Kalau denger Blora, apa yang langsung terlintas di kepala kalian? Yak, bener. Sate Blora.
Tapi hari ini nggak (hanya) bahas satenya, tapi impresi dan pengalaman pertama kami menginjak kabupaten mungil ini.
Yes, aku juga baru tahu kalau Blora bukanlah sebuah kota, melainkan kabupaten di Provinsi Jawa Tengah, dengan ibu kota Kecamatan Blora. Sehingga untuk sampai di Blora, kami harus melewati Ngawi bagian selatan, lalu Kecamatan Cepu, baru, deh, sampai di Blora.
Jadii, perjalan pulang road trip dari Denpasar, kami melipir dulu ke Blora untuk melaksanakan "tugas negara". Urusan keluarga gitu, deh.
Mutusin rute ke Blora ini cukup tricky. Pada akhirnya, suami memutuskan untuk bablas aja langsung, deh, dari Denpasar. Gapapa nempuh belasan jam, asalkan berangkatnya subuh.
Berangkatnya subuh memang benar, tapi kami malah stuck di Pelabuhan Gilimanuk hampir dua jam karena ngantri masuk kapal. Bete, sih, karena udah dibela-belain banget berangkat pagi.
Long story short, akhirnya kami sampai di Blora sekitar pukul 21.30, setelah makan malam di sebuah restoran daerah Cepu.
Begitu tiba di hotel, yang kuinginkan hanya satu: mandi! Cuaca hari itu di Jawa panaaas buanget. Ngebayangin badan diguyur air dingin kayaknya nikmat banget, deh. Walau was-was juga apakah akan masuk angin mandi air dingin malam-malam?
Kami menginap di sebuah hotel mungil, Hotel Santoso. Yang nemu hotel ini adalah mama, karena belio yang bertugas menggantikanku untuk mencari penginapan selama road trip ini.
Hotel Santoso berlokasi di pinggir jalan raya utama, dengan rate kurang lebih 300-400 ribuan semalam. Nama hotel ini spontan menjadi candaan dalam keluarga, karena namanya sama dengan nama belakang papa. Otomatis, kami bergurau melontarkan jokes bapak-bapak sepanjang perjalanan ke Blora, kayak "Eh, udah telepon hotel belom? Owner dan komisaris mau dateng, nih." Agak geli-geli gimana gitu, tapi kami ngakak banget 🤣
Anyway, sesampainya di hotel, mama langsung urus check-in, sementara aku ngurus anak-anak dan ngatur barang apa aja yang akan diturunkan. Oh ya, saat kami di sana, ternyata sedang ada pengerjaan renovasi hotel di area belakang dekat tempat parkir. Kemungkinan besar, hotel akan diperbesar.
Saat masuk ke dalam, aku merasakan vibe yang berbeda dari hotel ini. Menurutku, Hotel Santoso ini kayak bukan hotel, lebih kayak kos-kosan sederhana.
Kamar yang kami tempati berhadapan langsung dengan lobby utama dan resepsionis. Lalu di depan kamar, ada area duduk-duduk dengan sofa dan coffee table, persis banget kayak ruang tamu.
Kalau begini, kan, jadi pengen "permisi" dulu kalau mau masuk kamar, wkwkwk.
Alhasil, privacy agak kurang. Tapi emang mau ngapain juga, dah, hahaha. Kamarnya sendiri cukup nyaman, walau kamar mandinya adalah kamar mandi basah. Akibatnya, ya, becek ke mana-mana. Sebagai yang terbiasa dengan kamar mandi kering, tentu ini adalah sebuah pet peeve yang benar-benar menyebalkan 😂
Ranjangnya juga cukup besar. Kebetulan, Josh tidur bareng papa mamaku, jadi, untuk tidur bertiga pun nggak terlalu sempit. TV-nya adalah Android TV, bisa nonton Youtube maupun Netflix. Nggak ada waktu untuk nonton juga, tapi lumayan untuk bocil nonton sebentar sebelum tidur, hahaha.
Karena hotel ini berlokasi di jalan raya utama, harus siap berisik. Untungnya, malam itu nggak terlalu mengganggu. Walau sempat dengar ada bus telolet lewat saat mau tidur, tapi malam itu kami bisa tidur cukup nyenyak hingga pagi.
Saat pagi hari, suasana di luar kamar agak ramai, terdengar suara derap kaki anak-anak yang berlarian. Ternyata, katanya ada rombongan tamu dari luar kota gitu yang sampainya tengah malam. Setelah mereka check out, suasana hening kembali.
Reservasi hotel yang kami ambil berikut sarapan. Cuma, ya, nggak usah berharap menunya beragam apalagi buffet. Pilihannya hanya dua: Nasi Goreng dan Soto Ayam. Sebenarnya pagi itu, aku kepengen banget makan nasgor. Tapi kata Josh, sotonya enak. Kebetulan lagi, nasgornya juga udah abis, huahaha.
Sederhana tapi rasanya memang enak. Yang berbentuk dadu kecil-kecil mirip roti goreng itu, ternyata namanya kletuk, yang terbuat dari ketela/singkong (cmiiw, ya!) lalu digoreng kriuk. Makanya, soto ayam ini lebih dikenal dengan soto kletuk khas Blora.
Selesai isi perut lalu menghangatkan perut dengan teh panas yang enak, kami pun kembali ke kamar dan bersiap untuk melanjutkan perjalanan ke Semarang siang ini.
But first, kami harus berkunjung ke rumah calon besan, yang mana merupakan agenda utama ke Blora. Calon besan di sini berarti calon mertua adikku yang akan menikah di akhir tahun ini. Setelah beberapa kali bertemu di Bali, kali ini kamilah yang mampir ke Blora untuk bersilaturahmi.
Siang sebelum berangkat, kami dijamu makan siang dulu di sebuah warung sate Blora. Wah, ini dia yang ditunggu-tunggu, bukan? :D
(atas) sate ayam. (bawah) sate sapi... atau sate kulit ayam, tapi harusnya sapi. Lupa-lupa inget, huahaha.
Buatku yang biasa-biasa aja dengan kuliner sate, kali ini harus bilang kalau sate Blora itu ENAK BANGET. Bumbunya meresap sampai ke dalem-dalem. Dagingnya empuk dan nggak alot. Bahkan yang daging sapi pun nggak seret. Bener-bener juicy and tasty!
Mengingat tadi pagi "cuma" masuk semangkok mungil soto ayam dan nasi yang terpaksa kuhabiskan juga untuk ganjel laper, entah berapa tusuk sate yang sukses kulahap siang itu. Serem, ih, kalapnya ngalah-ngalahin suzanna 🙈
Another champion menu makan siang itu adalah Soto Kletuk Blora, yang jadi santapan bocil-bocilku. Masing-masing satu porsi, nggak lupa nasi putih sepiring. Habis lho! Bahkan Krystal pun! Udahlah, hati mama mana yang nggak hepi anak-anaknya napsu makan selama liburan.
Selesai perut terisi penuh untuk menempuh perjalanan kurleb tiga jam ke Semarang, kami pun siap berangkat kembali. Mungkin melihat orang kota yang kalap banget makan sate, kami dibungkusin lagi untuk dibawa, nggak lupa tahu telur yang entah dibungkusin dari mana, tau-tau kami disodorin aja. Katanya, udah jauh-jauh ke Blora, harus coba tahu telur khas Blora.
Makasih bangettt om tante udah diajak kenalan dengan Blora dan makan enak. Mewakilkan adikku, kupastikan dia akan menjadi menantu yang baik dan bertanggung jawab 🤝🏻😁
Demikianlah cerita singkat sehari semalam di Blora. Siang itu kami melanjutkan perjalanan ke Semarang dan saat tiba, kami baru tahu bahwa lokasi hotel yang kami tuju sedang ada penutupan jalan karena ada pesta rakyat Bhayangkara. Alhasil, muacetnya nggak karu-karuan, bahkan mobil kami nggak bisa diparkir di dalam hotel.
But that's another story. Ditunggu, yak!
Sneak peak for the next post :D
Oh, almost forgot! Ada satu cerita yang nggak terlupakan waktu ngemilin wingko babat yang masih anget banget pemberian dari calon besan. Lagi enak ngunyah, tiba-tiba aku kayak kegigit sesuatu yang keras berupa batu. Hah, apaan nih? Kok wingko ada keras-kerasnya gini? Pas aku keluarkan... oh mai gad, ini mah crown onlay eike lepas!
Jujur... jantung agak meleyot. Belum ada sebulan pasang onlay setelah kelar PSA, kok udah lepas aja? Gercep kirim WA ke klinik untuk nanya, apakah masih ada garansi pemasangan ulang. Puji Tuhan, memang masih gretong, huahaha. Pada akhirnya, onlay-ku hingga hari ini aman-aman saja dan bisa dipakai makan dengan nyaman.
Sekian celotehan hari ini. Selamat berulang tahun juga Indonesiaku. Meski mencintaimu kian sulit akhir-akhir ini, tapi tak henti kudoakan yang terbaik untukmu 🙏🏻
penasaran sama sate blora, aku tuh pengen balik lagi kayak zaman SD dulu bisa roadtrip jawa, hiks, tapi waktunya yang nggak bisa cuti lama. Biasanya yang dikunjungi kota-kota besar, kayak Solo, Jogya, kalau kota kota kecil kayak Blora, Kebumen belum pernah. Pengen tahu juga kulineran yang khas dari daerah itu.
ReplyDeleteBeruntung onlay-nya mbak Jane aman-aman ya mbak, aku bacanya ketar-ketir hehehe
Kalau bukan karena keperluan keluarga dan calon adikku bukan orang Blora, rasanya aku pun nggak akan menjangkau daerah sana, Mba 😂 Eh tapi iparnya suamiku asli Kebumen, suami pernah ke sana duluuu banget.
DeleteKayaknya boleh yaa road trip nanti mampir main ke Jember, pengen tahu juga di sana ada apa aja :D
Baru mau nanya emang seenak itukah sate Blora? Tapi liat dari fotonya emang keliatan lbh gembul2 dagingnya dibanding sate Madura …btw aku lagi eyeing kota2 di Jawa Tengah jg lho gara2 byk video reel di IG, cakep2 bener kyk picture perfect gitu…
ReplyDeleteHalooo, jadi pinisirin ini siapa yaa? :D
DeleteBeberapa kali aku dibawain sate Blora tapi udah masuk kulkas gitu, jadi rasanya udah agak berubah. Begitu kemarin langsung makan di tempatnya, wah endul sih, huahaha.
Kok samaa, aku juga lebih tertarik kota2 do JaTeng. Keknya abis ini pengen coba ke Jepara atau Salatiga 😁
Ci Jane, selamat atas pernikahan adik Cici! 🙈 semoga langgeng harmonis selalu ✨
ReplyDeletekayaknya aku belum pernah cobain sate Blora, Ci~ kalau di sini kebanyakan sate Madura 🤣 tapi, dari penampakannya kelihatan menggiurkan sekali! kebayang tiap gigitan terasa banget bumbunyaaa, duh, bikin ngiler 🤣
anyway, posisi kamar hotel Cici sangat sesuatu sekali ya wkwk. berasa kayak di rumah, tapi versi asing(?) untungnya Cici dan keluarga masih bisa tidur nyenyak 🤣
can't wait to read your next post, Ci!! XD dan semoga pemasangan crown kali ini lebih tahan lama yaa.