Hepi banget karena hari ini akhirnya (berani) cabut gigi bungsu!
Urusan gigi ini memang akan datang pada waktunya, ya. Setelah harus melakukan PSA (perawatan saluran akar) yang sampai sekarang belum kelar (wow lama), kali ini aku harus cabut gigi bungsu.
Terakhir kali cabut gigi itu rasanya udah lamaaa banget, pas SD kayaknya. Yang dicabut gigi geraham bawah. Aku masih ingat pergi cabut giginya naik sepeda sendirian. Pulang rumah nangis karena mulutnya kebas abis disuntik. Dipikir sekarang, kok bisa-bisanya mamaku ngasih anaknya pulang pergi ke dentist cabut gigi sendirian? Tipikal anak milineal banget, harus tahan banting! LOL
Terus, sekarang harus cabut gigi di usia 30an, yang dicabut gigi bungsu pulak.
Sebenarnya si gigi bungsu ini udah kuwanti-wanti sebelum masuk usia 30. Di saat orang lain banyak yang udah OD (odontektomi) di usia 20an, kok aku masih adem ayem? Aku sampai pernah bersorak kecil dalam hati, jangan-jangan emang gigi bungsuku nggak akan pernah numbuh?!
Tahun lalu, setelah mendapati bahwa aku harus melakukan PSA, di saat yang sama aku mulai merasakan sariawan yang terus menerus di bagian mulut sebelah kiri. Waktu itu aku hanya mengira mungkin ini emang sariawan biasa, panas dalam kali gitu, kan. Aku kumur garam aja setiap hari, nggak lupa olesin bubuk hou feng san (hayooo siapa yang pake juga kalau lagi sariawan?).
Anehnya, sariawan ini timbul dan pergi di waktu yang singkat. Jadi, kayak sebulan sakit, abis itu sembuh. Beberapa minggu kemudian muncul lagi. Aku sampai khawatir apa ini sariawan kronis?? Nggak kepikiran kalau ini bisa aja disebabkan oleh si gigi bungsu.
Beberapa waktu berlalu, sariawan pun akhirnya pergi dan nggak pernah datang lagi.
Hingga tiba beberapa minggu yang lalu, rahangku rasanya nyeri sekali. Aku sempat mengira penyebab rahang nyeri ini adalah TMJ yang kambuh. Kayaknya aku belum pernah cerita, ya. Di awal tahun 2023, aku sempat nyeri di rahang sebelah kiri ini. Kukira gigiku, ternyata bukan dong. Kebetulan yang periksa aku dokter spesialis bedah mulut, beliau bilang aku TMJ. Bahasa ala aku, TMJ ini semacam keseleo tapi di rahang. Begitulahhh. Maka nggak heran, saat nyeri beberapa waktu itu aku "keseleo" lagi. Aku pun minum obat untuk relaksan otot yang dulu pernah diresepkan.
Sementara, si sariawan ini mulai bikin curiga. Mana mungkin ini sariawan betah bener muncul di tempat yang sama? Jangan-jangan biang keroknya memang si gigi bungsu? Aku sempat mendengar bahwa ciri-ciri gigi bungsu bermasalah itu adalah sering sariawan.
Aku ingat banget malam itu lagi nemenin Josh belajar matematika, aku yang gengges banget sama rasa nyeri ini mulai nakal pencet-pencet gigi. Siapa tahu memang ada yang sakit. Dan bener dongggg... begitu gigi paling belakang kepencet... NYESSS. 😭
Wah, benaran sakit gigi ini mah. Harus banget cek ke dokter gigi sebelum makin sakit. Malam itu aku sukses nggak bisa tidur saking nyerinya T_T
Boleh jujur nggak, di usia sekarang ini, aku nggak begitu takut lagi ketemu dokter gigi. Apalagi udah bolak-balik PSA beberapa kali, kena jarum suntik kesekian kali di gusi, bisa dibilang udah kebal. Tapiii, yang masih bikin takut banget adalah... BAYARNYA. Mana perawatan gigi nggak di-cover asuransiku. Jadi, harus puter otak gimana caranya ketemu dokter gigi yang affordable, tapi service-nya tetap oke. Maklum, biaya PSA yang udah aku keluarkan hingga saat ini udah lumayan banget... lumayan bikin menangis 🙃
Mencoba browsing sana-sini, ketemulah sebuah klinik dental namanya, SATU Dental. Aku udah sering banget ngelewatin klinik gigi yang masih terbilang baru di Bogor ini. Kebetulan saat itu mereka ada promo diskon konsultasi, yaudah berangkat, deh.
Hari konsultasi gigi bungsu
Belum cabut, ya, ini. Mau inspeksi dulu sekalian ngobrol soal gigi sama dokter.
Tiba di klinik, wah nyaman banget suasananya, nggak kayak masuk klinik gigi. Karena aku sudah reservasi, aku tinggal duduk manis menanti dipanggil. Saat menunggu, staffnya menghampiri membawa kertas dan sandal ganti. Jadi, kalau perawatan di SATU, kita bakal dikasih kayak sandal hotel dan kertas yang dibawa berisi daftar tontonan dan playlist Spotify yang ingin dipilih saat perawatan nanti. Seru, yak! Lagu "Broken Melodies" NCT Dream pun sempat diputar di ruang tunggu. Kan jadi bersenandung tipis-tipis, nih.
Begitu namaku dipanggil, aku menuju lantai dua memasuki ruangan dokter. Saat menuju lantai dua, aku melewati area bermain anak yang bersih dan kece banget. Wah, boleh juga nih ajak anak-anak kontrol di sini aja. Bisa diiming-imingi main, huahaha.
Masuk ke dalam ruangan, aku langsung diminta duduk dan ditanya apa masalahnya. Ya, aku jelasin aja semua kondisi gigiku sejak didiagnosa TMJ sampai rasa sakit yang dialami sekarang. Dokter pun minta aku segera melakukan panoramic gigi agar bisa melihat kondisi gigiku. Oke, turun lagi, deh, aku ke bawah untuk rontgen.
Selesai rontgen, aku ke atas lagi dan dokter menjelaskan semua kondisi gigiku satu per satu. Iya, satu per satu. Gigi yang ini gimana, gigi yang itu gimana, sampai kelihatanlah jelas bahwa dua gigi bungsuku sudah tumbuh di bagian rahang atas dalam kondisi... bolong hitam 😐 Pantesssss, sakit banget! Dokter juga bilang, sepertinya gigi bungsu di rahang bawah nggak akan tumbuh lagi. That's a good news for me. Nggak perlu khawatir rasa sakitnya dan keluarin duit buat cabut!
Anyway, karena sudah ditemukan sumber utama si sariawan ini, maka kedua gigi bungsuku harus dicabut. Yang dicabut lebih dahulu tentu saja yang sebelah kiri ini karena sudah mengganggu. Sementara yang sebelah kanan, bisa menunggu beberapa waktu lagi dan nggak boleh terlalu lama, soalnya udah bolong, huhu.
Setelah ngobrol, nanya masukan, tibalah kami harus ngomongin harga. Di sini aku kaget banget karena biaya cabut giginya tergolong... murah? Aku sampai bingung, itu benaran biaya cabut gigi bungsu? Bahkan untuk cabut dengan bedah pun harganya masih masuk akal. Aku pun jadi tergoda memastikan ke dokter tentang gigi bungsuku, apakah harus dicabut biasa atau dengan bedah. Menurut beliau, sih, bisa dicabut tanpa bedah karena nggak impaksi. Cuma memang nabrak pipi, itulah yang menyebabkan aku sering sariawan. Aku pun bernafas lega karena biaya cabut gigi bungsu tanpa bedah itu yang paling murah. Makin lega saat diberi tahu bahwa mereka sedang ada promo cabut gigi bungsu di bulan Maret sebesar 15% 🥳
Nggak pakai lama, aku langsung melakukan reservasi untuk tindakan pencabutan. Ajaibnya nih, setelah pulang dari dokter gigi hari itu dan minum pain killer yang diresepkan dokter, sakit gigiku langsung hilang dan nggak balik lagi hingga hari pencabutan. Warbiasak, ya. Untung nggak tergoda menunda cabut lagi, kali ini harus cepat beres, karena yang harus dicabut pun dua gigi, kan.
Hari pencabutan gigi bungsu (12 Maret 2023)
Sebetulnya, aku dijadwalkan di hari Kamis tanggal 14 Maret. Alasan memajukan jadwal, karena tiba-tiba Josh ngeluh gigi susunya goyang tapi nggak kunjung copot. Ditambah gigi permanennya udah nongol duluan, jadi anaknya drama banget beberapa hari ini nggak bisa makan dengan nyaman. Aku sempat ajak anake ke dokter gigi—ke SATU juga—untuk cabut, tapi batal karena anaknya nangis ketakutan. Padahal dia udah pernah cabut tiga gigi sebelumnya lho tanpa nangis. Mungkin mendadak kali, ya, aku ngajaknya.
Setelah dibujuk beberapa hari terakhir, akhirnya anaknya mau. Aku bilang, "Hayuk Josh, kita saling menguatkan keberanian. Mama cabut, kamu juga cabut."
Beruntung bisa reservasi di hari dan jam yang sama. Padahal last minute banget, hari ini mau cabut, tadi pagi baru dikabari bisa nggak bisanya.
Jadi, hari ini kami benaran ke dokter gigi bareng. Aku sempat menemani Josh masuk ke ruangan sebentar. Begitu dikasih kesempatan untuk memilih tontonan selama tindakan, anake langsung minta diputarkan channel Youtube truk favoritnya. Setelah itu, aku tinggal ke ruangan sebelah untuk tindakan.
Jujur, aku hampir nggak ada ketakutan sama sekali. Deg-degan pun nggak. Sakit perut, sih, sempat ada, tapi nggak intens, WKWKWK. Aku duduk manis di bangku dan dokter pun mulai menjelaskan prosedur tindakan.
Dokter mengonfirmasi kembali bahwa tindakan cabut gigi bungsuku ini tanpa bedah, jadi nggak akan dijahit. Aku diminta untuk nggak mengonsumsi makanan dan minuman panas selama seminggu dan nggak boleh berkumur dulu selama tiga hari.
Setelah semuanya oke, aku pun siap dibius.
I thought bius untuk cabut gigi sakitnya mirip-mirip bius saat PSA. Ternyata lebih bikin nggak nyaman, karena terasa sekali gusinya ditusuk agak dalam, huhu. Bearable, tapi nggak nyaman.
Saat dibius, aku sempat dengar suster dari ruangan Josh masuk dan memberi tahu suster di sebelahku, "Anaknya ibu udah selesai, ya." Wah, cepat juga. Katanya, Josh masih di dalam ruangan karena lanjut nonton sambil ngobrol dengan dokter, ahahaha.
Setelah obat biusnya bekerja, dokter pun siap untuk mencabut gigiku. Pencabutan gigi ini benar-benar selesai dalam hitungan detik. Aku bisa merasakan gigiku ketarik, lalu dokter mengambil alat lain untuk melepaskan gigiku. Terasa banget lho kayak ada yang dicabut dan gusi berasa bolong. Terus dokter bilang, "Sudah, ya. Kumur pelan dulu." Aku sampai nggak percaya bertanya, "Hah udah, dok?" Dokternya ketawa, "Udah dong."
Aku sampai nggak ngerasa kayak abis dicabut. Malah lebih capek ketika PSA karena harus mangap lamaaaa banget.
Dokter pun menjelaskan kapan aku harus minum obat dan melepas kapas di dalam mulut. Kebetulan aku membawa pain killer di dalam tas, karena memang berencana minum setelah tindakan. Dengan catatan udah makan kenyang sebelumnya, yaa. Dokter langsung mengizinkan untuk minum di tempat dan tindakan cabut gigi bungsu (pertama) sudah selesai! 🙏🏻
Josh pun berseri-seri lagi setelah beberapa hari ini manyun terus karena giginya. Aku senang banget dengar dia ngomong saat dokter tanya apa udah siap cabut gigi hari ini, "Aku takut, but I'll try my best." Ish, anak siapa, sih, ini? *seka aer mata bahagia*
Josh memakai kostum dokter yang disediakan klinik. Gemesh, ya!
Biaya cabut gigi Josh pun tergolong murah. Aku sampai bengong saat melihat jumlah biaya yang dikeluarkan setara dengan biaya PSA-ku per visit. Tuhan maha baik, nggak salah memang memilih klinik ini untuk melakukan tindakan. Concern terbesarku memang di biaya, jadi kalau kalian punya pertimbangan yang sama, boleh banget tengok-tengok SATU Dental ini, ya. Not sponsored at all, tapi nggak menolak kalau diajak kerja sama 😝
Meski masih ada PR gigi yang lain, PSA yang belum kunjung kelar (aku mulai memikirkan apa pindah PSA di sini aja, ya...), hati terasa enteng banget karena udah memberanikan diri melakukan tindakan cabut gigi bungsu hari ini.
Pengalaman cabut gigi bungsuku ini mungkin tergolong "ringan" dibandingkan dengan cerita yang pernah kudengar sebelumnya. Minggu lalu, aku sempat meminta wejangan kepada teman-teman Instagram soal cabut gigi bungsu ini dan kebanyakan cerita yang masuk harus melakukan operasi. Jadi, rasa sakit yang diceritakan hampir semuanya nggak kualami.
Meski demikian, aku tetap berharap pengalaman ini bisa menjadi encouragement untuk manteman yang menunda tindakan cabut gigi bungsu karena alasan apa pun. Kuncinya, memilih tempat dan dokter yang tepat untuk melakukan tindakan. Terakhir, jangan lupa berdoa, ya! 🙏🏻
Langsung klik ➡ SATU Dental Bogor untuk informasi dan promo lebih lanjut, ya!
UPDATE 30 MAR 2024
YAAAY berhasil cabut gigi bungsu yang sebelah kanan! Demikianlah PR gigi bungsuku sudah selesai *tebar confetti*
Sedikit testimoni, pencabutan gigi bungsu sebelah kanan jauh lebih "berasa" daripada yang sebelah kiri, apa karena giginya nggak nyeri seperti yang sebelumnya, ya? Tapi geli banget, sih, lihat gigi sendiri yang udah menghitam, hiiii. Untunglah segera dicabut, malas sekali kalau harus nunggu sakit 😌
YOU DID IT SO WELL! Bangga betul aku lho padamu *tepuk pundak sendiri*
CI JANEEE menggiurkan sekali postingannya 😭 asli, aku juga concern banget sama biaya karena ke dokter gigi mihil banget rasanya 😭. baru banget kemarin aku ke drg karena gusi di bagian gigi bungsuku bengkak, itu perawatan cuma 5 menit tapi keluar hampir 500rb 😭 shock beratz wkwkwk. aku jadi kepo sama Satu Dental dan ternyata ada di dekat rumahku! aku jadi tertarik mau urus gigi bungsu ke sana, siapa tahu lebih murah(?) dan membaca postingan Cici ini bikin aku jadi punya keberanian untuk urus gigi bungsuku yang meski nggak mengganggu tapi dulu katanya sih harus dicabut 😭. thank you for sharing, Ci!! salam buat Josh yang hebat banget 😭 duh, Joshhh, kamu kok cepat sekali besarnya 🥺
ReplyDeleteLiii, perkara wisdom tooth yang nggak wisdom-wisdom amat ini emang meresahkan, ya 😭 Kalau dokterku bilang mending cabut karena pertama, nggak begitu berguna, kedua, susah untuk dibersihkan. Mana kedua gigi bungsuku bolong hitam gitu, lhoo omg.
DeleteWah, kebetulan banget dekat rumah. SATU di Bogor juga kebetulan dekat sama tempat tinggalku jadi no second thought gitu untuk coba mampir. Semoga cocok ya, Lii! Gusi kamu gimana sekarang? 😟
Sebelum cabut, Josh sempat drama beberapa hari, Lii. Antara gemes tapi kasian anaknya contemplating banget, wkwkwk. Untunglah akhirnya mau, selesai cabut seharian good mood banget 🤣
Ci Jane, ada yang ketinggalan XD aku sobat pakai hou feng san juga kalau sariawan, tapi aku love and hate relationship sama dia karena rasanya pahit betul 🤣
ReplyDeleteWaktu kecil aku juga nggak suka, Lii. Apalagi kalau tertelan 🤣 tapi beranjak dewasa aku menikmati rasa pahitnya apalagi pas kena passs sariawannya, enakkk senriwing, WKWKWK
Deletetulisan ini akan jadi peganganku untuk menguatkan diri... karena sepanjang pandemi, gigi bungsuku tumbuh trus sekarang keknya mulai mengganggu... tapi belum berani :(( help :(( aku ada dua PSA sepanjang pandemi ini dan nggak masalah ke sana, tapi tiap mikirin gigi bungsu langsung stres wkwkwkwk.
ReplyDeletebagian "terasa ada yang dicabut" ini masih berasa menegangkan buatku tapi sepertinya emang harus mulai dijadwal supaya bisa dicek keadaan gigi bungsunya hikzz hikzz.. aku tida mau kalah dari koko Josh :')
PSA di era pandemi bagaimana rasanya?? Deg-degan nggak, Mba? Berarti masih banyak prokes dong, ya? Pas pandemi aku cuma sekali ke dokter gigi karena tambalan lepas, tapi gegara si tambalan ini juga lah aku berakhir PSA 🙃
DeleteTahu tak, pas mau cabut, dokternya titip pesan, "Nanti memang terasa ditarik, tapi jangan panik ya, Kak." 🤣 Ayoooo, kamu bisa, Mba Mega! 🫶🏼
nahh pas awal pandemi tuh beneran berhenti; baru lanjut lagi di awal 2023, pakai prokes. karena di klinik kantor, jadi itu jg yang bikin aku ngerasa aman--harus reservasi, antrinya juga misah-misah, ambil kuota dokternya rebutan karena bener-bener terbatas, orang-orangnya aku kenal 🤣
Deletekalo gigi bungsu, karena klinik kantor gak bisa, harus ambil rujukan buat ke rumah sakit. udah mah gak kenal dokter dan lingkungannya, udah grogi duluan mikir gigi bungsu mau dicabut. kek jadi parno segala macem 😭😭
Sekarang gimana keadaan pasca bbrp hari gigi bungsu dicabut? apakah masih sakit? sakitnya segimanaa? atau kerasa kek ada yang hilang?? (hilang gigiiii laaa...)
Gigi bungsuku sudah tercabut 3, kurang 1 nih WKWKKW. Yang pertama dicabut saat SD, lalu yang kedua & ketiga dicabut tahun 2023 dan selangnya cuma 2 bulan wkwk, jadi dalam 2 bulan kayaknya aku lebih sering ke rumah sakit daripada ke tempat lainnya. Untungnya asuransi dari kantor masih bisa nutup biayanya, meskipun saat kontrol nggak bisa di cover.
ReplyDeleteYg cabut terakhir saat konsultasi dokternya sempat tanya, "kenapa nggak sekalian semua aja mbak?" batinku, kl cabut langsung semua ini cara aku bayar ekses nya gimana dah WKWKKW, jadinya yah 1-1 dulu cabutnya sambil memantau limit asuransi hehe
Duhh, syukurlah di-cover sama asuransi kantor, ya. Selama ini punya asuransi tapi nggak pernah ngeh pentingnya kalau nggak sakit gigi... walau perawatanku nggak ke-cover juga sih, karena asuransinya personal *nangisss* wkwkwk
DeleteWah, dokternya tega! 🤣 Nggak kuat bayarnya, nggak kuat juga nahan sakitnya ya, Mba 😂
Jane, jujur aku baca ini ngilu, merinding, lemes. Soalnya aku memang setakut itu ama dokter gigi. Masih kayak kebayang aja pengalaman pas sd kls 3 sampe smu kls 1. Rutin ke DRG krn gigiku super duper berantakan waktu itu. Mulai dari nindih satu samalain, ada yg jarang, dan maju pula 🤣. Akhirnya sebelum pakai behel, hrs dirapiin dulu. Yg nindih dicabut dan itu banyak😂. Jadi sakitnya ampuuun, krn gigi tetap semua.
ReplyDeletePas udh selesai smu, aku bertekad mending rajin rawat gigi drpd kesana lagi. Cuma ya itu aku tahu msh wajib periksa seharus nya kan..
Tapi kok ya aku takut kalo mikirin tambal gigi atau apapun.
Satu dental ternyata ada deket rumahku. Tapi sbnernya kalo anak2 berobat gigi di dent smile. Cuma bolehlah kalo sesekali nte coba yg satu dental ini. Kalo biaya gigi aku dicover ama perusahaan raka, tapi krn takut aja, jadi ga pernah aku pake 🤣🤣
Aaah, aku masih inget cerita Mba Fanny yang takut ke dokter gigi karena trauma waktu kecil, huhuhu. Nggak kebayang sakitnya gigi tetap dicabut atu-atu untuk behel 😭 bener lah memang gigi tuh harus banget dirawat, karena sekalinya sakit, bayarnya nangis, jadi nggak bisa makan enak, hiks!
DeleteTapi dental sekarang alatnya canggih-canggih dan minim sakit. Belum lagi sekarang service untuk pasien juga nyaman, sesimpel saat perawatan gigi bisa sambil nonton atau denger lagu, jadi bisa mengalihkan fokus ke si gigi yang lagi diutak-atik 🤣
ngeri ngeri sedep bacanya mbak, akhirnya saling menguatkan satu sama lain
ReplyDeletebaca cerita endingnya, ternyata nggak semenakutkan dari apa yang kita pikir sebelumnya ya.Dokternya juga enakan, pasien juga jadi lebih tenang.
heran aja kenapa aku pas gede begini kalau udah urusan gigi, udah ga seberani waktu SD dulu hahaha, Yaampunnn dan ternyata mba fanny juga merasakan hal yang sama.
Kuncinya ketemu dokter yang tepat, Mbaaa. Kalau dokternya komunikatif, sat set, pasti nyaman juga tindakannya. Sungguh kubersyukur sekali ditemukan dengan dokter yang cabut gigi bungsu ini, bener-bener nyaman 😆
Delete