iya mau maksain kehendak kita ke kehidupan orang lain, kan...
Semangat, mba Jane! Kita bisa keluar dari krisis identitas ini 💪🤗
Mau kirim peluk juga untuk Kak Hicha!! 🫂
DeleteMba Hichaaaa *peluk*
DeleteAku pernah di fase "denial" itu dan coba menenangkan diri sendiri, karena betull banget pilihan jadi ibu rumah tangga itu datang dari kesadaran diri sendiri. Sekarang aku lagi mencoba berdamai dengan pilihan tersebut. Semangat buat kita yaaa, Mba! Khususnya buat dirimu yang jauhhh di sana 🤗
Kirim peluk untuk Ci Jane 🫂.
ReplyDeleteIt must be hard ya, Ci :( soalnya kemarin waktu aku ngerasa "tertinggal" tuh nyeseknya juga bikin down seharian sampai dibawa tidur huhuhu, somehow aku jadi kebayang rasanya Cici di momen ini :( Ci Jane, semoga bisa lekas bertemu jalan keluarnya! 🥺
Aku lagi nonton drakornya, Ciii. Baru sampai eps.5, dan beneran bagus yaa :')
Thank you so much, Liaaa! 🤧
DeleteBetul banget, terkadang kita perlu seharian menangisi diri sendiri, tapi abis itu harus segera bangkit dan lawan kesedihan kita dengan produktivitas, ya! Semoga aku bisa, kita semua bisa!
Liii, bahas yaaa kalau udah tamat. Masuk jadi salah satu drama favorit akuuu, mana Park Bo Young cantik amaaaat <3
Ci Jane mari berpelukan~~~ entah sudah tahun ke berapa, aku sering skip baca-baca pencapaian orang. Bukan karena nggak suka dengan pencapaian mereka ya, tapi lebih ke aku menghindari membanding-bandingkan diriku dengan orang lain. Soalnya kalau aku udah terjun ke "jurang" itu, susah keluarnya. :(
ReplyDeleteIdk akhir-akhir ini aku kayak udah nggak mikirin hal-hal yang belum kejadian, takut migrain sis. Beberapa waktu yang lalu migrain lumayan parah aku kapok Ciii. :"))) Terus kayak sekarang yaudah, berusaha lebih legowo karena yang sudah terjadi berarti itu yang direstui Yang Maha Kuasa untuk terjadi. Step by step melakukan hal yang disukai karena endingnya biasanya unexpectedly happy.
Terus asumsi tentang kesuksesan orang lain di kepala itu seringnya ya cuma asumsi belaka, kalau udah ngobrol sama orangnya langsung biasanya sama aja mereka juga ngerasa belum cukup. :") Baca tulisan Ci Jane ini, misalnya, sebelum ada tulisan ini aku melihat Ci Jane itu hidupnya sudah zen. Ternyata ya tetap ada kekhawatiran. Idk ini akan membantu apa enggak, selesai membaca tulisan Ci Jane tadi itu aku selalu kepikiran "we are enough, we did a great job". <3
NDAHHH YOU HAVE NO IDEA HOW MUCH I NEED TO READ THIS. THANK YOU YA SAYANG 😭
DeleteBetul banget lah, semua orang hanya membagikan apa yang layak ditampilkan di sosmed. Yang nggak enak-enaknya kayak gini nggak pernah terlihat. So, aku lega banget baca komentar kamu ini. Padahal kalo lagi normal, pencapaian orang lain itu jadi bensin aku supaya semangat. Mungkin aku memang lagi dalam kondisi yang nggak stabil, jadinya down, hiks.
Thank youuu so much, Ndah, sekali lagi. Jadi mantra aku untuk beberapa waktu ke depan: "I am enough, I did a great job." <3<3<3
Janeeee, bisa ga kita nangisnya bareeeng 🤗😭. Yg kamu tulis tuh beneran kayak describe yg aku sempet rasain, sampe kemarin detoks IG bbrp bulan. Krn ngerasa kok kayaknya ga ada pencapaian yg aku raih THN ini.
ReplyDeleteTarget financial gagal total. Target investasi, ga banyak juga, jauh dr target.
Target anak bisa ini , bisa itu, lupakan ajalah.. emaknya aja ga sabar mau ngajarin 🤣🤣.
Trus pas lagi masak, kadang mikir, temrn2 bekas kantor dulu lagi outing, atau lagi meeting di hotel berbintang 5, yg dulu aku sering lakuin juga. Skr berkutat di dapur 🤣.
Pasti ada kaan perasaan minder, ga berguna, blm lagi liat pencapaian temrn2 yg punya mobil mewah, rumah di kawasan pondok indah atau Bintaro sektor 9 😅. Salah satu alasan bikin aku males reuni, Krn kondisiku sbnrnya jomplang dibanding mereka 🤣.
Pelarianku jadinya traveling. Itupun agak sedih, karena sejak asisten pribadiku resign, Raka udh ga mau diajak traveling bareng kecualiiii anak2' ikut. Sementara aku cuma mau berdua aja. Asisten yg skr ga nginep soalnya. Jadi memang agak susah kalo pergi berdua. Tp sbnrnya si mbak asisten ini mau aja sih nginep di rumah jagain anak2'.
Jadi tiap jalan Ama temen, kdg ya kepikir kok aku ga bisa lagi berduaan Ama Raka. Krn buatku travel mate paling asyik masih tetep dia 😔.
Bener kata mba Endah. Orang yg kita cemburuin, pas ditanya ternyata sama aja ngerasa ga sebahagia itu. 😅. Mungkin di mata kita aja mereka terlihat bahagia ya Jane 😁🤭
Kayaknya kita memang perlu belajar ilmu bodoamat, ga mikirin pencapaian orang lain, hanya mikir kebahagian kita . Tapi susaaaah 🤣🤣. Belum Nemu ilmu pas nya
Mba Fannyyyy, omg kok kita samaaaaa, pelukan dulu hayuk! 😭😭😭
DeleteNggak kebayang gimana sedih dan galaunya Mba Fanny yang dulunya pekerja, sekarang harus berkutat domestik di rumah. Pastilah kepikiran ini itu, yaaa, hiks. Ini emang kata-katanya Endah nancep banget, deh. Yang harus dipikirin memang kebahagiaan diri sendiri, tapi kadang bingung juga harus gimana ya, Mba 🤧
Dan aku turut sedih mba asisten resign, hiksss. Semoga bisa nemu timing yang pas lagi untuk traveling berdua bareng paksu, ya. Aku juga sedang bermanifestasi tahun depan pengen liburan berdua bareng suamik, kok kayaknya butuhhhhh banget.
Semangattttt ya buat kita! Semoga 2024 lebih baik lagi buat kita semuaaa 🤗🥰
Ci Janeeee kirim peluk untuk dirimuuu 🤗🤗 sebetulnya aku ngalamin juga saat kemarin memasuki awal 30an. Liat teman-teman yang sudah punya anak bahkan ada yang sampai anak ke-2 sedangkan diriku masih bernegosisasi sama kedukaan. Liat teman-teman yg kembali belajar atau pindah kerjaan ke tempat lebih baik. Sedangkan aku masih stay di kantor lama walaupun ada jenuh tapi uda terlalu nyaman sampai ga minat untuk berkembang. Duh malah jadi ikutan curcol disini, maaapiiin ciii..
ReplyDeleteSemangaaat Ci Janeee!! semoga perlahan menemukan kedamaian diri dan bisa untuk menemukan hal baru yang bikin cici tenang dan nyaman yaaa. Jadi bisa melalui krisis yang ada juga dengan baik dan bisa di tuntaskan.
Pertanyaan hati berdebar jadi bikin refleksi jugaa deh. Kapan yaa terakhir kali ngerasain ituu. Aku belum nonton dramanya cii, kayanya kok butuh nyiapin mental yaa untuk nonton ituu. Soalnyaa masih belum siap nonton drama-drama tentang kehidupan gituu. Padahal suka banget liat cuplikan-cuplikan Park Bo Young jadi perawat, astaga cantiknyaaa..
Happy belated birthday Jen. Kadang IG itu emang bikin kita sering ke triggered buat mikir yang gak gak yah, harusnya bersuka cita dgn kondisi diri sendiri , ngeliat postingan kesuksesan org lain eh bikin kita jd nelangsa dan mengasihani diri sendiri :(( Pilihan sih emang ada di tangan kita dan embrace pilihan hidup yg kita ambil, detoksifikasi Sosmed kalau perlu atau mute akun yg triggered, ganti follow yg bikin peace of mind. Sukses ya Jen xxx
ReplyDeleteaku pernah di fase ini mbak Jane, liat orang lain umur sekian udah dapetin ini itu, aku masih berjuang buat ini itu. Tapi aku nggak aku pikir terlalu dalam dan aku berusaha buat positif thinking aja, mungkin waktu suksesnya aku sama dia ga sama, dan Tuhan mungkin udah atur dilain waktu sambil berusaha untuk mencapainya pelan-pelan. Pernah nangis, pasti, kalau diingat ingat gimana berjuangnya aku buat mencapai impian, kadang pernah juga nyesel dari tindakan aku yang lalu lalu misalnya, yang kayak boros mungkin. Jadi ga mau ngulangi lagi gitu, perlu pemikiran yang bener bener matangg
ReplyDeleteMungkin, coba lah menerima fakta bahwa hidup bukanlah kompetisi. Masing-masing orang sebenernya sedang berjalan di jalur masing-masing menuju kebahagiaannya sendiri-sendiri. Jadi, kita ga akan merasa terusik melihat orang lain berhasil dan bahagia.. Karena kita sedang menuju kebahagiaan kita sendiri
ReplyDeleteMba Jane aku baru main kesini lagi dan aku baca ini juga jadi oh so relate! Baru aja resign dari kerjaan kantor 2 bulan lalu dan skrg bingung mau ngapain, apply kerja kok ditolak semua, mau nyesel juga ngga mungkin karena ku benci bos ku yang tidak manusiawi hahaha. Liat orang - orang kok ya udah pada sukses dan tau mau apa tapi aku kok gini - gini aja hahaha. Lah jadi curhat?! Hehehe
ReplyDeleteSemangat buat kita ya Mba Jane! Kalau kata temenku gini yang sesama ibu rumah tangga, “mungkin sekarang belum terlihat, kita pusing urus anak dengan segala keras kepala dan tantrumnya, tapi nanti kita akan bangga ketika kita yang memutuskan untuk mengabdikan hidup merawat mereka dan mereka menjadi manusia yang berguna dan baik sama sesama”